Bagaimana Cara Membangun Disaster Recovery Plan?

disaster recovery planBagaimana Cara Membangun Disaster Recovery Plan?

Saat kata “bencana” terdengar, pikiran kita mungkin langsung membayangkan tentang gempa, tsunami, gunung berapi, atau bahkan tornado. Tapi jika sudah menyangkut tentang infrastruktur IT bisnis seperti data center, kata “bencana” sebenarnya bisa mencakup lebih luas lagi, seperti: human error dan cyber crime.

Bencana alam dan buatan memang merupakan aspek yang perlu untuk dimitigasi oleh bisnis, mengingat pengaruh yang ditimbulkan bisa berdampak besar. Entah bencana tersebut menyebabkan rusaknya sistem infrastruktur IT atau hilangnya data bisnis, keduanya memiliki risiko tidak hanya bagi operasional, tetapi juga bagi kelangsungan bisnis.

Untuk itu, mitigasi seperti Disaster Recovery Plan sangat dibutuhkan oleh bisnis demi meminimalisir besarnya risiko yang terjadi. Tapi, bagaimana cara yang tepat bagi bisnis untuk membangun Disaster Recovery Plan?

Di artikel ini, Anda akan diberi tahu cara membangun Disaster Recovery Plan. Simak selengkapnya di bawah ini:

Identifikasi tim dan penyedia layanan terkait

disaster recovery plan

(Sumber: Gorodenkoff from Getty Images Pro)

Seperti yang dibahas, Disaster Recovery memang menjadi tanggung jawab tim IT suatu bisnis. Namun pada banyak kasus, infrastruktur satu ini banyak disediakan oleh penyedia layanan cloud mengingat layanannya yang lebih efisien, aman, dan High Availability.

Untuk itu, bisnis perlu mengidentifikasi tim yang mampu bertanggungjawab dalam menjalankan infrastruktur satu ini. Sehingga ketika bencana terjadi, bisnis bisa sigap dalam menjangkau tim IT yang mengoperasikan Disaster Recovery Plan dan operasional bisnis serta penyedia layanan Disaster Recovery as a Service.

Identifikasi sistem dan aplikasi yang penting 

disaster recovery plan

(Sumber: baramee2554 from Getty Images)

Sistem dan aplikasi memang menjadi bagian terpenting dalam menjalankan bisnis. Tanpa kedua aspek ini, operasional dan layanan bisnis mungkin tidak akan berjalan dengan maksimal, begitu pula ketika bisnis Anda mengalami bencana. Oleh sebab itu, Disaster Recovery Plan sangat dibutuhkan untuk meminimalisir risiko failure dari sistem dan data.

Namun sebelum membangun hal tersebut, pengusaha perlu mengidentifikasi kedua aspek tadi untuk dimasukkan ke dalam Disaster Recovery Plan. Bisnis bisa mulai dengan memisahkan keduanya ke beberapa komponen seperti kemungkinan mengalami failure dan dampak bisnis dari kejadian tersebut. 

Pastikan RTO dan RPO bisnis Anda realistis dan mampu dicapai

disaster recovery plan

(Sumber: scyther5 from Getty Images)

Jika Anda pernah membaca artikel sebelumnya, Anda pasti tahu betul apa arti RTO dan RPO. Namun jika Anda masih asing dengan dua istilah ini, berikut kesimpulannya: Recovery Time Objective (RTO) adalah seberapa lama Disaster Recovery akan memulihkan sistem, sementara Recovery Point Objective (RPO) mendeskripsikan lamanya data yang akan dipulihkan.

Dalam membangun Disaster Recovery Plan, kedua aspek ini berperan penting dalam menjalankan kembali operasional bisnis. Maka dari itu, pengusaha perlu memastikan RTO dan RPO yang akan dicapai dari solusi Disaster Recovery agar rencana pemulihan bencana bisa berjalan sukses.

Rancang redundancy dan failover

(Sumber: AnandaBGD from Getty Images Signature)

Saat bisnis membangun Disaster Recovery Plan untuk sebuah aplikasi, pastikan dengan seksama sistem yang terhubung dengan aplikasi tersebut. Pastikan aplikasi apa saja yang terhubung? Dan bagaimana aplikasi bisnis Anda dapat beroperasi dengan sistem lainnya? 

Jika memang memungkinkan, buatlah arsitektur yang fleksibel dalam menghadapi downtime atau pemadaman listrik. Sebagai contoh, Anda bisa menjalankan sistem produksi dari dua data center yang berbeda. Jadi ketika bencana terjadi, satu sistem IT bisnis dapat “beralih” ke data center yang tidak terserang bencana. Jangan terlewatkan pula, saat merancang fail-over ke infrastruktur IT bisnis, carilah single point of failure. Sehingga ketika terjadi failure, bisnis bisa menemukan cara untuk mengatasinya.

Tentukan penyedia layanan untuk Disaster Recovery Plan

(Sumber: cnythzl from Getty Images Signature)

Di masa kini, melakukan outsourcing aplikasi dan memanfaatkan jasa penyedia layanan cloud bukanlah sesuatu yang baru. Dengan menyederhanakan sistem IT bisnis, penyedia layanan cloud mampu memberikan pengalaman IT yang lebih fleksibel dan efisien bagi bisnis. Sehingga tak mengherankan, jika sampai saat ini banyak bisnis beralih menggunakan layanan cloud berupa Virtual Data Center (VDC) untuk mengolah sistem dan datanya.

Tapi, jangan sampai terbuai dengan rasa aman saat melakukan outsourcing aplikasi dan layanan. Hanya karena Anda menggunakan layanan cloud untuk mengolah sistem dan data secara aman, bukan berarti sistem infrastruktur ini akan terlepas dari risiko bencana. Bencana alam atau bahkan downtime mungkin juga bisa dialami oleh penyedia layanan cloud, sehingga solusi Disaster Recovery as a Service pun sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan Disaster Recovery Plan.   


Zettagrid Indonesia menyediakan layanan Disaster Recovery as a Service untuk mendukung keberlangsungan bisnis Anda. Dengan dua lokasi data center yang bertempat di Jakarta dan Cibitung serta telah bersertifikasi Tier IV, data Anda akan aman terjaga pada infrastruktur cloud Zettagrid. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, Anda dapat menghubungi kami di sini atau melalui sales@zettagrid.id.