Posts

Pentingnya Disaster Recovery untuk Bisnis E-Commerce

e-commerce disaster recovery plan

Di era digital yang semakin berkembang, bisnis e-commerce menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan bisnis dapat beroperasi secara konsisten dan andal, bahkan ketika menghadapi situasi darurat atau bencana. Bencana yang tidak terduga, baik dalam bentuk serangan siber, kegagalan server, hingga bencana alam, dapat menyebabkan downtime yang signifikan. Downtime ini berisiko mengurangi kepercayaan pelanggan, menurunkan penjualan, hingga merugikan bisnis secara finansial.

Oleh karena itu, memiliki Disaster Recovery Plan (DRP) yang solid menjadi sangat penting bagi bisnis e-commerce. DRP adalah sebuah strategi yang dirancang untuk mengantisipasi dan mengatasi gangguan yang disebabkan oleh bencana agar operasional bisnis dapat berjalan kembali secepat mungkin. Dalam artikel ini, kita akan membahas pentingnya disaster recovery, langkah-langkah utama dalam membuat DRP yang efektif, serta bagaimana bisnis e-commerce dapat meminimalkan downtime dengan memastikan server terintegrasi ke cloud, menugaskan PIC IT yang bertanggung jawab, dan melakukan disaster recovery testing secara berkala.

Mengapa Disaster Recovery Penting untuk Bisnis E-Commerce?

Disaster recovery merupakan komponen kritis dalam manajemen risiko bisnis. Bisnis e-commerce yang bergantung pada infrastruktur IT sangat rentan terhadap gangguan yang disebabkan oleh bencana teknologi atau alam. Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa disaster recovery sangat penting:

  1. Meminimalisir Downtime Downtime bisa sangat merugikan, terutama dalam bisnis e-commerce yang beroperasi 24/7. Ketika platform tidak dapat diakses oleh pelanggan, perusahaan akan kehilangan penjualan, mengurangi loyalitas pelanggan, dan berisiko kehilangan pangsa pasar. Dengan DRP yang baik, bisnis dapat pulih dengan cepat dari gangguan, meminimalkan downtime, dan menjaga layanan tetap tersedia bagi pelanggan.
  2. Melindungi Data Penting Dalam e-commerce, data adalah salah satu aset paling berharga. Data pelanggan, riwayat transaksi, dan inventaris produk harus selalu dilindungi. Bencana yang tidak terantisipasi, seperti serangan siber atau kegagalan perangkat keras, bisa menyebabkan kehilangan data secara permanen jika tidak ada strategi pemulihan yang baik. DRP yang kuat memastikan bahwa data ini dapat dipulihkan setelah bencana, sehingga bisnis dapat kembali beroperasi tanpa kehilangan informasi penting.
  3. Menghindari Kerugian Finansial Setiap jam downtime dapat mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan, terutama bagi bisnis besar yang memiliki ribuan transaksi setiap hari. Dengan memiliki DRP yang baik, risiko kerugian finansial akibat downtime dapat diminimalisir.
  4. Meningkatkan Kepercayaan Pelanggan Dalam dunia bisnis yang sangat kompetitif, menjaga kepercayaan pelanggan sangat penting. Ketika pelanggan mengalami kesulitan mengakses situs web atau layanan Anda karena downtime, mereka mungkin beralih ke pesaing. Dengan memiliki DRP yang efektif, bisnis dapat memberikan kepastian kepada pelanggan bahwa mereka siap menghadapi gangguan apa pun dan dapat pulih dengan cepat dari situasi darurat.

Elemen Penting dalam Disaster Recovery Plan untuk E-Commerce

Membangun Disaster Recovery Plan (DRP) yang baik tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Ada beberapa elemen kunci yang harus dipersiapkan agar rencana ini dapat bekerja dengan efektif. Berikut adalah beberapa langkah penting yang perlu diambil oleh bisnis e-commerce dalam menyusun DRP yang komprehensif.

1. Memastikan Seluruh Server Sudah Terintegrasi ke Cloud

Salah satu langkah terpenting dalam disaster recovery adalah memindahkan atau mengintegrasikan infrastruktur IT ke cloud. Dengan menggunakan cloud, perusahaan dapat menikmati beberapa keuntungan yang sangat penting, termasuk skalabilitas, akses jarak jauh, dan keamanan yang lebih baik. Berikut adalah beberapa alasan mengapa cloud sangat penting dalam DRP:

  • Redundansi Data: Cloud memungkinkan perusahaan untuk menyimpan data secara terdistribusi di beberapa lokasi yang berbeda. Jika satu pusat data mengalami masalah, data masih dapat diakses dari pusat data lainnya, sehingga meminimalisir risiko kehilangan data.
  • Pemulihan Cepat: Dengan infrastruktur cloud, perusahaan dapat dengan cepat merespons kegagalan server atau gangguan lainnya. Data dan aplikasi dapat dipulihkan dengan mudah dari backup yang disimpan di cloud.
  • Fleksibilitas dan Skalabilitas: Cloud memungkinkan perusahaan untuk dengan mudah meningkatkan atau menurunkan kapasitas sesuai kebutuhan. Ini sangat penting ketika perusahaan harus menangani lonjakan trafik yang tidak terduga selama masa pemulihan dari bencana.
  • Pengurangan Biaya: Dengan memindahkan infrastruktur ke cloud, perusahaan dapat mengurangi biaya yang terkait dengan pemeliharaan server fisik, seperti biaya ruang server, pendinginan, dan pemeliharaan perangkat keras.

2. Menunjuk PIC IT yang Bertanggung Jawab untuk Server

Dalam setiap rencana disaster recovery, harus ada person in charge (PIC) atau tim yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa langkah-langkah pemulihan dilaksanakan dengan benar. PIC ini haruslah seorang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang infrastruktur IT perusahaan, serta dapat mengambil keputusan dengan cepat dan efektif saat terjadi bencana.

Beberapa tanggung jawab utama dari PIC IT dalam DRP meliputi:

  • Memantau Kondisi Server: PIC harus selalu memantau kondisi server dan memastikan bahwa semuanya berjalan dengan baik. Jika ada tanda-tanda masalah, mereka harus bisa mengambil tindakan proaktif sebelum terjadi kerusakan yang lebih besar.
  • Mengelola Backup Data: PIC bertanggung jawab untuk memastikan bahwa data penting perusahaan selalu di-backup secara rutin, baik di lokasi fisik maupun di cloud. Ini akan memastikan bahwa data dapat dipulihkan dengan cepat jika terjadi bencana.
  • Koordinasi dengan Vendor Cloud: Jika perusahaan menggunakan layanan cloud pihak ketiga, PIC harus selalu berkoordinasi dengan vendor cloud untuk memastikan bahwa layanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Selain itu, PIC juga harus siap melakukan eskalasi jika ada masalah teknis yang memerlukan intervensi dari vendor.
  • Menangani Komunikasi Selama Bencana: PIC juga harus siap untuk berkomunikasi dengan manajemen dan staf lainnya selama proses pemulihan. Mereka harus memberikan laporan yang jelas tentang status server, langkah-langkah yang sedang diambil, dan estimasi waktu pemulihan.

3. Melakukan Disaster Recovery Testing Secara Berkala

Membuat DRP saja tidak cukup. Rencana ini harus diuji secara berkala untuk memastikan bahwa semua sistem bekerja sesuai rencana, dan staf yang terlibat tahu apa yang harus dilakukan selama bencana. Disaster recovery testing memungkinkan bisnis untuk mengidentifikasi kelemahan dalam rencana dan melakukan perbaikan sebelum bencana yang sebenarnya terjadi.

Berikut adalah beberapa jenis pengujian disaster recovery yang dapat dilakukan:

  • Simulation Testing: Dalam jenis pengujian ini, tim IT akan melakukan simulasi bencana dan memeriksa bagaimana sistem bereaksi terhadap skenario tersebut. Ini bisa berupa simulasi kegagalan server, serangan siber, atau pemadaman listrik. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa sistem pemulihan bekerja dengan baik dan bahwa staf tahu bagaimana menangani situasi darurat.
  • Tabletop Testing: Pengujian ini melibatkan diskusi simulasi di atas meja di mana tim akan membahas skenario bencana dan langkah-langkah yang harus diambil. Ini adalah cara yang lebih sederhana untuk memvalidasi DRP tanpa benar-benar melibatkan sistem IT.
  • Full Interruption Testing: Ini adalah pengujian paling komprehensif, di mana sistem produksi benar-benar dihentikan untuk melihat apakah DRP dapat berhasil memulihkan operasional. Meski berisiko, pengujian ini adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa DRP dapat bekerja dalam skenario nyata.

Melakukan pengujian secara berkala juga memungkinkan bisnis untuk tetap up-to-date dengan perkembangan teknologi dan risiko baru yang mungkin muncul. Dengan demikian, DRP akan selalu relevan dan siap diimplementasikan kapan saja.

Disaster recovery adalah elemen yang sangat penting bagi kelangsungan bisnis e-commerce. Dengan memiliki DRP yang baik, bisnis dapat melindungi diri dari risiko downtime, kehilangan data, dan kerugian finansial yang besar. Integrasi infrastruktur ke cloud, penunjukan PIC IT yang bertanggung jawab, serta pengujian disaster recovery secara berkala adalah beberapa langkah kunci yang harus diambil oleh setiap bisnis e-commerce.

Jika bisnis Anda belum memiliki rencana disaster recovery yang kuat atau membutuhkan solusi yang lebih efisien, Zettagrid Indonesia menyediakan solusi Disaster Recovery as a Service (DRaaS) yang handal dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan Anda. Dengan layanan Disaster Recovery Zettagrid Indonesia, Anda dapat memastikan bahwa bisnis e-commerce Anda siap menghadapi segala bentuk bencana dengan infrastruktur cloud yang aman dan cepat dipulihkan. Tidak hanya itu, Zettagrid juga menawarkan konsultasi gratis untuk membantu Anda merancang strategi disaster recovery yang tepat bagi bisnis Anda.

Jangan biarkan bisnis Anda terancam oleh risiko downtime yang tidak terduga. Segera hubungi Zettagrid Indonesia untuk mendapatkan solusi terbaik dalam menjaga keberlanjutan operasional bisnis Anda! Hubungi kami di sales@zettagrid.id atau di 0811283878.

Disaster Recovery: Pengertian DRC, Langkah, Plan, dan Pentingnya bagi Perusahaan

Disaster Recovery Pengertian DRC, Langkah, Plan, dan Pentingnya bagi Perusahaan

Disaster recovery adalah proses pemulihan data, sistem, dan operasional bisnis yang terganggu akibat bencana alam, serangan siber, kesalahan manusia, atau kejadian lain yang tidak terduga. Disaster recovery bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari bencana dan memastikan kelangsungan bisnis dengan cara yang cepat dan efisien. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang apa itu disaster recovery system, apa itu DC dan DRC, langkah-langkah disaster recovery plan, dan mengapa perusahaan membutuhkan disaster recovery.

Apa itu disaster recovery system?

Disaster recovery system adalah sistem yang dirancang untuk mendukung proses disaster recovery. Sistem ini mencakup perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, dan layanan yang digunakan untuk melakukan backup, replikasi, penyimpanan, pemulihan, dan pengujian data dan sistem bisnis. Disaster recovery system dapat berupa sistem on-premise, cloud, atau hybrid, tergantung pada kebutuhan dan preferensi perusahaan.

Beberapa contoh disaster recovery system adalah:

  • VMware Cloud Disaster Recovery, yang merupakan layanan disaster recovery as a service (DRaaS) yang memungkinkan perusahaan untuk melakukan backup dan pemulihan data dengan biaya yang efektif dan fleksibel.
  • Veeam Backup Replication atau dikenal dengan VBR merupakan produk Veeam yang memiliki fitur solusi Backup dan Replikasi. Dalam solusi ini, Veeam memastikan proteksi data yang aman dengan solusi 4-in-1 yaitu kombinasi backup, replikasi, snapshots, dan CDP.
  • Zerto SecondSite adalah solusi replikasi pemulihan bencana (DRaaS) real-time yang dibangun di atas platform Zerto pemenang penghargaan yang menyediakan situs pemulihan, sinkronisasi data, aksesibilitas, dan aktivasi untuk sebagian atau seluruh lingkungan virtual Anda.

Perbedaan DC dan DRC

DC adalah singkatan dari data center, yaitu fasilitas fisik yang digunakan untuk menyimpan, memproses, dan mendistribusikan data dan sistem bisnis. Data center biasanya dilengkapi dengan perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, keamanan, pendingin, dan sumber daya listrik yang diperlukan untuk menjalankan operasional bisnis.

DRC adalah singkatan dari disaster recovery center, yaitu lokasi alternatif yang digunakan untuk memulihkan data dan sistem bisnis yang terganggu akibat bencana. DRC biasanya memiliki infrastruktur yang mirip atau setara dengan data center utama, sehingga dapat mengambil alih fungsi dan beban kerja dari data center utama saat terjadi bencana. DRC dapat berupa lokasi fisik yang dimiliki atau disewa oleh perusahaan, atau layanan cloud yang disediakan oleh penyedia layanan.

Jenis-jenis disaster recovery

Terdapat empat jenis disaster recovery yang paling umum digunakan, yakni yang berbasis virtual, jaringan, pusat data, dan cloud. Berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing jenis disaster recovery:

  • Disaster recovery virtual adalah jenis disaster recovery yang mengandalkan metode virtualisasi dalam proses pemulihan data. Pusat data virtual ditempatkan untuk menggantikan server fisik sebagai perangkat utama. Tak jarang, metode ini juga didukung oleh sejumlah portal virtualisasi yang menghadirkan layanan backup dan restore. Ketika terjadi bencana atau kerusakan, sistem pemulihan virtual akan segera melakukan tindakan penyelamatan data tanpa menunggu server fisik menyelesaikan beban kerjanya. Oleh karena itu, jenis recovery ini dianggap lebih menguntungkan dari segi efisiensi waktu.
  • Disaster recovery jaringan adalah jenis disaster recovery yang berpusat pada pemulihan jaringan. Metode ini berkembang dari asumsi bahwa jaringan suatu perusahaan merupakan aspek penting yang harus turut diselamatkan saat bencana melanda. Prosedur pemulihan jaringan umumnya melibatkan koneksi dengan anggota tim IT, penggantian perangkat jaringan, serta sejumlah usaha terkait lain untuk memulihkan konektivitas yang sempat terputus.
  • Disaster recovery pusat data adalah jenis disaster recovery yang berpusat pada data center atau pusat data perusahaan. Metode ini melibatkan pengembangan fasilitas komputerisasi yang digunakan untuk menyimpan, memproses, dan mendistribusikan data dan sistem bisnis. Prosedur pengembangannya meliputi pengamanan lokasi, pemantapan perangkat dan pegawai, serta pengaturan HVAC ruangan (heating, ventilation, dan air conditioning). Disaster recovery pusat data dianggap sebagai solusi paling aman dan efektif bagi sebagian besar perusahaan. Namun, waktu pengembangan yang cukup panjang serta banyaknya unsur penting yang harus dilibatkan membuat jenis manajemen bencana ini sering dirasa kurang praktis.
  • Disaster recovery cloud adalah jenis disaster recovery yang berbasis cloud. Metode ini memanfaatkan layanan cloud yang disediakan oleh penyedia layanan pihak ketiga untuk menyimpan dan memulihkan data dan sistem bisnis. Dengan menggunakan disaster recovery cloud, perusahaan tidak perlu mengembangkan fasilitas sendiri atau mempekerjakan tenaga ahli. Seluruh prosedur pengamanan data pun dijalankan secara lebih praktis.

Manfaat disaster recovery untuk perusahaan

Perusahaan membutuhkan disaster recovery karena alasan-alasan berikut:

  • Untuk mencegah atau meminimalkan kerugian data yang dapat mengakibatkan hilangnya informasi penting, pelanggaran privasi, atau tuntutan hukum.
  • Untuk mencegah atau meminimalkan gangguan operasional yang dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas, kualitas, atau layanan.
  • Untuk mencegah atau meminimalkan kerusakan reputasi yang dapat mengakibatkan kehilangan kepercayaan, loyalitas, atau pelanggan.
  • Untuk memenuhi persyaratan hukum, regulasi, atau kontrak yang mengharuskan perusahaan untuk memiliki rencana kontinuitas bisnis dan disaster recovery.
  • Untuk meningkatkan daya saing dan nilai bisnis dengan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk bertahan dan pulih dari bencana.

Berapa lama proses recovery data?

Proses recovery data adalah proses untuk mengembalikan data yang rusak, hilang, atau tidak dapat diakses ke kondisi sebelumnya. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras, atau layanan pemulihan data. Lama proses recovery data tergantung pada beberapa faktor, seperti jumlah dan jenis data yang akan dipulihkan, media penyimpanan yang digunakan, metode pemulihan yang dipilih, dan kondisi fisik atau logis dari data yang rusak. Secara umum, proses recovery data dapat memakan waktu dari beberapa menit hingga beberapa jam atau bahkan hari.

RTO dan RPO dalam disaster recovery

RTO (Recovery Time Objective) dan RPO (Recovery Point Objective) adalah dua konsep kunci dalam merancang strategi disaster recovery dan manajemen risiko data. Masing-masing konsep memiliki peran dan arti yang berbeda dalam konteks perlindungan data dan pemulihan setelah bencana atau kejadian tak terduga lainnya. 

RTO, atau Recovery Time Objective, adalah waktu maksimal yang dibutuhkan untuk memulihkan data dan sistem bisnis setelah terjadi bencana. RTO menunjukkan seberapa cepat perusahaan harus dapat mengembalikan operasional bisnis ke kondisi normal atau minimal yang dapat diterima. RTO biasanya diukur dalam satuan jam, menit, atau detik.

RPO, atau Recovery Point Objective, adalah jumlah data maksimal yang dapat hilang atau rusak akibat bencana. RPO menunjukkan seberapa sering perusahaan harus melakukan backup data dan sistem bisnis untuk meminimalkan kerugian data. RPO biasanya diukur dalam satuan jam, menit, atau detik.

Berikut adalah beberapa contoh RTO dan RPO dalam disaster recovery untuk berbagai jenis data dan sistem bisnis:

  • Data dan sistem keuangan: Data dan sistem keuangan adalah data dan sistem yang sangat kritikal bagi perusahaan, karena berhubungan dengan transaksi, pembayaran, laporan, dan audit. Data dan sistem keuangan harus memiliki RTO dan RPO yang sangat rendah, misalnya RTO 15 menit dan RPO 5 menit, untuk meminimalkan kerugian finansial, pelanggaran hukum, atau kerusakan reputasi.
  • Data dan sistem operasional: Data dan sistem operasional adalah data dan sistem yang mendukung proses bisnis sehari-hari, seperti produksi, distribusi, pemasaran, dan layanan. Data dan sistem operasional harus memiliki RTO dan RPO yang moderat, misalnya RTO 1 jam dan RPO 15 menit, untuk meminimalkan gangguan operasional, menurunnya kualitas, atau kehilangan pelanggan.
  • Data dan sistem administratif: Data dan sistem administratif adalah data dan sistem yang berkaitan dengan fungsi-fungsi internal perusahaan, seperti sumber daya manusia, akuntansi, dan pengadaan. Data dan sistem administratif dapat memiliki RTO dan RPO yang lebih tinggi, misalnya RTO 4 jam dan RPO 1 jam, karena dampaknya terhadap bisnis tidak sebesar data dan sistem lainnya.

Langkah-langkah disaster recovery plan

Disaster recovery plan adalah dokumen tertulis yang berisi langkah-langkah yang harus diambil oleh perusahaan dalam proses disaster recovery. Disaster recovery plan harus mencakup identifikasi risiko, analisis dampak, strategi pemulihan, rencana komunikasi, dan prosedur pengujian dan pembaruan. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam menyusun disaster recovery plan:

  • Melakukan analisis risiko untuk mengidentifikasi potensi bencana yang dapat mempengaruhi data dan sistem bisnis, seperti bencana alam, serangan siber, kesalahan manusia, dll.
  • Melakukan analisis dampak untuk menentukan dampak dari setiap bencana terhadap data dan sistem bisnis, seperti kerugian finansial, reputasi, dan data, serta menetapkan prioritas pemulihan berdasarkan kritikalitas data dan sistem.
  • Menentukan strategi pemulihan untuk setiap bencana, seperti metode backup, lokasi DRC, teknologi pemulihan, RPO (recovery point objective), dan RTO (recovery time objective).
  • Menyusun rencana komunikasi untuk menginformasikan karyawan, pelanggan, mitra, dan pihak terkait lainnya mengenai proses disaster recovery, termasuk kontak darurat, tanggung jawab, dan eskalasi.
  • Menyusun prosedur pengujian dan pembaruan untuk memastikan bahwa disaster recovery plan berfungsi dengan baik dan sesuai dengan kondisi bisnis yang berubah, termasuk melakukan simulasi bencana, mengevaluasi hasil, dan merevisi rencana jika perlu.

Jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang disaster recovery dan bagaimana Anda dapat melindungi data dan sistem bisnis Anda dari bencana, Anda dapat menghubungi penyedia layanan disaster recovery yang profesional dan berpengalaman. Zettagrid Indonesia dapat membantu Anda menentukan RTO dan RPO yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan bisnis Anda, serta menyediakan solusi disaster recovery system yang efektif dan efisien. Anda dapat menghubungi Zettagrid Indonesia melalui sales@zettagrid.id atau +62 811 28 38 78.

Apa Itu RTO dan RPO dan Manfaatnya dalam Business Continuity dan Disaster Recovery 

Dalam dunia teknologi informasi, terutama di bidang manajemen keamanan data dan pemulihan bencana (disaster recovery), terdapat dua konsep penting yang sering kali menjadi pusat perhatian: Recovery Time Objective (RTO) dan Recovery Point Objective (RPO). Kedua konsep ini memainkan peran kunci dalam memastikan kelangsungan bisnis dan integritas data di dunia digital yang penuh risiko. Artikel ini akan membahas secara mendalam RTO dan RPO, dari yang umum hingga yang spesifik, serta mengapa kedua konsep ini sangat penting dalam lingkungan bisnis saat ini. 

Dalam era digital saat ini, data menjadi salah satu aset paling berharga bagi perusahaan. Data tidak hanya berisi informasi pelanggan dan transaksi, tetapi juga termasuk kode sumber aplikasi, konfigurasi jaringan, dan berbagai jenis informasi yang penting untuk operasi sehari-hari perusahaan. Oleh karena itu, keamanan data dan kemampuan pemulihan data (data recovery) yang efektif sangatlah penting. 

RTO dan RPO adalah dua konsep kunci dalam merancang strategi disaster recovery dan manajemen risiko data. Masing-masing konsep memiliki peran dan arti yang berbeda dalam konteks perlindungan data dan pemulihan setelah bencana atau kejadian tak terduga lainnya. Mari kita mulai dengan pemahaman yang lebih umum tentang keduanya. 

RTO (Recovery Time Objective) – Batasan Waktu Pemulihan 

RTO, atau Recovery Time Objective, adalah waktu maksimal yang diberikan kepada sebuah sistem atau aplikasi untuk pulih setelah terjadi bencana atau gangguan. Dalam kata lain, RTO mengukur berapa lama perusahaan dapat mengizinkan sistem atau aplikasi tidak beroperasi sebelum terjadi dampak yang tidak dapat diterima. RTO umumnya diukur dalam satuan waktu seperti jam, menit, atau bahkan detik, tergantung pada kebutuhan bisnis. 

Misalnya, jika sebuah perusahaan memiliki RTO 4 jam untuk sistem manajemen inventaris mereka, ini berarti bahwa sistem tersebut harus kembali beroperasi dalam waktu empat jam setelah terjadi gangguan atau bencana. Jika pemulihan sistem memakan waktu lebih dari empat jam, maka perusahaan tersebut dapat mengalami dampak negatif yang signifikan, seperti kehilangan penjualan atau ketidakpuasan pelanggan. 

Pentingnya RTO adalah memastikan bahwa perusahaan memiliki disaster recovery plan yang efektif dan dapat diandalkan. RTO membantu perusahaan menetapkan prioritas dalam data recovery dan sistem, serta menentukan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai target waktu pemulihan tersebut. 

RPO (Recovery Point Objective) – Batasan Titik Pemulihan 

Selanjutnya, kita akan membahas Recovery Point Objective atau RPO. RPO adalah konsep yang berfokus pada sejauh mana perusahaan dapat menerima kehilangan data dalam kejadian bencana atau gangguan. RPO diukur dalam periode waktu yang sama seperti RTO, yaitu jam, menit, atau detik, tergantung pada kebutuhan bisnis. 

Misalnya, jika sebuah perusahaan memiliki RPO 1 jam untuk sistem basis data pelanggan mereka, ini berarti bahwa perusahaan dapat menerima kehilangan data hingga satu jam sebelum bencana atau gangguan terjadi. Dalam konteks ini, “kehilangan data” bisa berarti bahwa semua perubahan atau transaksi yang terjadi dalam satu jam terakhir sebelum gangguan mungkin tidak dapat dipulihkan. 

RPO sangat penting karena mengukur sejauh mana perusahaan dapat membatasi kerugian data dalam skenario yang tidak diinginkan. RPO yang lebih rendah mengharuskan perusahaan untuk melakukan cadangan data lebih sering, yang dapat menjadi tugas yang lebih sulit dan mahal. Namun, ini juga berarti bahwa perusahaan dapat memulihkan data yang lebih baru dan memiliki tingkat kehilangan data yang lebih rendah. 

Mengapa RTO dan RPO Penting? 

Sekarang, kita telah memahami apa itu RTO dan RPO secara umum. Namun, mengapa kedua konsep ini sangat penting dalam dunia bisnis dan teknologi informasi? 

Kelangsungan Bisnis 

Salah satu alasan utama adalah kelangsungan bisnis. Setiap perusahaan ingin memastikan bahwa operasinya dapat terus berjalan meskipun mengalami gangguan atau bencana. RTO memastikan bahwa waktu pemulihan sistem atau aplikasi tidak melebihi batasan yang dapat diterima oleh bisnis, sehingga bisnis dapat kembali beroperasi sesegera mungkin. 

Sementara itu, RPO memastikan bahwa data yang hilang selama bencana atau gangguan dapat dipulihkan dalam batasan yang dapat diterima. Ini penting terutama untuk bisnis yang bergantung pada data pelanggan, informasi keuangan, atau data penting lainnya. Dengan memiliki RPO yang baik, perusahaan dapat meminimalkan kerugian data dan menghindari dampak yang merugikan. 

Kepuasan Pelanggan 

Kepuasan pelanggan adalah faktor lain yang sangat dipengaruhi oleh RTO dan RPO. Jika sebuah perusahaan tidak dapat memulihkan layanan atau data dengan cepat setelah terjadi gangguan, pelanggan mungkin akan kecewa dan beralih ke pesaing. RTO yang lambat dapat menyebabkan penurunan kepuasan pelanggan dan potensi kehilangan bisnis. 

Kepatuhan Regulasi 

Banyak industri dan negara memiliki regulasi yang mengharuskan perusahaan untuk melindungi data pelanggan dan bisnis. Misalnya, General Data Protection Regulation (GDPR) di Uni Eropa mengharuskan perusahaan untuk melindungi data pelanggan dan memberikan kemampuan data recovery yang baik. RTO dan RPO yang baik dapat membantu perusahaan mematuhi regulasi tersebut dan menghindari denda dan sanksi yang mungkin diberikan. 

RTO dan RPO dalam Praktik 

Setiap perusahaan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda ketika mengatur RTO dan RPO mereka. Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan RTO dan RPO meliputi: 

Jenis Data 

Jenis data yang diolah oleh perusahaan dapat memengaruhi RTO dan RPO. Data yang sangat penting, seperti data pelanggan atau data keuangan, mungkin memiliki RTO dan RPO yang lebih ketat daripada data yang kurang penting. 

Sumber Daya 

Ketersediaan sumber daya juga merupakan faktor yang memengaruhi RTO dan RPO. Perusahaan dengan anggaran yang lebih besar mungkin dapat mengatur RTO dan RPO yang lebih ketat karena mereka memiliki akses ke teknologi disaster recovery yang lebih canggih. 

Risiko Industri 

Industri tempat perusahaan beroperasi juga dapat memengaruhi penentuan RTO dan RPO. Industri yang lebih rentan terhadap bencana atau serangan mungkin memerlukan RTO dan RPO yang lebih ketat. 

Kebijakan Internal 

Kebijakan internal perusahaan juga berperan dalam penentuan RTO dan RPO. Perusahaan harus mempertimbangkan berapa banyak risiko yang bersedia mereka ambil dan berapa banyak sumber daya yang mereka siapkan untuk disaster recovery

Implementasi RTO dan RPO 

Setelah perusahaan menentukan RTO dan RPO mereka, langkah berikutnya adalah mengimplementasikan strategi pemulihan yang sesuai. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencapai RTO dan RPO yang ditetapkan adalah: 

Cadangan Data Reguler 

Mengamankan data secara teratur adalah langkah penting untuk mencapai RPO yang rendah. Perusahaan harus membuat cadangan data dengan frekuensi yang memadai sesuai dengan RPO mereka. Ini dapat dilakukan dengan bantuan perangkat lunak cadangan data dan sistem penyimpanan yang andal. 

Redundansi Infrastruktur 

Menggunakan infrastruktur yang redundan dapat membantu mencapai RTO yang lebih cepat. Ini berarti bahwa perusahaan memiliki salinan sistem dan aplikasi yang siap digunakan jika sistem utama mengalami gangguan. 

Pengujian Pemulihan 

Menguji disaster recovery plan secara teratur adalah langkah penting untuk memastikan bahwa RTO dan RPO yang ditetapkan dapat dicapai. Pengujian pemulihan memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi potensi masalah dan perbaikannya sebelum terjadi kejadian yang sebenarnya. 

Pemantauan Berkelanjutan 

Mengawasi sistem dan aplikasi secara terus-menerus dapat membantu mendeteksi gangguan atau bencana lebih cepat, yang pada gilirannya dapat membantu mencapai RTO yang lebih singkat. 

Studi Kasus: Peran RTO dan RPO dalam Bisnis E-Commerce 

Untuk memberikan contoh konkret tentang bagaimana RTO dan RPO berperan dalam dunia bisnis, mari kita lihat studi kasus dalam konteks bisnis e-commerce. 

RTO dalam Bisnis E-Commerce 

Dalam bisnis e-commerce, RTO dapat menjadi perbedaan antara mempertahankan pelanggan atau kehilangan mereka. Misalnya, pertimbangkan toko online yang menjual produk-produk fashion. Jika sistem toko online tersebut mengalami gangguan dan pelanggan tidak dapat melakukan pembelian selama berjam-jam, pelanggan mungkin akan beralih ke pesaing yang lebih dapat diandalkan. Oleh karena itu, RTO yang cepat sangat penting dalam hal ini. 

RPO dalam Bisnis E-Commerce 

Sementara itu, RPO dalam bisnis e-commerce mengacu pada sejauh mana data pesanan dan inventaris dapat dipulihkan setelah terjadi gangguan. Jika toko online kehilangan data pesanan selama satu jam sebelum terjadi gangguan, ini dapat mengakibatkan kebingungan yang besar dan hilangnya pendapatan. Oleh karena itu, RPO yang ketat, mungkin hanya beberapa menit, sangat penting untuk memastikan integritas data pesanan dan inventaris. 

Dengan menetapkan RTO dan RPO yang sesuai, bisnis e-commerce dapat memastikan bahwa mereka dapat menjaga kelangsungan bisnis, memuaskan pelanggan, dan melindungi data dengan baik. 

Kesimpulan 

RTO dan RPO adalah dua konsep yang sangat penting dalam dunia manajemen keamanan data dan disaster recovery. Kedua konsep ini membantu perusahaan mengatur batasan waktu pemulihan dan batasan titik pemulihan untuk sistem dan data mereka. Dengan memahami RTO dan RPO, perusahaan dapat merancang strategi pemulihan yang efektif, melindungi bisnis mereka, dan memuaskan pelanggan. 

Penting untuk diingat bahwa setiap perusahaan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, dan oleh karena itu, RTO dan RPO harus disesuaikan dengan kebutuhan bisnis. Selain itu, implementasi dan pengujian rencana pemulihan juga penting untuk memastikan bahwa RTO dan RPO yang ditetapkan dapat dicapai dalam situasi nyata. 

Dalam dunia yang terus berubah dan penuh risiko ini, pemahaman tentang RTO dan RPO adalah langkah penting menuju keberhasilan dan kelangsungan bisnis yang berkelanjutan. Semoga artikel ini telah membantu Anda memahami konsep ini dengan lebih baik dan bagaimana mereka dapat diterapkan dalam lingkungan bisnis Anda. 

Zettagrid Indonesia menyediakan solusi lengkap untuk keberlanjutan bisnis dan disaster recovery yang mencakup pemulihan data, toleransi kesalahan, dan ketersediaan tinggi. Kami membuat pemulihan bencana menjadi lebih mudah dan terjangkau dengan menawarkan berbagai solusi disaster recovery yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda. Hubungi kami di sales@zettagrid.id untuk informasi lebih lanjut. 

Rekomendasi Layanan Cloud Service Provider Indonesia Terbaik

Cloud Service Provider Indonesia

Kini teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat, tentunya bisa mendorong permintaan akan layanan cloud yang lebih efisien dan fleksibel. Penyedia layanan cloud service provider di Indonesia juga menawarkan berbagai solusi yang mumpuni, mulai dari infrastruktur sebagai layanan (laaS), platform sebagai layanan (PaaS), hingga software sebagai salah satu layanan (SaaS). 

Layanan cloud service provider Indonesia memiliki berbagai fungsi yang besar terhadap pengguna individu, perusahaan, dan organisasi. Berikut adalah fungsi utama dari cloud service provider Indonesia adalah sebagai berikut: 

Fungsi Utama Layanan Cloud Service Provider Indonesia

1. Penyimpanan Data 

Layanan cloud service bisa membantu pengguna untuk menyimpan data secara online, sehingga membuat pengguna bisa melakukan akses dengan mudah di mana saja dan kapan saja. 

2. Komputasi 

Selain sebagai penyimpanan data, layanan cloud server juga memungkinkan pengguna untuk menyewa sumber daya komputasi seperti CPU, RAM, dan penyimpanan sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini memungkinkan pengguna untuk mengatasi perubahan tiba-tiba dalam permintaan komputasi tanpa harus menginvestasikan hardware yang baru. 

3. Infrastruktur sebagai Layanan (IaaS) 

IaaS memberikan berbagai akses ke infrastruktur teknologi seperti server virtual, jaringan, dan penyimpanan. Pengguna dapat mengelola lingkungan komputasi perusahaan secara mandiri, tanpa harus mengelola fisik data center-nya. 

4. Platform sebagai Layanan PaaS 

Layanan PaaS umumnya memiliki visi untuk pengembangan dan peluncuran aplikasi, dengan adanya layanan cloud service, developer bisa membangun, menguji, dan meluncurkan aplikasi tanpa harus mengkhawatirkan aspek infrastruktur. 

5. Skalabilitas 

Layanan cloud memungkinkan pengguna untuk dengan mudah menyesuaikan sumber daya yang perusahaan Anda gunakan, hal ini memungkinkan Anda untuk bisa mengurangi dan meningkatkan kapasitas sesuai dengan kebutuhan yang berubah. 

6. Kolaborasi 

Dengan akses online yang lebih mudah dan cepat, layanan cloud service Indonesia juga bisa mendukung kolaborasi tim yang lebih baik, tim yang berada di lokasi yang berbeda dapat bekerja sama pada proyek secara real-time. 

7. Backup dan disaster recovery 

Layanan cloud service juga sering digunakan untuk membuat salinan cadangan data yang penting. Jika, terjadi bencana atau kegagalan hardware, data dapat dipulihkan dengan mudah. 

Jenis-Jenis Layanan Cloud Service Provider Indonesia

Di Indonesia, ada tiga jenis layanan cloud service yang bisa Anda jumpai, umumnya masing-masing jenis ini juga menyajikan cara yang berbeda dalam mengakses dan memanfaatkan sumber daya teknologi. Berikut adalah jenis-jenis layanan cloud Indonesia yang umum ditemukan dan bisa Anda gunakan: 

1. Infrastruktur sebagai Layanan (IaaS) 

IaaS akan menyediakan akses ke infrastruktur dasar dalam berbentuk virtual, seperti server, jaringan, dan penyimpanan. Pengguna dapat mengelola dan mengkonfigurasi elemen infrastruktur sesuai kebutuhan perusahaan tanpa harus memikirkan hardware. 

2. Platform sebagai Layanan (PaaS) 

PaaS adaalah sebuah server pengembangan dan penyebaran aplikasi yang disediakan melalui cloud. Ini mencakup lingkungan software, perpustakaan, dan alat pengembangan yang memungkinkan developer untuk fokus pada pembuatan aplikasi tanpa harus khawatir mengenai infrastruktur. 

3. Perangkat Lunak sebagai Layanan (SaaS) 

SaaS adalah model di mana aplikasi software akan disediakan melalui internet. Pengguna dapat mengakses aplikasi melalui browser web tanpa perlu menginstal atau memelihara perangkat lunak tersebut secara lokal, contoh SaaS adalah email berbasis web, aplikasi kolaborasi, dan CRM. 

Rekomendasi Layanan Cloud Service Indonesia 

Sebagai salah satu layanan cloud service Indonesia, Zettagrid Indonesia adalah penyedia layanan cloud server atau cloud computing yang sudah memiliki sertifikat internasional dan menyediakan berbagai produk canggih dan unggul untuk kebutuhan infrastruktur, server, hingga keamanan cloud. 

Zettagrid Indonesia yang memiliki aturan kepatuhan ISO 27001, ISO 9001, dan PCI DSS yang dapat melindungi data dan informasi bisnis dengan aman, sehingga Anda tidak perlu khawatir ada kebocoran data

Alasan Memilih Zettagrid Indonesia sebagai Layanan Cloud Service Provider Indonesia

Selain sudah memiliki sertifikat internasional dan memiliki pengalaman dalam bidang cloud server, ada beberapa alasan yang perlu Anda ketahui sebelum memilih Zettagrid Indonesia sebagai salah satu layanan cloud computing yang bisa Anda pilih, yaitu sebagai berikut: 

1. Biaya yang Dapat disesuaikan 

Zettagrid Indonesia memberikan akses penuh bagi Anda untuk melakukan kustomisasi pada virtual server sesuai dengan kebutuhan perusahaan Anda, sehingga pembayarannya akan sesuai dengan resource yang akan perusahaan Anda pilih atau gunakan, untuk menentukan biaya layanan server, Anda bisa mencoba langsung menghitungnya pada laman ini. 

2. Bill Pembayaran Sesuai 

Dengan adanya kebebasan bagi Anda untuk memilih resource apa yang akan dibutuhkan oleh perusahaan Anda, tentunya Anda akan menerima billing sesuai dengan yang Anda gunakan dan sudah Anda prediksi tanpa adanya bill shock. Zettagrid Indonesia juga memberikan kemudahan dalam penggunaan layanan cloud Zettagrid dengan biaya yang tidak kompleks, tetapi Anda tetap bisa mendapatkan kualitas dan layanan yang terbaik. 

3. 100% Lokal 

Anda juga tidak perlu khawatir tentang keberadaan data center Zettagrid Indonesia, karena data center Zettagrid terletak di Indonesia khususnya Jakarta dan Cibitung dengan sertifikasi Tier 4. Kenyamanan dan keamanan penggunaan cloud Anda akan Zettagrid jamin dengan SLA 99.95%, serta akan dibantu backup 100% dengan tim support kami yang siap melayani Anda 24×7. 

Layanan Cloud Service Provider dari Zettagrid Indonesia

1. Virtual Data Center 

Layanan utama dari Zettagrid Indonesia adalah virtual data center, dengan proses provisioning singkat serta server yang sangat mudah dengan skalabilitas yang tinggi, virtual data center dapat bekerja sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda, dengan menggunakan Virutal Data Center Zettagrid Indonesia Anda juga akan terhindari dari biaya CapEx yang tinggi. 

2. Veeam Backup 

Untuk Anda yang memiliki bisnis yang berkaitan dengan teknologi, informasi, dan komunikasi melalui sebuah server, Veeam Backup menyediakan backup berbasis cloud khusus untuk virtual machine dan server on-premise Anda dengan menggunakan teknologi Veeam Cloud Connect. 

Dengan layanan ini, Anda dapat menyimpan salinan dari berbagai file atau database yang tersimpan dan terolah dari virtual machine atau server on-premise

3. Veeam Replication 

Veeam Replication adalah replikasi VM berbasis gambar dan sistem disaster recovery yang efisien dengan memanfaatkan teknologi Veeam Cloud Connect yang dapat memastikan tingkat ketersediaan yang tinggi dari aplikasi penting yang perusahaan Anda gunakan. 

4. Zerto Secondsite DR 

Dengan Zerto Secondsite DraaS, Anda bisa melakukan failback, failover dan disaster recovery dengan mudah hanya dengan satu klik, melalui layanan ini Anda akan mendapatkan redundansi untuk aplikasi dan data penting untuk bisa dipulihkan dengan cepat ketika terjadi situasi yang tidak diinginkan seperti bencana alam, kesalahan manusia, hingga adanya kerusakan pada infrastruktur fisik. 

5. Virtual Server 

Anda juga bisa menikmati layanan Virtual Private Server (VPS) yang memiliki kontrol, keamanan, dan visibilitas yang tinggi dan berlapis dengan teknologi VMware, VPS juga membuat Anda bisa membangun dan menjalankan aplikasi hanya dalam hitungan menit. Untuk informasi terkait layanan cloud computing dari Zettagrid Indonesia, Anda bisa mengunjungi langsung web Zettagrid di www.zettagrid.id atau hubungi sales kami di sales@zettagrid.id.

Jenis Spektrum DRaaS yang Tepat Untuk Perusahaan Anda

Jenis Spektrum DRaaS yang Tepat Untuk Perusahaan Anda

Dengan munculnya layanan cloud computing, solusi DRaaS telah berevolusi. Di mana sebagai gantinya, kebisingan yang diciptakan oleh layanan pemulihan bencana yang menggunakan layanan teknologi cloud sekarang berasal dari kebingungan tentang banyaknya layanan yang tersedia. Namun, layanan yang tepat itu saat ini tetap tersedia untuk memenuhi kebutuhan setiap organisasi.

Penyedia layanan DRaaS terdapat dalam spektrum yang berbeda-beda, dan itu bukan dalam kategori yang jelas terdefinisi. Oleh karena itu, artikel ini akan menjelaskan tiga opsi utama untuk DRaaS di dalam spektrum tersebut. Namun, kata kunci untuk layanan pemulihan bencana adalah fleksibilitas. Di mana dengan banyaknya penyedia DRaaS yang tersedia, ada kemungkinan bahwa solusi yang paling sesuai untuk organisasi Anda mungkin berada di luar opsi yang dijelaskan berikut ini.

Self-Service DRaaS

Apa itu self-service DRaaS? Salah satu layanan yang ditawarkan secara self-service, di mana penyedia DRaaS memiliki infrastruktur target yang tersedia ketika adanya kejadian bencana, bersama dengan peralatan dan dokumen pendukung yang diperlukan. Bagian self-service berarti organisasi Anda bertanggung jawab untuk pengaturan awal dan pemeliharaan, serta pemantauan yang berkelanjutan. Dengan kata lain, penyedia layanan tersebut menjamin bahwa infrastruktur dan peralatan mereka bekerja dengan benar tetapi tidak bertanggung jawab sepenuhnya untuk solusi secara keseluruhan. Organisasi atau perusahaan Anda harus mengatur pengujian, pada interval apa pun yang ditentukan, membuat dan memelihara semua runbook dan proses lainnya.

Model self-service DRaaS ini cocok untuk organisasi yang sudah memiliki tim TI besar dengan keterampilan dan kemampuan untuk melaksanakan strategi Disaster Recovery. Bagi sebuah organisasi, self-service DRaaS ini sangat membantu mereka melaksanakan strategi geo-disperse atau beralih ke model berbasis konsumsi atau pengeluaran OPEX.

Partially Managed DRaaS

Sementara, yang dimaksud dengan partially managed DRaaS? Yang mana langkah selanjutnya dalam spektrum ini, solusi DRaaS yang dikelola sebagian menawarkan model tanggung jawab bersama. Penyedia layanan DRaaS melakukan pengaturan awal dan beberapa pemeliharaan dan pemantauan berkelanjutan sementara organisasi Anda dapat berinteraksi dengan layanan tersebut dan mengakses beberapa fungsionalitas. Mengapa begitu banyak organisasi menyukai model ini? Karena memberikan rasa tenang dan pendekatan yang lebih sesuai dengan strategi DR mereka.

Terbaik untuk: Model ini cocok untuk organisasi yang memiliki sumber daya IT yang terbatas atau bahkan tidak memiliki keahlian pemulihan bencana. Model ini juga cocok untuk organisasi yang tidak memiliki situs cadangan sekunder atau tersier sebagai lokasi pemulihan bencana atau yang menginginkan jaminan SLA yang terjamin untuk pemulihan bencana.

Bagaimana Zerto Cocok dengan DRaaS?

Lebih dari 350 penyedia layanan memilih Zerto untuk menjalankan penawaran DR mereka karena Zerto memberikan kemampuan untuk pulih dari setiap kegagalan, termasuk ransomware, hanya dalam hitungan menit. Zerto memberikan penyedia DRaaS kemampuan untuk memutar kembali data ke detik sebelum insiden terjadi. Ini juga membantu mengurangi risiko strategi DR dan ransomware dengan pengujian yang tidak berbahaya serta sepenuhnya otomatis dan diatur.

Disaster Recovery as a Service dari Zerto merupakan salah satu layanan yang tepat dalam membantu Anda menangani pemulihan maupun mencegah kehilangan dan kerusakan data akibat bencana alam. Jika Anda berniat untuk menggunakan solusi backup maupun kebutuhan IT lainnya, Zettagrid Indonesia dapat membantu Anda. Lakukan konsultasi langsung dengan tim kami melalui sales@zettagrid.id atau hubungi ke sini.

Artikel kurasi ini bersumber dari situs web Veeam dengan blog yang berjudul “The DRaaS Spectrum: Which Type Is Right for You?” dengan penulis Chris Rogers, yang diterbitkan pada tanggal 31 Januari 2022.

Cara Kerja Cloud Disaster Recovery yang Penting Bagi Perusahaan

Featured Image - Cara Kerja Cloud Disaster Recovery yang Penting Bagi Perusahaan

Cara Kerja Cloud Disaster Recovery yang Penting Bagi Perusahaan

Sebuah bencana tidak dapat kita prediksi kemunculannya, sehingga sering kali mengalami dampak yang cukup merugikan pada bisnis perusahaan. Maka dari itu cara meminimalisir kerugian akibat bencana yang terjadi pada bisnis, anda dapat memanfaatkan layanan cloud disaster recovery yang tersedia dari penyedia layanan cloud computing.

Hal ini dilakukan bertujuan untuk mempersiapkan anda dari resiko-resiko serta dampak dari bencana atau insiden. Bencana dalam industri teknologi ini bukan hanya disebabkan oleh fenomena alam saja, akan tetapi juga bisa disebabkan karena human error hingga system error seperti kebakaran dan kelalain lainnya yang berisiko merugikan operasional bisnis dan image perusahaan.

Body Image - Server mengalami Downtime

(Source: Storyset Freepik.com)

Seperti pepatah mengatakan “sedia payung sebelum hujan”, yang mana artinya anda harus mempersiapkan rencana sebelum semua resiko itu menimpa pada bisnis anda. Dan ini sama seperti gambaran fungsi dari cloud disaster recovery, berfungsi sebagai persiapan ataupun Business Continuity Plan ketika menghadapi bencana.

Istilah cloud disaster recovery sendiri adalah suatu metode yang menempatkan perangkat IT, sistem, aplikasi, hingga data cadangan yang dikelola oleh pihak ketiga dengan berbasis teknologi cloud computing. Tujuan dari solusi cloud yang satu ini adalah untuk membantu anda dalam memulihkan data dan sistem dari infrastruktur, apabila terjadi bencana dan mengalami kegagalan operasional sistem pada operasional bisnis.

Dapat disimpulkan bahwa fungsi dari cloud disaster recovery menjadi salah satu langkah penting dalam mengamankan kelangsungan operasional bisnis serta data perusahaaan, dalam situasi datacenter primer sedang mengalami downtime akibat bencana. Untuk mengetahui lebih lengkap bagaimana cara kerja dari cloud disaster recovery, berikut ini penjelasan singkat yang perlu anda ketahui.

  1. Penyalinan Data dari Datacenter Primary ke Datacenter Secondary

Sebagai persiapan dalam langkah menghadapi bencana, cloud disaster recovery akan menyelamatkan data dengan menyalinnya dari primary site ke secondary site dilakukan sebelum bencana menimpa bisnis. Dengan teknologi cloud computing, anda dapat mengaktifkan dengan otomatis secondary site dapat mengambil alih dan mengaktifkan sistem disaster recovery ketika primary site sedang bermasalah.

  1. Secondary Site Mengambil Alih Sistem Operasional Data

Body Image - Pemindahan dan penyalinan sistem operasional data

(Source: Storyset Freepik.com)

Saat primary site mengalami down, sistem operasional data tentu akan dihentikan dan perlindungan akses ke secondary site akan diaktifkan. Hal itu agar Anda dapat mengakses data yang sudah disalin sebelum terjadinya bencana untuk secara langsung mengambil alih sistem operasional data tersebut. Dengan begitu primary site akan segera melakukan pemulihan saat secondary site aktif.

  1. Rebuild pada Primary Site

Selama secondary site bekerja sebagai data center sementara, primary site akan memulai proses rebuilding atau perbaikan akibat bencana. Setelah proses perbaikan selesai, data-data baru yang Anda simpan di secondary site akan disalin ke primary site agar keduanya memiliki data dalam versi yang sama. Sehingga Anda dapat memakai data di primary site tanpa perlu membuat ulang.

  1. Sistem Operasional Data Kembali ke Primary Site

Apabila proses building sudah rampung, maka sistem operasional data kembali dialihkan lagi ke primary site. Akan tetapi, sebelum kembali ke primary site pastikan terlebih dahulu tidak ada pekerjaan yang sedang berjalan. Kemudian, hentikan semua proses penyalinan data dari secondary site ke primary site. Anda dapat menggunakan hardware khusus untuk mengangkat write-protection yang ada di primary site. Lakukan pengalihan sistem operasional data agar pemakaian primary site sebagai situs utama kembali efektif seperti sebelum terjadinya bencana.

Dari penjelasan singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan cloud disaster recovery dalam memulihkan sistem pada bisnis sangat penting halnya jika Anda terapkan. Dengan demikian, produktivitas dalam bisnis Anda akan tetap bisa berjalan dan ini juga dapat meminimalisir kerugian yang ada.

Zettagrid sebagai penyedia layanan cloud di Indonesia memiliki berbagai solusi Disaster Recovery (DR) yang anda dapat gunakan pada bisnis anda. Anda tidak perlu ragu jika bisnis anda mengharuskan anda untuk menaruh data di Indonesia, karena Zettagrid Indonesia sendiri memiliki 2 lokasi data center di Indonesia dengan SLA 99.95% yang dapat menjamin anda dari terjadinya downtime. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap tentang layanan cloud disaster recovery, Anda dapat langsung menghubungi tim kami ke sales@zettagrid.id atau klik disini.

Veeam Cloud Connect Replication dan Secondsite DRaaS, Apa Perbedaannya?

veeam replication

Veeam Cloud Connect Replication dan Secondsite DRaaS, Apa Perbedaannya?

Seiring dengan semakin maraknya proses transformasi digital, ketergantungan sebuah organisasi terhadap data digital tentu ikut meningkat. Dengan itu, maka kesadaran untuk memiliki backup data dan disaster recovery plan sangat penting untuk dimiliki pengusaha. Sebagaimana dengan karakteristik organisasi yang berbeda-beda, maka kebutuhan pada disaster recovery plan pun akan berbeda. Beberapa organisasi mungkin dapat bertahan dengan kehilangan data selama 24 jam atau tidak dapat mengakses data mereka selama 1 hari atau lebih. Akan tetapi, organisasi lain mungkin tidak dapat mentolerir kehilangan data sama sekali.

Sebagai cloud service provider, Zettagrid Indonesia memahami keunikan karakteristik masing-masing organisasi tersebut. Karena itulah Zettagrid Indonesia memiliki beberapa pilihan layanan untuk dapat memenuhi kebutuhan bisnis yang beraneka ragam. Kali ini kita akan membahas karakteristik dua layanan Disaster Recovery dari Zettagrid Indonesia, yaitu VCCR (Veeam Cloud Connect Replication) dan SecondSite DRaaS.

Objek Pemulihan Bencana dan Metode Perlindungannya

Sebelumnya, objek pemulihan bencana adalah sumber data atau sistem yang diproteksi oleh solusi Disaster Recovery. VCCR dan SecondSite memiliki objek yang sama, yaitu berupa virtual machine (VM) yang berjalan di atas sistem virtualisasi VMware. Namun, metode perlindungan yang digunakan oleh satu layanan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga membentuk karakteristik khusus dari layanan tersebut.

  • VCCR
    VCCR memanfaatkan fitur snapshot yang tersedia pada platform virtualisasi dari VMware. Dengan demikian VCCR dapat menghemat infrastruktur yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan proses replikasi VM. Untuk lingkungan virtualisasi yang kecil, 1 VM sudah cukup untuk menjalankan semua fungsi replikasi.
  • SecondSite
    SecondSite menggunakan metode Data Journaling untuk mereplikasi data dari sumber ke tujuan. Dengan metode ini, replikasi data dapat berlangsung hampir secara instan pada saat data tersebut tertulis. Sebagai konsekuensinya dibutuhkan minimal 1 VM untuk setiap host Sebagai contoh untuk melindungi VM dalam sebuah cluster dengan 3 hosts, dibutuhkan minimal 4 VM, 1 VM untuk setiap host ditambah 1 VM sebagai manager/controller.

RPO (Recovery Point Objective)

Selain itu, ada pula RPO yang merujuk pada seberapa penting data yang akan diproteksi oleh layanan Disaster Recovery. Untuk memudahkan monitoring, biasanya RPO akan memastikan tingkat kepentingan data bisnis dengan merepresentasikannya dalam waktu. Jadi, waktu akan menunjukkan seberapa banyak data yang berpotensi hilang pada saat bencana terjadi. Bila RPO yang dimiliki suatu layanan semakin besar, maka data yang berpotensi hilang pada saat bencana juga semakin besar. Padahal, data yang sangat penting tentu membutuhkan RPO sekecil mungkin, demikian juga sebaliknya.

  • VCCR
    RPO optimum yang direkomendasikan untuk dapat dicapai oleh VCCR adalah 1 jam (60 menit).
  • SecondSite
    SecondSite dapat mencapai RPO dengan hitungan detik. Dalam kondisi optimal RPO antara 3-15 detik dapat dicapai

RTO (Recovery Time Objective)

RTO merujuk pada seberapa penting sistem ketersediaan data yang akan diproteksi oleh layanan Disaster Recovery. Sama seperti RPO, untuk memudahkan monitoring, maka RTO juga direpresentasikan dalam waktu. Dalam RTO, waktu menunjukkan seberapa lama gangguan pada sistem dapat ditolerir. Semakin besar RTO, maka semakin besar toleransi pengguna terhadap sistem tersebut, demikian juga sebaliknya.

Untuk VCCR dan SecondSite, waktu RTO minimum yang bisa dicapai relatif sama, kurang lebih dalam hitungan menit. Karena hasil replikasi sudah siap untuk dinyalakan sebagai VM, maka RTO disini adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyalakan VM tersebut.

Aksesibilitas

Saat Disaster Recovery Plan diaktifkan, proses failover akan dilakukan. Artinya, VM yang dilindungi oleh layanan tersebut akan dioperasikan di Disaster Recovery Center (DRC). VM yang berada dalam kondisi failover akan menyala di lingkungan yang berbeda, sehingga aksesnya pun akan berbeda.

  • VCCR
    Pada saat VM yang dilindungi oleh VCCR dalam kondisi failover, VM tersebut hanya dapat diakses melalui jaringan (misalnya Remote Desktop Connection, ssh, dll). Sehingga perlu dipastikan bahwa konfigurasi jaringan VM tersebut telah sesuai dan diuji coba dengan sempurna.
  • SecondSite
    Pada SecondSite, akses ke VM yang sedang dalam kondisi failover dapat dilakukan melalui jaringan dan VM console. Sehingga apabila terjadi hal-hal di luar dugaan, VM tersebut masih dapat diakses dan dilakukan troubleshoot lebih dalam.

Kesimpulan

Perbandingan tersebut dapat dilihat dalam table berikut:

Veeam Replication

Demikian perbandingan antara layanan Veeam Cloud Connect Replication dan SecondSite DRaaS yang disediakan oleh Zettagrid Indonesia. Bila Anda memiliki pertanyaan terkait solusi Disaster Recovery, Anda dapat menghubungi kami ke sales@zettagrid.id atau klik di sini.

Mengapa Bisnis Anda Membutuhkan Disaster Recovery?

Mengapa DIsaster Recovery

Mengapa Bisnis Anda Membutuhkan DIsaster Recovery

Bisnis digital di Indonesia semakin terasa perkembangannya. Salah satu buktinya adalah posisi Indonesia sebagai negara 10 besar dengan pertumbuhan nilai perdagangan e-commerce. Hal ini diungkapkan langsung oleh Direktur Pemberdayaan Informatika, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Septriana Tangkary. Beliau mengatakan jika Indonesia berada di peringkat nomor 1 dunia dengan angka pertumbuhan nilai dagang 78%.

Dengan pertumbuhan yang positif ini, tentunya dibutuhkan solusi-solusi IT yang mumpuni untuk mendukung sistem IT bisnis yang reliable. Salah satunya adalah dengan penggunaan solusi Disaster Recovery. Dengan menggunakan Disaster Recovery, bisnis anda dapat terhindar dari kejadian-kejadian yang tidak terduga seperti bencana alam dan kebakaran, selain itu anda juga dapat menghindari downtime yang berkepanjangan. Mau tau lebih lanjut mengapa bisnis anda membutuhkan solusi ini? Yuk simak bahasan berikut ini:

 

  • Menghindari dari bencana yang tak terduga

Pernahkan anda mendengar berita mengenai gedung data center yang terbakar beberapa waktu lalu? Bayangkan jika hal itu terjadi pada bisnis anda dan pada saat itu anda sedang melakukan sistem development ataupun kegiatan penting lainnya. Jika anda belum memiliki solusi Disaster Recovery, anda tidak dapat terhindar dari server yang mati beberapa hari. Apalagi jika penyebabnya adalah kebakaran yang pastinya akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengembalikan bisnis anda kembali normal. Dengan Disaster Recovery, hal ini dapat di minimalisir, karena server anda akan tetap berjalan di cloud (off-site).

  • Mencegah terjadinya kehilangan data serta meminimalisir terjadinya downtime

Human error atau kesalahan manusia juga termasuk alasan mengapa anda membutuhkan Disaster Recovery. Misalnya anda sedang membangun suatu sistem di website atau aplikasi anda lalu tiba-tiba tim anda melakukan kesalahan sehingga data yang sudah tersimpan menjadi terhapus. Tidak hanya hilang, ternyata hal ini juga menyebabkan sistem pada server anda down sehingga pelanggan anda tidak dapat mengakses aplikasi anda. Dengan solusi Disaster Recovery, data anda tentunya masih dapat terselamatkan dan sistem masih dapat berjalan karena anda mempunyai salinannya di cloud.

  • Menghindari anda dari kehilangan pelanggan

Pernahkah anda mengalami downtime disaat anda mengadakan diskon besar-besaran di bisnis anda? Bayangkan jika pada saat itu anda sedang mengadakan launching produk disaat hari belanja online nasional dan website maupun aplikasi anda mengalami downtime karena banyaknya traffic yang masuk ke server anda. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan pelanggan anda terhadap bisnis anda. Belum lagi biaya yang sudah anda keluarkan untuk promosi campaign tersebut menjadi terbuang sia-sia karena sistem anda yang tidak dapat diakses. Namun anda tidak perlu khawatir, hal ini dapat dihindari dengan menggunakan Disaster Recovery.

Zettagrid sebagai penyedia layanan cloud di Indonesia memiliki berbagai solusi Disaster Recovery (DR) yang anda dapat gunakan pada bisnis anda. Anda tidak perlu ragu jika bisnis anda mengharuskan anda untuk menaruh data di Indonesia, karena Zettagrid sendiri memiliki 2 lokasi data center di Indonesia dengan SLA 99.9% yang dapat menjamin anda dari terjadinya downtime. Selain itu tim support kami juga siap membantu anda 24/7 melalui website, email, telpon dan bahkan whatsapp kapanpun dan dimanapun anda berada. Belum lagi saat ini kami sedang mengadakan penawaran spesial diskon sebesar 25% untuk layanan SecondSite DR. Jika anda tertarik anda dapat menghubungi kami disini atau email kebutuhan anda di marketing@zettagrid.id.

Choosing The Best Disaster Recovery Solution For Your Business

disaster recovery solution

Choosing The Best Disaster Recovery Solution For Your Business

The growth of technology has brought positive impact while also give several risks for digital business. To keep business continuity, enterprise should have plan, one of them is implementing Disaster Recovery for their cloud infrastructure. From all DR solutions that offer their capabilities, which one is suitable to your business needs?

Find the answer on “Zettagrid e-Techday: Choosing The Best Disaster Recovery Solution For Your Business” and meet our cloud expert Aditya Irawan as Senior Cloud Consultant Zettagrid Indonesia.

Event Details

Day: Thursday, 25 November 2021
Time: 02.00 – 04.00 PM
Link to register: bit.ly/etechdaydrzg
Live from Zoom Meeting

Join us and get FREE e-Certificate, special promo, and get a chance to win shopping vouchers.

How to implement Disaster Recovery Plan for SAP?

disaster recovery plan for SAP

How to implement Disaster Recovery Plan for SAP?

 In developing a business, disaster is not a matter of if anymore, but when. Therefore, before disaster strikes the organization, enterprise needs to mitigate the plan to prevent the risks of disaster. Implementing Disaster Recovery can be the solution to solve this problem. With its capability to recover business-critical systems and data, the organization can save its business continuity. That’s why some organizations see Disaster Recovery as a critical solution to their survival, including for SAP.

Disaster Recovery for SAP has always been a discussion since SAP is one of the most mission-critical applications for organization. IDC analyzed the cost to the company, should a critical application fail. They calculated the cost to be between $500.000 to $1 million per hour of downtime. But, no worries, as organizations are ready to effectively combat downtime in SAP with the recovery solution, the business can save cost and minimize the loss.

This article will be discussing how to implement a Disaster Recovery plan for SAP. Read them below here:

1. Planning The Basic Infrastructure 

The first thing to ensure an effective recovery plan for a SAP-based business is to maintain an ecosystem that has uninterrupted power supply. Plan for redundancies from multiple providers and power generators. With an adequate supply of diesel, enterprise can keep the business running for at least 48 hours.

However, redundancies also need to be planned for internet connectivity. A single connection is fraught with risks and at least two separate companies providing connectivity will mitigate the risk of connection downtimes. This also needs to be set up to automatically switch using adequate network hardware.

The next step is business needs to ensure that all the hardware has built-in redundancy. The last thing business would want to experience is to be left with data backups and nowhere to install them. This is very crucial to get you back on your feet without delay, in the event of a disaster. Regular audits to ensure that these systems are functioning as expected is the first and most important aspect of any recovery Plan.

2. Search for the RPO and RTO

RPO and RTO are the two key parameters that form the crux of Disaster Recovery planning for SAP. RTO stands for Recovery Time Objective and RPO stands for Recovery Point Objective. Practical, pre-defined, and pre-approved RPO and RTO are essential to chart your recovery plan.

With these two aspects, business would know how long it would take before they can switch to the SAP recovery site.

3. Disaster Recovery Plans and the Technologies used

Disaster Recovery plan for SAP begins by planning backups of the database that stores all the information managed by the SAP applications. the technologies used for this purpose can be traditional or advanced, such as Network Attached Storage (NAS), VMware SRM for SAP DR, cloud DR, HANA-specific Disaster Recovery, or Disaster Recovery as a Service (DRaaS).

4. Geographical Location of Disaster Recovery site or center

After choosing the method of recovery to be implemented for SAP, the next most important aspect is to choose the ideal center that provides a safe house for your data. The Disaster Recovery center should be in a different seismic zone. A rule of thumb is to have at least 60 km between two data centers. This helps mitigate the risk of seismic activity at these centers.

 

Those are ways to implement a Disaster Recovery plan for SAP. If you have any questions related to our Disaster Recovery solutions, you can contact us here or through sales@zettagrid.id.