Posts

Bagaimana Cara Membangun Disaster Recovery Plan?

disaster recovery planBagaimana Cara Membangun Disaster Recovery Plan?

Saat kata “bencana” terdengar, pikiran kita mungkin langsung membayangkan tentang gempa, tsunami, gunung berapi, atau bahkan tornado. Tapi jika sudah menyangkut tentang infrastruktur IT bisnis seperti data center, kata “bencana” sebenarnya bisa mencakup lebih luas lagi, seperti: human error dan cyber crime.

Bencana alam dan buatan memang merupakan aspek yang perlu untuk dimitigasi oleh bisnis, mengingat pengaruh yang ditimbulkan bisa berdampak besar. Entah bencana tersebut menyebabkan rusaknya sistem infrastruktur IT atau hilangnya data bisnis, keduanya memiliki risiko tidak hanya bagi operasional, tetapi juga bagi kelangsungan bisnis.

Untuk itu, mitigasi seperti Disaster Recovery Plan sangat dibutuhkan oleh bisnis demi meminimalisir besarnya risiko yang terjadi. Tapi, bagaimana cara yang tepat bagi bisnis untuk membangun Disaster Recovery Plan?

Di artikel ini, Anda akan diberi tahu cara membangun Disaster Recovery Plan. Simak selengkapnya di bawah ini:

Identifikasi tim dan penyedia layanan terkait

disaster recovery plan

(Sumber: Gorodenkoff from Getty Images Pro)

Seperti yang dibahas, Disaster Recovery memang menjadi tanggung jawab tim IT suatu bisnis. Namun pada banyak kasus, infrastruktur satu ini banyak disediakan oleh penyedia layanan cloud mengingat layanannya yang lebih efisien, aman, dan High Availability.

Untuk itu, bisnis perlu mengidentifikasi tim yang mampu bertanggungjawab dalam menjalankan infrastruktur satu ini. Sehingga ketika bencana terjadi, bisnis bisa sigap dalam menjangkau tim IT yang mengoperasikan Disaster Recovery Plan dan operasional bisnis serta penyedia layanan Disaster Recovery as a Service.

Identifikasi sistem dan aplikasi yang penting 

disaster recovery plan

(Sumber: baramee2554 from Getty Images)

Sistem dan aplikasi memang menjadi bagian terpenting dalam menjalankan bisnis. Tanpa kedua aspek ini, operasional dan layanan bisnis mungkin tidak akan berjalan dengan maksimal, begitu pula ketika bisnis Anda mengalami bencana. Oleh sebab itu, Disaster Recovery Plan sangat dibutuhkan untuk meminimalisir risiko failure dari sistem dan data.

Namun sebelum membangun hal tersebut, pengusaha perlu mengidentifikasi kedua aspek tadi untuk dimasukkan ke dalam Disaster Recovery Plan. Bisnis bisa mulai dengan memisahkan keduanya ke beberapa komponen seperti kemungkinan mengalami failure dan dampak bisnis dari kejadian tersebut. 

Pastikan RTO dan RPO bisnis Anda realistis dan mampu dicapai

disaster recovery plan

(Sumber: scyther5 from Getty Images)

Jika Anda pernah membaca artikel sebelumnya, Anda pasti tahu betul apa arti RTO dan RPO. Namun jika Anda masih asing dengan dua istilah ini, berikut kesimpulannya: Recovery Time Objective (RTO) adalah seberapa lama Disaster Recovery akan memulihkan sistem, sementara Recovery Point Objective (RPO) mendeskripsikan lamanya data yang akan dipulihkan.

Dalam membangun Disaster Recovery Plan, kedua aspek ini berperan penting dalam menjalankan kembali operasional bisnis. Maka dari itu, pengusaha perlu memastikan RTO dan RPO yang akan dicapai dari solusi Disaster Recovery agar rencana pemulihan bencana bisa berjalan sukses.

Rancang redundancy dan failover

(Sumber: AnandaBGD from Getty Images Signature)

Saat bisnis membangun Disaster Recovery Plan untuk sebuah aplikasi, pastikan dengan seksama sistem yang terhubung dengan aplikasi tersebut. Pastikan aplikasi apa saja yang terhubung? Dan bagaimana aplikasi bisnis Anda dapat beroperasi dengan sistem lainnya? 

Jika memang memungkinkan, buatlah arsitektur yang fleksibel dalam menghadapi downtime atau pemadaman listrik. Sebagai contoh, Anda bisa menjalankan sistem produksi dari dua data center yang berbeda. Jadi ketika bencana terjadi, satu sistem IT bisnis dapat “beralih” ke data center yang tidak terserang bencana. Jangan terlewatkan pula, saat merancang fail-over ke infrastruktur IT bisnis, carilah single point of failure. Sehingga ketika terjadi failure, bisnis bisa menemukan cara untuk mengatasinya.

Tentukan penyedia layanan untuk Disaster Recovery Plan

(Sumber: cnythzl from Getty Images Signature)

Di masa kini, melakukan outsourcing aplikasi dan memanfaatkan jasa penyedia layanan cloud bukanlah sesuatu yang baru. Dengan menyederhanakan sistem IT bisnis, penyedia layanan cloud mampu memberikan pengalaman IT yang lebih fleksibel dan efisien bagi bisnis. Sehingga tak mengherankan, jika sampai saat ini banyak bisnis beralih menggunakan layanan cloud berupa Virtual Data Center (VDC) untuk mengolah sistem dan datanya.

Tapi, jangan sampai terbuai dengan rasa aman saat melakukan outsourcing aplikasi dan layanan. Hanya karena Anda menggunakan layanan cloud untuk mengolah sistem dan data secara aman, bukan berarti sistem infrastruktur ini akan terlepas dari risiko bencana. Bencana alam atau bahkan downtime mungkin juga bisa dialami oleh penyedia layanan cloud, sehingga solusi Disaster Recovery as a Service pun sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan Disaster Recovery Plan.   


Zettagrid Indonesia menyediakan layanan Disaster Recovery as a Service untuk mendukung keberlangsungan bisnis Anda. Dengan dua lokasi data center yang bertempat di Jakarta dan Cibitung serta telah bersertifikasi Tier IV, data Anda akan aman terjaga pada infrastruktur cloud Zettagrid. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, Anda dapat menghubungi kami di sini atau melalui sales@zettagrid.id.

What To Look Out For While Using Cloud Service Provider?

cloud service providerWhat To Look Out For While Using Cloud Service Provider?

 In this digital era, Cloud Computing is arguably going to remain the staple of leading companies. Entrepreneur.com stated cloud spending grew by 37% in the first quarter of 2020 itself. That’s why cloud has become one of the infrastructures that can digitized companies these days. With agility and cost optimization, enterprises are increasingly moving to Cloud Service Providers.

However, as more organizations move from their on-site data centers to cloud data management, business leaders and IT departments need a structured procedure for evaluating Cloud Services Providers. This step is certainly mandatory to determine if such a move is feasible for their organization. Then, what are the points that need to look out by enterprise from Cloud Service Provider?

The Latest Security Standard

cloud service provider

(Sumber: Urupong from Getty Images)

The number one concern in migrating to cloud environment is security. Meeting the latest security standards would be a terrifying task for companies. Especially as they are constantly evolving. For this reason, it’s essential that the Cloud Service Provider have a reputable and expansive knowledge of the latest security standards. 

Therefore, it’s critical to ask detailed and explicit questions that relate to a business’s unique use cases, industry, regulatory requirements, and any other concerns it may have. So, the business can ensure that the Cloud Service Provider has provisions in place for regulatory updating its security standard.

Keeping Customer Data Safe 

cloud service provider  (Sumber: Jirsak from Getty Images)

No matter what industry is, the importance of security in regular data breaches is a threat to every enterprise. According to Ponemon Institute, the average cost of data breaches to a company has risen 15 percent over the last year and cost $3.5 million dollars globally. Even, the average cost paid for each stolen or lost record has increased more than nine percent from $136 to $145 million.

That’s why, when evaluate Cloud Service Provider, business needs to know if the provider has a proven and safe track record in keeping customer data safe.

Governmental Compliance (HIPAA/PCI)

(Sumber: JanBaby from pixabay)

The need to trust one’s cloud provider to meet stringent security requirements is an integral part of today’s IT business plan. Therefore, security compliance is needed by business from a Cloud Service Provider.

When it comes to Cloud Service Provider, make sure its platform can help you to meet compliance standards that apply to your industry and organizations. Whether it is beholden to SOC 2, PCI DSS, HIPAA, or any other frameworks. Not only that, but business also have to make sure what it will take to achieve compliance once business applications and data are living in a public cloud infrastructure.

 Manageability

(Sumber: Natali_Mis from Getty Images)

Every cloud service provider supports different tools and integrates with various other services. If your business has services that are particularly vital to organizations, make sure that the provider offers an easy way to integrate with them, or that the organization is comfortable porting over to a similar service that is supported.

Not only that, but it is also important for business to determine how much time and effort it will take the team to manage various aspects of the cloud infrastructure before making final decisions, so the cloud operations will support your business well.

Service Levels Agreements

(Sumber: eccolo74 from Getty Images)

Service Level Agreements are essential considerations when business have strict requirements in terms of availability, response time, capacity, support, and even evaluating a cloud service provider. It’s vital to establish a clear contractual relationship between a cloud service customer and a cloud service provider.

Additionally, business also needs to pay attention to legal requirements for the security of data hosted in the cloud service. This required to make sure if the cloud could manage business system and data well.


Zettagrid Indonesia is one of the cloud computing service providers of Infrastructure as a Service (IaaS) that offers Virtual Server, Virtual Datacenter, Backup as a Service (BaaS), and Disaster Recovery as a Service (DRaaS). If you have any further questions about Cloud Computing solutions, you can contact us here or by sales@zettagrid.id.

Bagaimana Cara Meminimalisir Risiko Serangan Ransomware?

serangan ransomwareBagaimana Cara Meminimalisir Risiko Serangan Ransomware?

 

Kehadiran pandemi COVID-19 sampai saat ini telah memaksa berbagai perusahaan untuk menjalankan sistem bekerja remote. Tak heran, karenanya teknologi digital pun menjadi alat yang kian sering digunakan tidak hanya bagi individu, tetapi juga oleh berbagai bisnis untuk melancarkan produktivitas kerja karyawannya. Namun tahukah Anda? Tanpa disadari perubahan digital telah membawa berbagai risiko kepada sistem IT yang kita gunakan untuk bekerja, salah satunya adalah serangan ransomware.

Dilansir dari Kumparan.com, perusahaan otomotif, Honda, digadang-gadang pernah menjadi target serangan siber ransomware. Akibatnya, operasional beberapa pabrik Honda di seluruh dunia terhenti. Sehingga, perusahaan memutuskan untuk menutup sementara sejumlah fasilitas produksi, termasuk layanan pelanggan dan finansial. Meski tidak terdapat kebocoran data, Honda mengalami kerugian akibat bisnis operasional yang tidak dapat berjalan secara maksimal.

Melihat hal tersebut, tentunya ransomware memiliki dampak yang cukup besar bagi berbagai industri. Tidak hanya memblokir akses pengguna ke sistem komputernya, malware satu ini juga menginfeksi sistem dan data sehingga dapat menyebabkan kerusakan maupun hilangnya data bisnis. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika data-data bisnis lenyap karena serangan ransomware? 

Untuk itu, diperlukan upaya pencegahan yang dapat meminimalisir risiko serangan ransomware. Beberapa upaya berikut bisa dijadikan referensi bagi bisnis untuk menghadapi serangan ransomware:

1. Konfigurasi Firewall

(Sumber: relif from Getty Images Pro)

Menerapkan sistem kerja remote memang bisa menjadi pilihan terbaik bagi bisnis untuk menghindari penyebaran virus COVID-19, tapi bukan berarti sistem kerja satu ini bisa terbebas dari risiko kejahatan siber. Ini dapat dikatakan mengingat koneksi internet yang digunakan user ketika bekerja remote memiliki tingkat risiko keamanan yang sama saat bekerja di kantor. Bahkan, hacker bisa saja menyerang dan menggerakan kendali monitor user.

Untuk itu, menyediakan infrastruktur IT dengan konfigurasi firewall sangat penting untuk memberikan penghalang antara jaringan internal dengan traffic dari sumber eksternal perusahaan. Ini juga memungkinkan sistem untuk memblokir traffic yang berbahaya, seperti hacker dan serangan ransomware. Jadi, ketika sistem perusahaan menerima konten yang berbahaya maupun user yang mencurigakan, firewall dapat bertindak untuk memblokir keduanya.

2. Strategi Backup Data 

serangan ransomware

(Sumber: juststock from Getty Images)

Ancaman ransomware dapat menjadi bencana serius bagi berbagai sektor usaha. Hal ini dikarenakan hacker dapat dengan mudah menghapus atau mengenkripsi data dengan mudah. Untuk meminimalisir hal tersebut, strategi backup bisa menjadi salah solusinya. 

Hal mendasar yang bisa dilakukan perusahaan ialah dengan melakukan backup data di perangkat yang tidak dapat diserang oleh hackers. Di samping itu, perusahaan juga dapat melindungi data melalui aturan 3-2-1 yang artinya perusahaan wajib memiliki tiga salinan data perusahaan, simpan dua salinan di media penyimpanan berbeda, dan simpan salah satunya di luar lokasi. Dengan Langkah tersebut, data dapat dipastikan kembali pulih apabila ransomware menyerang.

3. Mengandalkan Disaster Recovery as a Service (DRaaS)

serangan ransomware

(Sumber: Funtap from Getty Images)

Tidak hanya bencana, Disaster Recovery as a Service (DRaaS) juga bisa digunakan sebagai strategi untuk meminimalisir kejahatan siber seperti ransomware. Dengan mengekstraksi data dari On-Premise ke data center penyedia layanan cloud, data pun tetap bisa diakses oleh bisnis meski serangan ransomware tengah berlangsung. Tapi bagaimana ini bisa terjadi?

Jika Anda pengguna secondsiteDR, Anda pasti tahu betul bagaimana infrastruktur ini beroperasi hingga data bisa kembali diakses. Namun jika Anda bukan salah satunya, maka patut diketahui: pada SecondsiteDR, skenario failover yang diaktifkan ketika terjadi bencana akan mengirimkan beberapa bagian failover atau semua VM yang telah direplikasi di cloud ke on-premise. Sehingga ketika serangan ransomware terjadi, bisnis bisa tetap beroperasi mengingat sistem dan data bisnis dapat dipulihkan kembali oleh infrastruktur satu ini.

Zettagrid Indonesia merupakan penyedia layanan cloud Indonesia yang menawarkan layanan Infrastructure as a Service (IaaS), berupa Virtual Datacenter (VDC), Virtual Private Server (VPS), Backup as a Service (BaaS), Disaster Recovery as a Service (DRaaS) dan, lainnya. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang solusi cloud kami, Anda bisa menghubungi kami di sini atau ke sales@zettagrid.id. 

Dukung ISSOM 2021, Zettagrid Indonesia Kembali Sponsori BMWCCI OMR dan MOMRC

Dukung ISSOM 2021, Zettagrid Indonesia Kembali Sponsori BMWCCI OMR dan MOMRC

ISSOM 2021

Team Zettagrid Indonesia di Ajang Balapan BMW One Make Race Round 1 ISSOM 2021

Usai diselenggarakan pada 29 dan 30 Agustus 2020 lalu, kini kejuaraan balap mobil Indonesian Sentul Series of Motorsport (ISSOM) kembali digelar pada 28 dan 29 Maret 2021 di Sentul International Circuit. Setelah sekian lama vakum akibat pandemi COVID-19, akhirnya ISSOM 2021 telah mengantongi izin dari Gubernur Jawa Barat untuk menyalurkan semangat juang para pembalap tanah air.

Sama seperti tahun sebelumnya, ISSOM yang digelar pada tahun ini juga terasa berbeda bagi para pegiat motorsport. Selain karena diterapkannya protokol kesehatan yang sangat ketat dan tanpa penonton, ajang balap ini juga digelar dengan menyertakan test swab antigen untuk para pembalap, mekanik, dan tim resmi lainnya untuk memastikan tidak terpapar COVID-19.

Adapun ISSOM 2021 juga menyelenggarakan beberapa kategori balapan untuk menyemarakkan kontestasi tersebut, antara lain Mercedes One Make Race Championship (MOMRC), BMWCCI One Make Race (OMR), Honda Jazz Brio Speed Challenge, Euro Touring Car Championship, Indonesia Touring Car Race Max & 1500, Indonesia Touring Car Race 1200, Super Touring Car Championship 1, Super Touring Car Championship 2, dan Indonesia Retro Race.

Sebagai penyedia layanan Cloud Computing di Indonesia, Zettagrid Indonesia pun ikut serta dalam menyemarakkan kontestasi tersebut. Dengan kembali mensponsori BMWCCI OMR dan MOMRC, menjadi tanda bahwa Zettagrid Indonesia mendukung terselenggaranya ajang balap ISSOM 2021. Berikut sekilas tentang BMWCCI OMR dan MOMRC pada ISSOM 2021 lalu:

BMWCCI One Make Race (OMR)

ISSOM 2021

Tim Zettagrid bersama R.C. Adhi Nugroho selaku Promotor BMWCCI OMR

BMWCCI One Make Race (OMR) merupakan sebuah wadah bagi para pegiat motorsport yang memiliki hobi dan semangat dalam dunia balap. keikutsertaan BMWCCI OMR di ajang balap seperti ISSOM, telah membawa beragam nama di perhelatan kontestasi balap mobil, seperti Aditya Amandio, Ikhsan Utama, hingga Silas Andrianto. 

Pada kompetisi ISSOM 2021 lalu, BMWCCI OMR turut dimeriahkan oleh 10 peserta yang bertanding selama sepuluh putaran. Dari pertandingan tersebut, Viktor Herryanto kembali menyabet podium juara pertama dalam kategori Rookie dan Reza Alvin sebagai juara satu di kategori Advance. Tak hanya itu, selain turut dimeriahkan oleh para pembalap ternama, BMWCCI OMR juga turut disponsori oleh Michellin, Eneos, WRI Solution, hingga Bilstein.

Mercedes One Make Race Championship (MOMRC)

Tim Zettagrid bersama Iswachyudi selaku Promotor MOMRC

Diawali dengan nama Mercedes-Benz Club Indonesia Racing Championship, klub ini telah berganti nama menjadi Mercedes One Make Race Championship (MOMRC) pada 2019 lalu. Meski demikian, ajang balap satu ini tetap diminati oleh para pegiat motorsport dan menjadi tempat spesial bagi para pecinta mobil brand Mercedes-Benz.

Pada Minggu, 29 Maret 2021, MOMRC turut memeriahkan perhelatan kompetisi balap ISSOM 2021 dengan menghadirkan tigabelas peserta. Dengan mewajibkan sepuluh putaran penuh, kategori balap mobil satu ini kembali dimenangkan oleh Deo Popong dengan total waktu sembilanbelas menit dan tujuh detik. Tak hanya itu saja, MOMRC juga turut dimeriahkan oleh sejumlah sponsor, seperti GT Radial, BAW Motorsport, Gazpoll, dan Ayam Asix.

Maju terus olahraga Indonesia dan bangga gunakan cloud lokal dengan data center lokasi Indonesia! Untuk informasi lebih lanjut anda dapat menghubungi kami di sini atau email ke sales@zettagrid.id.

 

Bagaimana Cara Memilih Layanan DRaaS?

memilih layanan DRBagaimana Cara Memilih Layanan DRaaS?

Dalam mengembangkan bisnis, situasi bencana seperti sekarang merupakan salah satu ancaman umum yang harus dihadapi. Tak hanya itu, bahkan keberadaan bencana alam kerap kali membawa risiko tersendiri bagi para pengusaha. Mulai dari terhentinya operasional bisnis, rusaknya infrastruktur gedung, hingga hilangnya data-data penting perusahaan. Dengan melihat fenomena ini, solusi pun dibutuhkan demi menyelamatkan bisnis dari risiko bencana. Salah satunya adalah dengan menggunakan Disaster Recovery as a Service (DRaaS).

DRaaS sering kali menjadi infrastruktur pilihan bagi bisnis untuk menghindari terjadinya risiko bencana maupun Downtime. Dengan sistem yang secara khusus dibangun untuk menempatkan aplikasi, data, hingga backup data perusahaan, bisnis bisa tetap menjalankan operasionalnya dengan baik meski kedua kendala tadi menyerang. Bagi Anda yang berencana untuk memanfaatkan layanan DRaaS, berbagai hal tentunya harus dipertimbangkan oleh Anda sebelum menentukan layanan pilihan.

Berikut telah kami paparkan lima hal yang perlu bisnis perhatikan ketika memilih layanan DRaaS. Simak selengkapnya di bawah ini:

1. Performa layanan DRaaS

Saat memilih layanan DRaaS, Anda pastinya ingin layanan dapat berjalan semaksimal mungkin. Untuk itu, mengetahui dampak minimum terhadap aplikasi yang berada di Data Center primer sangat penting untuk dilakukan. Penyedia layanan DRaaS pun harus menjamin bahwa software yang digunakan untuk melindungi aplikasi pada Data Center primer memiliki dampak gangguan yang minim. Oleh karenanya, scenario uji coba DR harus dilakukan agar ekspektasi Anda bisa sesuai dengan layanan yang diberikan oleh penyedia.

2. Jaminan konsistensi dari penyedia layanan

Saat memilih layanan DR, Anda harus bisa memastikan jika penyedia layanan DR mampu memberi jaminan atas konsistensi data ketika terjadinya bencana. Biasanya konsistensi data ini mencakup aplikasi, transaksi, hingga poin-in-time (konsistensi pada waktu tertentu).

3. Recovery Point Objective (RPO)

Sistem RPO menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dalam memilih layanan DRaaS. Pada umumya, sistem ini akan mengatur berapa lama waktu yang bisa ditoleransi dalam kehilangan data ketika terjadinya bencana. Jika RPO terjadi selama 15 menit, maka data yang akan direplikasi dari Data Center primer ke Data Center sekunder adalah setiap 15 menit.

Perlu diketahui, sistem RPO ini turut dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu besar perubahan data (delta data) dan besarnya bandwidth untuk replikasi. Jadi bisa dikatakan untuk mencapai RPO dengan jangka waktu 15 menit, organisasi membutuhkan sekitar 4 Mbps (Mega bits per second) untuk 300 MB (Mega Bytes) delta data.

4. Recovery Time Objective (RTO)

Pada sistem ini akan diatur berapa lama Data Center sekunder bisa beroperasi setelah Data Center primer terjadi bencana. Oleh karenanya, sistem ini pun ikut menjadi pertimbangan agar Anda dapat mengetahui jeda waktu yang dibutuhkan ketika kendala terjadi.

5. Lokasi

Selain keempat poin di atas, lokasi Data Center sekunder pun menjadi salah satu aspek penting dalam pemilihan layanan DR. Ini dilakukan mengingat jarak penyimpanan antara Data Center primer dan sekunder harus mencapai radius minimal 30 km untuk sistem terbaik. Tak hanya itu, jarak lokasi penyimpanan ini juga akan mempengaruhi biaya WAN dan latency. Oleh sebab itu, untuk memaksimalkan kinerja DR, ada baiknya pemilihan lokasi yang tepat perlu dilakukan.

Sebagai penyedia layanan infrastruktur cloud lokal, Zettagrid Indonesia menawarkan layanan Disaster Recovery as a Service (DRaaS) untuk mendukung keberlangsungan bisnis Anda. Dengan dua lokasi Data Center yang bertempat di Jakarta dan Cibitung serta telah bersertifikasi Tier IV, data Anda akan aman terjaga pada infrastruktur cloud Zettagrid. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai layanan cloud kami, Anda dapat menghubungi kami di sini atau melalui sales@zettagrid.id.

How Object Storage Helps Your Ever-Expanding Data Management

object storage

How Object Storage Helps Your Ever-Expanding Data Management

Seiring dengan berkembangnya teknologi, data di dunia juga turut serta meningkat pesat setiap saat. Bahkan IDC memprediksi data di dunia selama 2020 lalu telah mencapai lebih dari 59 ZB. Lalu, apa yang akan tejadi jika terjadi ledakan data? Bagaimana mengelola data yang selalu bertambah setiap saatnya dengan baik dan aman sehingga bisnis anda dapat tetap memanfaatkan potensial data yang dihasilkan setiap saat?

Temukan jawabannya di “Zettagrid e-TechDay Vol.07: How Object Storage Helps Your Ever-Expanding Data Management”

Detail event:

Wednesday, 3 February 2021

14.00 – 16.00 WIB

Zoom Meetings

Speaker: Bobby Sidharta, Project Manager Arupa Cloud Nusantara

Link to register:

Daftarkan diri anda sekarang dan dapatkan kesempatan untuk memenangkan OVO cash senilai ratusan ribu Rupiah! 

5 Cloud Computing Trends That Will Happen in 2021

Cloud Computing 20215 Cloud Computing Trends That Will Happen in 2021

 

The increasing number of data has brought the cloud to be the potential storage for its management. Cisco predicts that by 2021, cloud data centers will process as much as 94% of all workloads. With this percentage, Cloud Computing Industry like Cloud Service Providers had to increase their level of innovation to help businesses handle data management. Therefore, the solution is needed to prepare for any changes in Cloud Computing models. 

In this article, we compiled five Cloud Computing trends to help enterprises in facing cloud opportunities and challenges in 2021. Let’s take a look at these ones to make your cloud strategy to be more successful:

1. Moving Cloud Towards the Edge

As a new decade begins, many technologies such as 5G, Artificial Intelligence (AI), and even Machine Learning (ML) now appear to become solutions for some industries. Forresters said those components will need Cloud Computing for the integration. However, the integration would not be enough if other relevant factors like its deployments only on the cloud, therefore solutions like Edge, is needed to help its deployments.

The ‘Edge’ refers to a computing model that optimizes web applications and internet devices by reducing the data source distance. Some of the advantages of Edge Computing include easy deployment for services in the case of developers, and the ability of the cloud to solve the gap existing between the cloud and end-users. However, this integration may create a problem when it comes to providing high levels of data security.

2. AI Will Revolutionize Cloud Computing

As Cloud Computing rises in 2021, technology like Artificial Intelligence (AI) will be an integral solution in driving the cloud towards its full potential. Let’s imagine what cloud that is integrated with AI, could do to anticipated inventions such as smart cities, self-driving cars, automated health-checks, among other inventions. 

Through Cloud Computing services such as Infrastructure as a Service (IaaS), or Platform as a Service (PaaS), the IT department working with low budgets will be able to utilize the full power of AI. Not only that, but Machine Learning (ML) also will play a critical role to keep data centers running efficiently.

3. Multi-cloud will continue to grow

In 2020, multi-cloud or hybrid-cloud was a popular solution for enterprises in running their business needs. Yet, who might expect that this Cloud Computing trend still continues to grow in 2021? Due to the difference in services offered by cloud service providers, many organizations in 2021 still considering Multi-cloud as a solution. Gartner says, 80% of customers will be adopting Multi-cloud into their cloud strategy.

4. The rise of the cloud-native

As it is mentioned before, Multi-cloud will be rising in 2021. To activate the experience to be brought about by this change, cloud-native technologies can be a solution for the equation. Here are some components that make up the cloud-native technology stack:

  • Containerization

With projected revenue growth of 24 million by 2024, container management repositories contained the most power when it comes to cloud-native capabilities. This can be said as the cloud-native can perform tasks such as workload transportation across multiple channels (on-premise, the cloud, and on the edge).

  • Serverless computing

As the 5 best fastest growing Platform as a Service (PaaS) cloud services in 2020, serverless computing enables the IT department to deploys applications across different clouds.

  • Orchestration platform

These platforms have a function to reduce the complexity of container management across different cloud service providers.

5. The needs for Data Security, Private, and Regulations will be increased

Although 2021 will be potential for a whole new level of innovation, this era also will be at risk of data security. According to LogicMonitor, IDC, 33.3% of organizations are struggling with cloud adoption because of data security. There are many questions about how the integration of new technologies such as 5G, serverless computing, edge computing, and many others will affect cloud security. Therefore, in 2021, Cloud Service Providers will be expected to come up with solutions that will ensure data security.

Zettagrid Indonesia is an Indonesian cloud service provider that offers Infrastructure as a Service (IaaS) solutions such as Backup as a Service (BaaS), Virtual Server, Virtual Datacenter, and Disaster Recovery as a Service (DRaaS). Zettagrid Indonesia is also VMware’s Cloud Verified Partner and has data center locations in Jakarta and Cibitung. We are committed to being closer to you and ready to help you 24/7.

If you have any further questions about the cloud, you can contact us here or through our team at sales@zettagrid.id.

3 Kendala Umum yang Dihadapi Perusahaan Saat WFH  

kendala saat wfh3 Kendala Umum yang Dihadapi Perusahaan Saat WFH

 

Keberadaan pandemi COVID-19 hingga kini terus memberi peningkatan yang signifikan. Tercatat pada Desember 2020 lalu, penambahan kasus per-minggu telah mencapai 48.434 kasus, sementara pada Januari 2021, kasus telah mencapai 51.986 per-minggu-nya. Besarnya jumlah tersebut tentu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pemerintah. Oleh karena itu, untuk kembali melandaikan angka tersebut, Pemerintah Indonesia kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara ketat bagi wilayah Jawa dan Bali mulai 11 Januari 2021.

Bagi perusahaan yang terdampak dengan kebijakan tersebut, sistem bekerja dari rumah (Work From Home, WFH) tentu menjadi solusi untuk mempertahankan keberlangsungan bisnisnya. Namun di sisi lain, pemberlakuan WFH di masa pandemi ini juga dapat membawa tantangan tersendiri bagi perusahaan. Lalu, kendala umum apa saja yang kerap ditemui perusahaan ketika menerapkan sistem WFH? Simak selengkapnya di bawah ini:

1. Konektivitas jaringan yang buruk

Saat WFH, konektivitas jaringan tentunya menjadi aspek utama yang perlu dipersiapkan dalam bekerja. Namun, jika konektivitas tersebut memiliki jaringan yang buruk, hal ini mungkin akan menghambat produktivitas WFH Anda. 

Dilansir Times of India, konektivitas jaringan yang buruk menjadi kendala umum yang sering ditemui saat WFH. Hal ini dapat terjadi mengingat sebagian besar penyedia telekomunikasi kerap mengalami masalah saat mengatasi permintaan jaringan yang meningkat. Sehingga, tak mengherankan jika aktivitas jaringan Anda kerap terganggu saat WFH. 

2. Komunikasi yang tidak memadai

Saat menerapkan sistem WFH, perusahaan tentu tidak hanya harus mempersiapkan tools yang akan digunakan ketika bekerja. Tetapi, komunikasi juga menjadi aspek penting yang perlu dijaga demi membangun produktivitas kerja yang sama seperti saat di kantor. 

Meski demikian, membangun komunikasi dan kolaborasi ketika WFH bukan hal yang mudah. Mengingat tidak semua perusahaan memiliki teknologi yang memadai untuk menerapkan sistem komunikasi dan kolaborasi antar karyawan. Oleh sebab itu, demi menjaga komunikasi dapat tetap berjalan, solusi seperti teknologi pun diperlukan agar produktivitas kerja bisa dicapai secara bersama.

3. Memonitor kinerja anggota tim

Memonitor kinerja anggota tim memang kerap menjadi kendala tersendiri bagi perusahaan yang tengah menjalankan sistem WFH. Bagaimana tidak, saat manajemen terbiasa memonitor kinerja karyawan selama bekerja di kantor, kini aktifitas tersebut harus beralih dilakukan dalam keadaan WFH. 

Bagi perusahaan dengan sistem teknologi remote working, manajemen tentunya dapat lebih mudah untuk memonitor pekerjaan dan deadline karyawan. Namun bagi yang tidak memilikinya, hal ini bisa menjadi masalah ketika menjalankan sistem WFH. Oleh sebab itu, solusi pun diperlukan demi memonitor kinerja karyawan yang lebih baik. Namun, bagaimana caranya?

Solusi Arupa Cloud Desktop

Arupa Cloud Desktop (ACD) bisa menjadi solusi perusahaan untuk mengatasi ketiga kendala umum saat menerapkan sistem WFH tadi. Dengan dilengkapi Admin Remote Management, 3000 GB data internet, IPS/IDS protection, dan fitur lainnya, ACD mampu meningkatkan produktivitas user serta memonitoring kegiatan user atau karyawan dengan lebih baik di masa PSBB ini. Tak hanya itu, ACD juga dilengkapi sistem keamanan berlapis seperti pada secure payment dan online banking, sehingga mengakses data pada aplikasi vital menjadi lebih aman.

Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh terkait Arupa Cloud Desktop, Anda bisa menghubungi kami di sini atau melalui tim kami di sales@zettagrid.id.

 

 

How to Build Remote Working System for Organizations?

remote working system

How to Build Remote Working System for Organizations

 

As the pandemic COVID-19 spread all over the world, it’s certainly been an unexpected situation for many sectors of industries. With the emergency that happened, all the sectors including businesses are now requiring their employees to start working from home (WFH). For the majority of organizations globally, this is a temporary situation. However, for some, this shift would become long-term.

According to Gartner’s survey, 74% of CFO’s are considering remote work permanently for a high percentage of their employees after COVID-19. The survey is revealed following with the opportunity of the cost benefits of remote workforces that CFOs got. However, building a remote working culture bring challenges for some organizations, especially in communication and collaborations system. Then, how organizations enable a proper remote working system?

1. Maintaining collaboration

Many organizations were not prepared for remote working systems, therefore a solution is needed to implement process changes and upgrade systems to accommodate a remote workforce. However, a remote workforce can not succeed if the strategies were only prepared for the short-term. Thus, to achieve long-term success, organizations need to take the advantage of better communication and collaboration across the management.

Cloud Computing can be a solution for that. Because by offering its virtual environment and its flexibility, organizations can experience collaborative working anywhere, anytime, and with any devices as long as it is connected to the internet. Furthermore, this technology also has layered firewalls, so organizations don’t need to be questioned more about its security.

2. Combine the right tools and processes into the system

Having the right tools and technologies is a great start, however, it wouldn’t be enough for the organizations if there are no proper processes and how-to-use the tools to be delivered to the employees. Try to communicate it clearly with the employees, so they would know what they need to use, how to use it, and why they need to use it, as well as how to get help when needed.

3. Establish a Backup system

According to Harnas.co, the pandemic COVID-19 that spread all over the world including Indonesia has become an opportunity for hackers. It happens not only because people’s activity on the internet has increased, but it is also caused by many organizations that implementing a remote working system don’t have a proper security system.

If your organization implementing a remote working culture, you might don’t want this cyber attack case to be happened to the organization, right? Don’t worry! to mitigate the risk of a cyberattack, organization can establish a Backup system as the solution. With Backup, data and applications can be replicate to the cloud and will be restored to the on-premise again if the organization having data loss caused by cyber-attacks or human errors. Thus, organizations still could implement remote working culture without any worries.

Zettagrid Indonesia is an Indonesian cloud service provider that offers Infrastructure as a Service (IaaS) solutions such as Backup as a Service (BaaS), Virtual Server, Virtual Datacenter, and Disaster Recovery as a Service (DRaaS). Zettagrid Indonesia is also VMware’s Cloud Verified Partner and has data center locations in Jakarta and Cibitung. We are committed to being closer to you and ready to help you 24/7.

If you have any further questions about the cloud, you can contact us here or through our team at sales@zettagrid.id.

5 Kelebihan Menggunakan ERP Berbasis Cloud

ERP berbasis cloud5 Kelebihan Menggunakan ERP Berbasis Cloud

 

Dengan ERP konvensional yang diterapkan bisnis Anda saat ini, apakah Anda yakin bisnis tetap akan berjalan dengan optimal?

Seiring dengan kemajuan teknologi digital, banyak bisnis kini didorong untuk melakukan beragam inovasi. Salah satu cara yang banyak digunakan bisnis untuk bisa mencapai hal tersebut adalah dengan menggunakan ERP.

Secara istilah, Enterprise Resources Planning (ERP) merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk mengelola dan mengintegrasikan sumber daya serta kegiatan bisnis perusahaan, seperti keuangan, produksi, hingga hal-hal lainnya. Bagi perusahaan yang telah menerapkan sistem ERP, pastinya memonitor operasional bisnis terasa jauh lebih cepat dan mudah. Tidak hanya itu, sistem perusahaan pun lebih tertata dengan rapi bila dibandingkan dengan sistem manual. Sehingga, tak mengherankan jika ERP semakin diminati di masa kini.

Meski memiliki beragam keuntungan tersebut, nyatanya ERP konvensional juga mampu mendatangkan tantangan tersendiri bagi pengusaha. Tantangan tersebut dapat melibatkan investasi dalam hal pemeliharaan infrastruktur IT, seperti kebutuhan hardware, software, hingga sumber daya IT seperti administrator sistem dan database, network engineer, hingga operator entri data. Akibat dari hal ini, tak sedikit pula bisnis yang harus mengeluarkan anggaran cukup besar untuk kebutuhan pemeliharaan dan upgradasi sistem. Jika bisnis Anda menggunakan ERP konvensional, Anda pastinya tidak ingin kan masalah tersebut terjadi kepada perusahaan?

Dari pada harus berkutat dengan kendala teknis yang umum, ada baiknya bisnis mulai mempertimbangkan ERP berbasis cloud. Berbeda dengan ERP konvensional yang sistemnya harus diterapkan pada on-premise, sistem ERP berbasis cloud lebih fleksibel karena kapasitas server dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Sehingga, memungkinkan bisnis untuk melakukan integrasi secara fleksibel dengan menggunakan perangkat apapun selama tersambung dengan internet. Di samping itu, ERP berbasis cloud juga memiliki beragam keuntungan yang perlu dipertimbangkan bisnis. Simak di antaranya berikut ini:

1. Menekan Biaya Modal

Bila dibandingkan dengan ERP konvensional, ERP berbasis cloud membutuhkan biaya modal yang lebih rendah. Hal ini dapat terjadi mengingat Anda tidak perlu lagi membeli dan melakukan pemeliharaan server atau perangkat keras agar bisa mendukung ERP bisnis. Selain itu, Anda juga bisa mengesampingan biaya operasional perusahaan untuk kebutuhan bisnis yang lebih penting.

2. Mengurangi ketergantungan sumber daya IT

Bisnis yang menggunakan ERP konvensional pastinya akan lebih banyak membutuhkan sumber daya untuk melakukan pemeliharaan dan maintenance infrastruktur IT. Jika terus dibiarkan, perusahaan akan terus mengeluarkan anggaran yang besar demi memenuhi ketergantungan sumber daya IT.

Namun jika bisnis Anda menggunakan ERP berbasis cloud, Anda tidak perlu lagi mengkhawatirkan hal tersebut.  Sebab, dengan teknologi satu ini perusahaan dapat lebih menghemat biaya operasionalnya. Selain itu, tim IT Anda juga dapat lebih berfokus pada tugas-tugas lain yang lebih kompleks dan menguntungkan bisnis.

3. Dapat diakses secara fleksibel

Di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini, bekerja dari rumah (work from home, WFH)  tentu sangat disarankan untuk berbagai sektor industri, termasuk dunia bisnis. Demi memudahkan hal tersebut, ERP berbasis cloud bisa menjadi salah satu solusi agar bisnis mampu memantau seluruh operasionalnya dari mana pun dan dalam waktu apapun. Tak hanya itu, dengan karakter yang fleksibel, ERP berbasis cloud juga memudahkan perusahaan untuk menghasilkan berbagai laporan bisnis dengan mudah dengan tepat waktu di masa seperti sekarang.

4. Skalabilitas ERP Dapat Disesuaikan Dengan Kebutuhan Bisnis

Demi memenuhi tuntutan perubahan bisnis Anda, pastinya Anda perlu menyesuaikan skalabilitas ERP sesuai dengan kebutuhan perusahaan. ERP berbasis cloud bisa membantu bisnis Anda mencapai hal tersebut. Dengan teknologi satu ini, bisnis dapat menurunkan maupun meningkatkan skalabilitas ERP kapan pun diperlukan.

5. Data tersimpan lebih aman

Sadarkah Anda? Menjalankan ERP konvensional sebenarnya lebih berisiko terjadi kehilangan data. Hal ini dapat dikatakan mengingat data tersebut lebih banyak disimpan di flash drive atau PC yang rentan terjerat pelaku kejahatan siber.

Untuk menghindari hal tersebut, ERP berbasis cloud bisa menjadi pilihan bagi bisnis Anda. Sebab pada cloud, fitur keamanan firewall mampu melindungi bisnis dari traffic yang berbahaya, seperti virus dan serangan hacker. Tak hanya itu, layanan cloud juga menyediakan sistem keamanan Two-Factor Authentication demi melindungi bisnis dari pengguna yang tidak dikenal dan memaksa masuk ke sistem Anda. Sehingga, data dapat lebih tersimpan dengan aman.

Di Zettagrid, kami dapat membantu bisnis Anda untuk mencapai efisiensi IT dengan memigrasikan sistem ERP Anda ke cloud. Tidak perlu khawatir mengenai sistem keamanan, karena Zettagrid telah menyediakan sistem keamanan firewall berlapis yang mampu melindungi sistem ERP bisnis Anda. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, Anda bisa mendisukikannya bersama kami di sini atau ke sales@zettagrid.id.