Nikmati Berkah Ramadhan Sale Hingga 90%

ramadhan sale

Nikmati Berkah Ramadhan Sale Hingga 90%

Indahnya berbagi di bulan Ramadhan membawa berkah bagi semua. Dalam rangka memperingati bulan suci Ramadhan 1442 H, Zettagrid Indonesia memberikan penawaran spesial yaitu bundling promo Nextcloud x Zettagrid. Nextcloud adalah aplikasi file sharing yang dapat diakses kapanpun, di manapun, dan dari gadget apapun tanpa ribet dengan keamanan yang terjamin oleh cloud dari Zettagrid.

Nikmati penawaran special dari Nextcloud file sharing sebesar 5TB dengan unlimited user hanya dengan biaya berlangganan Rp. 1.000.000, kamu dapat nikmati layanan file sharing ini selama 3 bulan. Hemat hingga Rp 12.500.000 dari harga normal. Bukan hanya itu, kamu juga bisa mendapatkan:

  • Kapasitas performance hingga 2 GHz, 4 GB RAM, dan 5 TB
  • Free maintenance (gratis biaya pemeliharaan)
  • Free installation (gratis biaya pemasangan)

Tunggu apa lagi? Nikmati promonya sekarang, karena promo hanya berlaku sampai 14 Mei 2021. Hubungi sales@zettagrid.id atau telepon ke 0811-28-38-78 untuk pemesanan dan informasi lebih lanjut.

Waktunya berbagi file yang aman dan nyaman di bulan Ramadhan, gunakan Nextcloud x Zettagrid.

Bagaimana Cara Membangun Disaster Recovery Plan?

disaster recovery planBagaimana Cara Membangun Disaster Recovery Plan?

Saat kata “bencana” terdengar, pikiran kita mungkin langsung membayangkan tentang gempa, tsunami, gunung berapi, atau bahkan tornado. Tapi jika sudah menyangkut tentang infrastruktur IT bisnis seperti data center, kata “bencana” sebenarnya bisa mencakup lebih luas lagi, seperti: human error dan cyber crime.

Bencana alam dan buatan memang merupakan aspek yang perlu untuk dimitigasi oleh bisnis, mengingat pengaruh yang ditimbulkan bisa berdampak besar. Entah bencana tersebut menyebabkan rusaknya sistem infrastruktur IT atau hilangnya data bisnis, keduanya memiliki risiko tidak hanya bagi operasional, tetapi juga bagi kelangsungan bisnis.

Untuk itu, mitigasi seperti Disaster Recovery Plan sangat dibutuhkan oleh bisnis demi meminimalisir besarnya risiko yang terjadi. Tapi, bagaimana cara yang tepat bagi bisnis untuk membangun Disaster Recovery Plan?

Di artikel ini, Anda akan diberi tahu cara membangun Disaster Recovery Plan. Simak selengkapnya di bawah ini:

Identifikasi tim dan penyedia layanan terkait

disaster recovery plan

(Sumber: Gorodenkoff from Getty Images Pro)

Seperti yang dibahas, Disaster Recovery memang menjadi tanggung jawab tim IT suatu bisnis. Namun pada banyak kasus, infrastruktur satu ini banyak disediakan oleh penyedia layanan cloud mengingat layanannya yang lebih efisien, aman, dan High Availability.

Untuk itu, bisnis perlu mengidentifikasi tim yang mampu bertanggungjawab dalam menjalankan infrastruktur satu ini. Sehingga ketika bencana terjadi, bisnis bisa sigap dalam menjangkau tim IT yang mengoperasikan Disaster Recovery Plan dan operasional bisnis serta penyedia layanan Disaster Recovery as a Service.

Identifikasi sistem dan aplikasi yang penting 

disaster recovery plan

(Sumber: baramee2554 from Getty Images)

Sistem dan aplikasi memang menjadi bagian terpenting dalam menjalankan bisnis. Tanpa kedua aspek ini, operasional dan layanan bisnis mungkin tidak akan berjalan dengan maksimal, begitu pula ketika bisnis Anda mengalami bencana. Oleh sebab itu, Disaster Recovery Plan sangat dibutuhkan untuk meminimalisir risiko failure dari sistem dan data.

Namun sebelum membangun hal tersebut, pengusaha perlu mengidentifikasi kedua aspek tadi untuk dimasukkan ke dalam Disaster Recovery Plan. Bisnis bisa mulai dengan memisahkan keduanya ke beberapa komponen seperti kemungkinan mengalami failure dan dampak bisnis dari kejadian tersebut. 

Pastikan RTO dan RPO bisnis Anda realistis dan mampu dicapai

disaster recovery plan

(Sumber: scyther5 from Getty Images)

Jika Anda pernah membaca artikel sebelumnya, Anda pasti tahu betul apa arti RTO dan RPO. Namun jika Anda masih asing dengan dua istilah ini, berikut kesimpulannya: Recovery Time Objective (RTO) adalah seberapa lama Disaster Recovery akan memulihkan sistem, sementara Recovery Point Objective (RPO) mendeskripsikan lamanya data yang akan dipulihkan.

Dalam membangun Disaster Recovery Plan, kedua aspek ini berperan penting dalam menjalankan kembali operasional bisnis. Maka dari itu, pengusaha perlu memastikan RTO dan RPO yang akan dicapai dari solusi Disaster Recovery agar rencana pemulihan bencana bisa berjalan sukses.

Rancang redundancy dan failover

(Sumber: AnandaBGD from Getty Images Signature)

Saat bisnis membangun Disaster Recovery Plan untuk sebuah aplikasi, pastikan dengan seksama sistem yang terhubung dengan aplikasi tersebut. Pastikan aplikasi apa saja yang terhubung? Dan bagaimana aplikasi bisnis Anda dapat beroperasi dengan sistem lainnya? 

Jika memang memungkinkan, buatlah arsitektur yang fleksibel dalam menghadapi downtime atau pemadaman listrik. Sebagai contoh, Anda bisa menjalankan sistem produksi dari dua data center yang berbeda. Jadi ketika bencana terjadi, satu sistem IT bisnis dapat “beralih” ke data center yang tidak terserang bencana. Jangan terlewatkan pula, saat merancang fail-over ke infrastruktur IT bisnis, carilah single point of failure. Sehingga ketika terjadi failure, bisnis bisa menemukan cara untuk mengatasinya.

Tentukan penyedia layanan untuk Disaster Recovery Plan

(Sumber: cnythzl from Getty Images Signature)

Di masa kini, melakukan outsourcing aplikasi dan memanfaatkan jasa penyedia layanan cloud bukanlah sesuatu yang baru. Dengan menyederhanakan sistem IT bisnis, penyedia layanan cloud mampu memberikan pengalaman IT yang lebih fleksibel dan efisien bagi bisnis. Sehingga tak mengherankan, jika sampai saat ini banyak bisnis beralih menggunakan layanan cloud berupa Virtual Data Center (VDC) untuk mengolah sistem dan datanya.

Tapi, jangan sampai terbuai dengan rasa aman saat melakukan outsourcing aplikasi dan layanan. Hanya karena Anda menggunakan layanan cloud untuk mengolah sistem dan data secara aman, bukan berarti sistem infrastruktur ini akan terlepas dari risiko bencana. Bencana alam atau bahkan downtime mungkin juga bisa dialami oleh penyedia layanan cloud, sehingga solusi Disaster Recovery as a Service pun sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan Disaster Recovery Plan.   


Zettagrid Indonesia menyediakan layanan Disaster Recovery as a Service untuk mendukung keberlangsungan bisnis Anda. Dengan dua lokasi data center yang bertempat di Jakarta dan Cibitung serta telah bersertifikasi Tier IV, data Anda akan aman terjaga pada infrastruktur cloud Zettagrid. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, Anda dapat menghubungi kami di sini atau melalui sales@zettagrid.id.

What To Look Out For While Using Cloud Service Provider?

cloud service providerWhat To Look Out For While Using Cloud Service Provider?

 In this digital era, Cloud Computing is arguably going to remain the staple of leading companies. Entrepreneur.com stated cloud spending grew by 37% in the first quarter of 2020 itself. That’s why cloud has become one of the infrastructures that can digitized companies these days. With agility and cost optimization, enterprises are increasingly moving to Cloud Service Providers.

However, as more organizations move from their on-site data centers to cloud data management, business leaders and IT departments need a structured procedure for evaluating Cloud Services Providers. This step is certainly mandatory to determine if such a move is feasible for their organization. Then, what are the points that need to look out by enterprise from Cloud Service Provider?

The Latest Security Standard

cloud service provider

(Sumber: Urupong from Getty Images)

The number one concern in migrating to cloud environment is security. Meeting the latest security standards would be a terrifying task for companies. Especially as they are constantly evolving. For this reason, it’s essential that the Cloud Service Provider have a reputable and expansive knowledge of the latest security standards. 

Therefore, it’s critical to ask detailed and explicit questions that relate to a business’s unique use cases, industry, regulatory requirements, and any other concerns it may have. So, the business can ensure that the Cloud Service Provider has provisions in place for regulatory updating its security standard.

Keeping Customer Data Safe 

cloud service provider  (Sumber: Jirsak from Getty Images)

No matter what industry is, the importance of security in regular data breaches is a threat to every enterprise. According to Ponemon Institute, the average cost of data breaches to a company has risen 15 percent over the last year and cost $3.5 million dollars globally. Even, the average cost paid for each stolen or lost record has increased more than nine percent from $136 to $145 million.

That’s why, when evaluate Cloud Service Provider, business needs to know if the provider has a proven and safe track record in keeping customer data safe.

Governmental Compliance (HIPAA/PCI)

(Sumber: JanBaby from pixabay)

The need to trust one’s cloud provider to meet stringent security requirements is an integral part of today’s IT business plan. Therefore, security compliance is needed by business from a Cloud Service Provider.

When it comes to Cloud Service Provider, make sure its platform can help you to meet compliance standards that apply to your industry and organizations. Whether it is beholden to SOC 2, PCI DSS, HIPAA, or any other frameworks. Not only that, but business also have to make sure what it will take to achieve compliance once business applications and data are living in a public cloud infrastructure.

 Manageability

(Sumber: Natali_Mis from Getty Images)

Every cloud service provider supports different tools and integrates with various other services. If your business has services that are particularly vital to organizations, make sure that the provider offers an easy way to integrate with them, or that the organization is comfortable porting over to a similar service that is supported.

Not only that, but it is also important for business to determine how much time and effort it will take the team to manage various aspects of the cloud infrastructure before making final decisions, so the cloud operations will support your business well.

Service Levels Agreements

(Sumber: eccolo74 from Getty Images)

Service Level Agreements are essential considerations when business have strict requirements in terms of availability, response time, capacity, support, and even evaluating a cloud service provider. It’s vital to establish a clear contractual relationship between a cloud service customer and a cloud service provider.

Additionally, business also needs to pay attention to legal requirements for the security of data hosted in the cloud service. This required to make sure if the cloud could manage business system and data well.


Zettagrid Indonesia is one of the cloud computing service providers of Infrastructure as a Service (IaaS) that offers Virtual Server, Virtual Datacenter, Backup as a Service (BaaS), and Disaster Recovery as a Service (DRaaS). If you have any further questions about Cloud Computing solutions, you can contact us here or by sales@zettagrid.id.

Bagaimana Cara Meminimalisir Risiko Serangan Ransomware?

serangan ransomwareBagaimana Cara Meminimalisir Risiko Serangan Ransomware?

 

Kehadiran pandemi COVID-19 sampai saat ini telah memaksa berbagai perusahaan untuk menjalankan sistem bekerja remote. Tak heran, karenanya teknologi digital pun menjadi alat yang kian sering digunakan tidak hanya bagi individu, tetapi juga oleh berbagai bisnis untuk melancarkan produktivitas kerja karyawannya. Namun tahukah Anda? Tanpa disadari perubahan digital telah membawa berbagai risiko kepada sistem IT yang kita gunakan untuk bekerja, salah satunya adalah serangan ransomware.

Dilansir dari Kumparan.com, perusahaan otomotif, Honda, digadang-gadang pernah menjadi target serangan siber ransomware. Akibatnya, operasional beberapa pabrik Honda di seluruh dunia terhenti. Sehingga, perusahaan memutuskan untuk menutup sementara sejumlah fasilitas produksi, termasuk layanan pelanggan dan finansial. Meski tidak terdapat kebocoran data, Honda mengalami kerugian akibat bisnis operasional yang tidak dapat berjalan secara maksimal.

Melihat hal tersebut, tentunya ransomware memiliki dampak yang cukup besar bagi berbagai industri. Tidak hanya memblokir akses pengguna ke sistem komputernya, malware satu ini juga menginfeksi sistem dan data sehingga dapat menyebabkan kerusakan maupun hilangnya data bisnis. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika data-data bisnis lenyap karena serangan ransomware? 

Untuk itu, diperlukan upaya pencegahan yang dapat meminimalisir risiko serangan ransomware. Beberapa upaya berikut bisa dijadikan referensi bagi bisnis untuk menghadapi serangan ransomware:

1. Konfigurasi Firewall

(Sumber: relif from Getty Images Pro)

Menerapkan sistem kerja remote memang bisa menjadi pilihan terbaik bagi bisnis untuk menghindari penyebaran virus COVID-19, tapi bukan berarti sistem kerja satu ini bisa terbebas dari risiko kejahatan siber. Ini dapat dikatakan mengingat koneksi internet yang digunakan user ketika bekerja remote memiliki tingkat risiko keamanan yang sama saat bekerja di kantor. Bahkan, hacker bisa saja menyerang dan menggerakan kendali monitor user.

Untuk itu, menyediakan infrastruktur IT dengan konfigurasi firewall sangat penting untuk memberikan penghalang antara jaringan internal dengan traffic dari sumber eksternal perusahaan. Ini juga memungkinkan sistem untuk memblokir traffic yang berbahaya, seperti hacker dan serangan ransomware. Jadi, ketika sistem perusahaan menerima konten yang berbahaya maupun user yang mencurigakan, firewall dapat bertindak untuk memblokir keduanya.

2. Strategi Backup Data 

serangan ransomware

(Sumber: juststock from Getty Images)

Ancaman ransomware dapat menjadi bencana serius bagi berbagai sektor usaha. Hal ini dikarenakan hacker dapat dengan mudah menghapus atau mengenkripsi data dengan mudah. Untuk meminimalisir hal tersebut, strategi backup bisa menjadi salah solusinya. 

Hal mendasar yang bisa dilakukan perusahaan ialah dengan melakukan backup data di perangkat yang tidak dapat diserang oleh hackers. Di samping itu, perusahaan juga dapat melindungi data melalui aturan 3-2-1 yang artinya perusahaan wajib memiliki tiga salinan data perusahaan, simpan dua salinan di media penyimpanan berbeda, dan simpan salah satunya di luar lokasi. Dengan Langkah tersebut, data dapat dipastikan kembali pulih apabila ransomware menyerang.

3. Mengandalkan Disaster Recovery as a Service (DRaaS)

serangan ransomware

(Sumber: Funtap from Getty Images)

Tidak hanya bencana, Disaster Recovery as a Service (DRaaS) juga bisa digunakan sebagai strategi untuk meminimalisir kejahatan siber seperti ransomware. Dengan mengekstraksi data dari On-Premise ke data center penyedia layanan cloud, data pun tetap bisa diakses oleh bisnis meski serangan ransomware tengah berlangsung. Tapi bagaimana ini bisa terjadi?

Jika Anda pengguna secondsiteDR, Anda pasti tahu betul bagaimana infrastruktur ini beroperasi hingga data bisa kembali diakses. Namun jika Anda bukan salah satunya, maka patut diketahui: pada SecondsiteDR, skenario failover yang diaktifkan ketika terjadi bencana akan mengirimkan beberapa bagian failover atau semua VM yang telah direplikasi di cloud ke on-premise. Sehingga ketika serangan ransomware terjadi, bisnis bisa tetap beroperasi mengingat sistem dan data bisnis dapat dipulihkan kembali oleh infrastruktur satu ini.

Zettagrid Indonesia merupakan penyedia layanan cloud Indonesia yang menawarkan layanan Infrastructure as a Service (IaaS), berupa Virtual Datacenter (VDC), Virtual Private Server (VPS), Backup as a Service (BaaS), Disaster Recovery as a Service (DRaaS) dan, lainnya. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang solusi cloud kami, Anda bisa menghubungi kami di sini atau ke sales@zettagrid.id. 

Dukung ISSOM 2021, Zettagrid Indonesia Kembali Sponsori BMWCCI OMR dan MOMRC

Dukung ISSOM 2021, Zettagrid Indonesia Kembali Sponsori BMWCCI OMR dan MOMRC

ISSOM 2021

Team Zettagrid Indonesia di Ajang Balapan BMW One Make Race Round 1 ISSOM 2021

Usai diselenggarakan pada 29 dan 30 Agustus 2020 lalu, kini kejuaraan balap mobil Indonesian Sentul Series of Motorsport (ISSOM) kembali digelar pada 28 dan 29 Maret 2021 di Sentul International Circuit. Setelah sekian lama vakum akibat pandemi COVID-19, akhirnya ISSOM 2021 telah mengantongi izin dari Gubernur Jawa Barat untuk menyalurkan semangat juang para pembalap tanah air.

Sama seperti tahun sebelumnya, ISSOM yang digelar pada tahun ini juga terasa berbeda bagi para pegiat motorsport. Selain karena diterapkannya protokol kesehatan yang sangat ketat dan tanpa penonton, ajang balap ini juga digelar dengan menyertakan test swab antigen untuk para pembalap, mekanik, dan tim resmi lainnya untuk memastikan tidak terpapar COVID-19.

Adapun ISSOM 2021 juga menyelenggarakan beberapa kategori balapan untuk menyemarakkan kontestasi tersebut, antara lain Mercedes One Make Race Championship (MOMRC), BMWCCI One Make Race (OMR), Honda Jazz Brio Speed Challenge, Euro Touring Car Championship, Indonesia Touring Car Race Max & 1500, Indonesia Touring Car Race 1200, Super Touring Car Championship 1, Super Touring Car Championship 2, dan Indonesia Retro Race.

Sebagai penyedia layanan Cloud Computing di Indonesia, Zettagrid Indonesia pun ikut serta dalam menyemarakkan kontestasi tersebut. Dengan kembali mensponsori BMWCCI OMR dan MOMRC, menjadi tanda bahwa Zettagrid Indonesia mendukung terselenggaranya ajang balap ISSOM 2021. Berikut sekilas tentang BMWCCI OMR dan MOMRC pada ISSOM 2021 lalu:

BMWCCI One Make Race (OMR)

ISSOM 2021

Tim Zettagrid bersama R.C. Adhi Nugroho selaku Promotor BMWCCI OMR

BMWCCI One Make Race (OMR) merupakan sebuah wadah bagi para pegiat motorsport yang memiliki hobi dan semangat dalam dunia balap. keikutsertaan BMWCCI OMR di ajang balap seperti ISSOM, telah membawa beragam nama di perhelatan kontestasi balap mobil, seperti Aditya Amandio, Ikhsan Utama, hingga Silas Andrianto. 

Pada kompetisi ISSOM 2021 lalu, BMWCCI OMR turut dimeriahkan oleh 10 peserta yang bertanding selama sepuluh putaran. Dari pertandingan tersebut, Viktor Herryanto kembali menyabet podium juara pertama dalam kategori Rookie dan Reza Alvin sebagai juara satu di kategori Advance. Tak hanya itu, selain turut dimeriahkan oleh para pembalap ternama, BMWCCI OMR juga turut disponsori oleh Michellin, Eneos, WRI Solution, hingga Bilstein.

Mercedes One Make Race Championship (MOMRC)

Tim Zettagrid bersama Iswachyudi selaku Promotor MOMRC

Diawali dengan nama Mercedes-Benz Club Indonesia Racing Championship, klub ini telah berganti nama menjadi Mercedes One Make Race Championship (MOMRC) pada 2019 lalu. Meski demikian, ajang balap satu ini tetap diminati oleh para pegiat motorsport dan menjadi tempat spesial bagi para pecinta mobil brand Mercedes-Benz.

Pada Minggu, 29 Maret 2021, MOMRC turut memeriahkan perhelatan kompetisi balap ISSOM 2021 dengan menghadirkan tigabelas peserta. Dengan mewajibkan sepuluh putaran penuh, kategori balap mobil satu ini kembali dimenangkan oleh Deo Popong dengan total waktu sembilanbelas menit dan tujuh detik. Tak hanya itu saja, MOMRC juga turut dimeriahkan oleh sejumlah sponsor, seperti GT Radial, BAW Motorsport, Gazpoll, dan Ayam Asix.

Maju terus olahraga Indonesia dan bangga gunakan cloud lokal dengan data center lokasi Indonesia! Untuk informasi lebih lanjut anda dapat menghubungi kami di sini atau email ke sales@zettagrid.id.

 

How to Enhance Data Protection with Active Disaster Recovery

active disaster recoveryHow to Enhance Data Protection with Active Disaster Recovery

Disaster recovery is one of the business-critical data protection for modern enterprise world. The ability to resume complete IT operations is essential to maintaining business continuity, avoiding loss of revenue and ensuring ongoing productivity of IT process. So how to enhance data protection with active disaster recovery?

Find the answer on Zettagrid e-TechDay vol.09 in collaboration with DELL Technologies. Meet our speakers Novia Kurniasih as Customer Success Lead Zettagrid IndonesiaArif Darmawan as ISV and CSP Lead Dell Technologies Indonesia, also Kemal Jayanagara as Account Manager Smartnet Magna Global.

Event Details:
Date: 7 April 2021
Time: 02.00 – 04.00 PM
Where: Zoom Meetings
Link To Register: bit.ly/etechday09

Event Agenda:

  • Building a Better Cloud Begins with Better Infrastructure – Arif Darmawan, ISV & CSP Lead DELL Technologies Indonesia.
  • How to Enhance Data Protection with Active Disaster Recovery – Novia Kurniasih, Customer Success Lead Zettagrid Indonesia
  • Enhanced Data Protection for Business Continuity – Kemal Jayanagara, Account Manager, Smartnet Magna Global

 

Register now and get OVO cash 50.000 each for first 50 attendees* also get a chance to win shopping vouchers at the end of the event.

*Terms and condition apply

3 Risks of Not Having Disaster Recovery Solution

disaster recovery solution

3 Risks of Not Having Disaster Recovery Solution

 

As business evolved from time to time, data becomes the most important aspect that needs to be kept by enterprise. With business relies on sales and marketing documents, product data, applications, and existing data to function, enterprise would know where they had to direct their business in an exact way. Therefore, critical data played a key role in driving business development, and in some way, it should be saved in a secure infrastructure.

However, save and secure business-critical data only on its local infrastructure is not enough to ensure it is safe. The world is unpredictable and disaster could strike at any time. The enterprise may buy insurance to protect their business against losses, but insurance can’t replace error local infrastructure that contains business valuable data and the key applications. That’s why enterprise must plan ahead to restore data when disasters occur. One of the solutions is by using the Disaster Recovery.

According to techtarget.com, Disaster Recovery solution is an area of security planning that aims to protect an organization from the effects of significant negative events. Having a Disaster Recovery solution in place enables organization to maintain or quickly resume mission-critical functions following a disruption. But, regardless of natural disasters, what are the risks that can come up if there’s no Disaster Recovery solution? Read them below here:

1. Hardware Failure

disaster recovery solution

Sumber: Prostock from Freepik

Depending on local infrastructure may be the option to optimize business operations and services. However, this solution is not the best option for business continuity. IT downtime caused by power outages or even hardware failure can happen and affect business to an overwhelmed situation. While an enterprise can take steps to protect its hardware with cooling systems, power surge protectors, and other infrastructure, it will take a lot of resources of IT department and cost for business.

Disaster Recovery solution is designed to be a solution for this risk. By using cloud-based or off-site storage, it can add additional protections as it is unlikely both locations will be struck at the same time. That’s why, Business Disaster Recovery plan should include to these steps, to ward off the potential data loss that could occur.

2. Human Errors

Sumber: PR Image Factory from Canva

No one is perfect apparently is not a slogan only. It can also occur to enterprises and their employees.  Forgetting to save changes, accidentally deleting an important document, or flipping the wrong switch could lead to a significant loss for the company. Training programs may help enterprise and employee to reduce errors, however, it is not effective and takes a lot of energy and cost for your business. Therefore, the Disaster Recovery solution is needed to protect the business against data loss caused by this risk.

Having multiple backups can be the best choice for business. Instead of deleting the last data backup when business makes a new one, it would be better to keep older backups on hand. So, if any human error occurs and affects potential loss for critical business data, Disaster Recovery can be used to restore the backups. That’s why Disaster Recovery solution can be the option to this risk.

3. Cyber Crimes

disaster recovery

Sumber: Azret Ayubrov from Getty Images Pro

Although data is a valuable component of running a business, it is open to a number of threats that can lead to data leaks and data loss. These may be caused by physical device damage, technical threats, or even human threats like cybercrimes such as malware and ransomware. Even though enterprise has ways to protect against many of these, any vulnerability of local IT infrastructure could put business data to a loss if those risks occur.

Therefore, a Disaster Recovery solution should be taken by enterprise to keep and protect their business continuity. By include Disaster Recovery solution to recover critical data from hacking attempts, critical data will still be safe and accessible for business. So, enterprise doesn’t have to worry more about data loss that caused by a cyber attack.


Zettagrid Indonesia is one of the cloud computing service providers of Infrastructure as a Service (IaaS) that offers Virtual Server, Virtual Datacenter, Backup as a Service (BaaS), and Disaster Recovery as a Service (DRaaS). If you have any further questions about Cloud Computing solutions, you can contact us here or by sales@zettagrid.id.

3 Benefits In Winning Multi Cloud Strategy

multi cloud strategy3 Benefits In Winning Multi Cloud Strategy

 

As the modern enterprise lives in the digital era, multi cloud as a solution is not new. Ever since the industry first talking about dynamic data centers, visionaries have predicted a day when limited virtualization would evolve into Cloud Computing on multiple networks.

However, deploying multi tenant applications across multiple cloud platforms can be challenging for enterprise. It can be said as multi cloud represents more than one cloud deployment of the same type and it can be public or private cloud, sourced from different cloud providers. Therefore, strategies are needed by enterprise to maximize multi cloud management, so the cloud can deliver beneficial service and secure system. But, what benefit can business achieve when leveraging multi cloud strategy?

In “Zettagrid e-Techday Vol. 08: Maximizing Private Cloud”, Arief Darmawan as ISV and CSP Lead DELL Technologies Indonesia, has stated three benefits in building a winning multi cloud strategy that can enterprise take to reach its best services. Curious to know how? Read them below here:

1. Get The Most From Your Data

As enterprise lives in industry 4.0, digital data is the important aspect that can help business evolved from time to time. That’s why, enterprise technologies like the Internet of Things (IoT), Edge Computing, Big Data, and so on, appear to play role in collecting and managing digital data.

However, deploying those technologies only in On-Premise is not enough and might be cost-expensive for business. Therefore, a solution like multi cloud can be used by business in deploying enterprise technologies and digital data. With multi cloud, enterprise not only will experience the best system and data management, but business also can achieve cost-efficiency in their IT system needs.

2. Deliver Digital Services Anywhere

When application users worldwide and data transfer is done from a single data center, lots of users will experience slow response time. It can happen as data traffic travels across several nodes before reaching the end-user, and it is common in cloud services delivered from servers at distant locations.

However, if the business uses multi cloud strategy, its architects can deploy data centers to multiple regions according to user locations. The data center closest to end-users can serve the requested data with minimum server hops. This capability is especially useful for global organizations that need to serve data across geographically disparate locations while maintaining a unified end-user experience. Therefore, multi cloud can deliver digital services anywhere and anytime. 

3.  Protect Your Most Valuable Assets

In developing a business, data is a valuable asset for enterprise. By collecting and managing business data, enterprise would know how to develop their business for the future. However, collect and manage business data is not as easy as its snap. Some things like data loss, human error, or even cyberattack, might be found and challenging if the enterprise doesn’t have strategies to host their system and data.

But if your business implements a multi cloud strategy, then it can raise the bar on security as well. By bringing new services into the overall enterprise portfolio with clear guidance on how users can authenticate data, how it can flow, and where it can live, IT can reduce the opportunities for data loss and leakage, weak authentication, and lateral compromises from lower-security platforms into higher-security ones.

If you want to find out more about this session you can rewatch the online talk show on our Youtube channel here. And if you are interested in cloud solutions, you can contact us here or through sales@zettagrid.id.

Fitur Office 365 Yang Menjadi Akses Favorit Hacker 

fitur office 365

  Fitur Office 365 Yang Menjadi Akses Favorit Hacker 

Jika Anda berpikir penggunaan teknologi di era digital telah menghasilkan informasi, inovasi, dan solusi, maka Anda telah memikirkan dampak positif dari penggunaan teknologi. Tapi, bagaimana dengan dampak negatifnya, apakah Anda juga telah berpikir bahwa penggunaan teknologi yang masif mampu memicu hal tersebut?

Di artikel sebelumnya, telah dijelaskan mengenai munculnya serangan siber ketika penggunaan teknologi meningkat tajam di masa pandemi. Serangan siber berjenis Malware, Phishing, hingga Ransomware banyak ditemui oleh beragam industri di seluruh dunia sepanjang 2020 lalu. Threatpost.com bahkan mencatat 96 persen dari empat juta pelanggan Office 365 turut menjadi target hacker untuk dicuri data-data sensitifnya. Ini terjadi mengingat banyaknya pelanggan Office 365 yang bekerja secara remote selama pandemi, sehingga hal tersebut pun menjadi peluang bagi hacker.

Lalu, bagaimana bisa hacker menargetkan pelanggan Office 365 untuk melancarkan aksinya? Adakah taktik yang digunakan hacker untuk menyusup akun pengguna Office 365?

250 Juta Pengguna Office 365 Menjadi Target Hacker

fitur office 365

(Sumber: Pressmaster)

Hingga saat ini, Office 365 telah memiliki 250 juta pengguna aktif di seluruh dunia. Selain menjadi tools untuk berbagi data, Software as a Service (SaaS) satu ini juga bisa menjadi media berbagi penyimpanan dan komunikasi. Tak mengherankan, jika saat ini banyak perusahaan yang tertarik untuk menggunakan Office 365 sebagai media kerja kolaboratif karyawannya.

Namun demikian, jumlah tersebut nyatanya juga menjadi ladang bagi hacker untuk menjerat korbannya. Bahkan beberapa fitur utama Office 365 pun menjadi akses favorit bagi para hacker untuk mengambil alih akun penggunanya.

Lantas, fitur Office 365 apa saja yang banyak diakses hacker? Simak selengkapnya di bawah ini:

1. Open Authentication (OAuth)

fitur office 365

(Sumber: srdjan111 from Getty Images Signature)

Open Authentication (OAuth) adalah suatu protokol terbuka untuk autentikasi akses yang digunakan di Office 365. Biasanya, aplikasi atau situs pihak ketiga menggunakan protokol untuk megautentikasi pengguna ketika login ke layanan Office 365. Sehingga, pengguna tidak perlu lagi terus menerus melakukan login setelah pengguna dan aplikasi dimintai autentikasi akses.

Meskipun fitur ini mampu memudahkan pengguna untuk mengakses layanan Office 365 yang persisten, namun OAuth sebenarnya banyak disalahgunakan oleh hacker. Berdasarkan penelitian 2020 Spotlight Report, fitur satu ini banyak digunakan hacker untuk mendapatkan akses ke cloud-based suite. Dengan mencuri kredensial OAuth atau mengirimkan email phishing berisi aplikasi berbahaya, ini memungkinkan hacker untuk mempertahankan akses yang persisten dan tidak terdeteksi ke akun Office 365. Sehingga pengguna pun tidak akan sadar jika akunnya sedang disalahgunakan.

2. Power Automate

fitur office 365

(Sumber: rufus_92 from fiverr.com)

Secara umum, Power Automate merupakan layanan yang dibuat oleh Microsoft untuk mengotomatiskan alur kerja harian dan bahkan perusahaan Anda. Melalui fitur ini, pengguna dapat membuat integrasi kustom dan alur kerja otomatis antara aplikasi Office 365 serta menyertakan konektor ke ratusan aplikasi dan layanan pihak ketiga. Sehingga, pengguna dapat dengan mudah menyinkronkan file, mendapatkan pemberitahuan, dan mengumpulkan data dari beragam konektor.

Melihat layanan ini memiliki kemudahan untuk mengakses dan mengelola data di Office 365, Power Automate pun menjadi daya tarik bagi hacker untuk melancarkan serangannya. Menurut threatpost.com, hacker dapat mendaftar uji coba gratis Office 365 untuk mendapatkan akses ke konektor premium. Selain itu, Power Automate juga memungkinkan hacker untuk membuat gerakan lateral dalam aplikasi hingga menjalankan aktifitas command-and-control yang berbahaya. Sehingga akan sangat mudah bagi hacker untuk mengambil alih Office 365 korbannya.

3. Microsoft eDiscovery

(Sumber: geralt from pixabay)

Menurut Microsoft.com, eDiscovery merupakan proses identifikasi, mengumpulkan, dan mengirimkan informasi yang disimpan secara elektronik, seperti email, presentasi, dan database pada Office 365. Biasanya, hacker menggunakan fitur ini sebagai pengintaian internal dan eksfiltrasi data untuk menemukan data penting yang akan dicuri atau disalahgunakan. Ini dapat dikatakan setelah penelitian Vectra menyebutkan 56 persen pelanggan Office 365 menjadi target serangan hacker melalui Office 365 eDiscovery. Sehingga, sangat berbahaya apabila hacker berniat mencuri maupun menghapus data bisnis pada Office 365.

Melihat ketiga taktik yang digunakan oleh hacker pada fitur Office 365, perusahaan tentunya harus merencakan sistem terbaik untuk menghindari risiko serangan hacker. Terlebih ketika hacker mulai menyusupi Malware ke perangkat Anda, secara otomatis data di dalamnya akan terinfeksi virus maupun terhapus, tak terkecuali data Office 365 bisnis Anda. Oleh sebab itu, solusi pun diperlukan agar data bisnis bisa terselamatkan. Lalu, apa jawaban yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut?

Nantikan artikel selanjutnya untuk menyelamatkan bisnis Anda dengan #SolusiYangAda. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang solusi cloud kami, hubungi kami di sini atau ke sales@arupa.id.

Solusi Virtual Desktop Bisa Digunakan Untuk Apa?

solusi virtual desktop

Solusi Virtual Desktop Bisa Digunakan Untuk Apa?

 

Jika di masa pandemi ini usaha Anda bergantung besar terhadap penggunaan teknologi, maka Anda telah memutuskan langkah yang tepat demi kelangsungan bisnis. Dengan kasus COVID-19 yang terus meningkat hingga beredarnya berita jenis baru COVID-19 di Indonesia, menjadikan kondisi dan aktivitas harian masyarakat semakin tidak pasti untuk kembali normal. Oleh karena itu, masuknya teknologi bisa dikiaskan sebagai penyelamat. Dengan kecanggihan dan fleksibilitasnya, teknologi akhirnya banyak digunakan bukan lagi bagi individu, melainkan juga untuk layanan kesehatan, hiburan, pendidikan, hingga bisnis.

Salah satu teknologi yang cukup tren hingga hari ini adalah solusi Virtual Desktop. Menurut Techrepublic.com, Virtual Desktop memiliki peluang tinggi untuk digunakan oleh beragam industri di masa yang akan datang, bahkan setelah pandemi mereda. Ini dapat dipastikan mengingat banyak organisasi berencana untuk melanjutkan sistem kerjanya secara remote dan fleksibel tanpa perlu ke kantor. Sehingga sangat masuk akal jika solusi satu ini akan terus diminati oleh kalangan pengusaha.

Tak hanya itu, sistemnya yang dapat diakses dari device apapun menjadikan Virtual Desktop sebagai teknologi yang fleksibel untuk digunakan. Jadi, ketika digunakan untuk kebutuhan bekerja, karyawan dapat mengakses pekerjaannya melalui teknologi satu ini dimanapun dan kapanpun. Lalu, bagaimana contoh solusi Virtual Desktop untuk bisnis?

1. Bring-Your-Own-Device

solusi virtual desktop

(Sumber: MmeEmil from Getty Images Signature)

Pada beberapa perusahaan, pengadaan alat elektronik berupa laptop maupun desktop untuk kebutuhan kerja tidak bisa diberikan kepada karyawan karena masalah efisiensi. Maka sebagai gantinya, manajemen pun mengharuskan karyawannya untuk membawa device pribadi ketika bekerja, atau disebut dengan fenomena Bring-Your-Own-Device (BYOD).

BYOD menjadi salah satu contoh kasus paling populer untuk penggunaan Virtual Desktop. Selain karena dapat menghemat anggaran perusahaan, sistem satu ini juga tidak membatasi karyawan untuk menggunakan alat kerjanya. Tak hanya itu saja, bila sebelumnya perusahaan kesulitan untuk meng-install program yang sesuai dengan device pribadi karyawan, maka Virtual Desktop dapat menawarkan solusinya. Dengan menyediakan akses ke internet serta kontrol yang lebih besar atas desktop pengguna, aplikasi, dan penggunaan sumber daya, Virtual Desktop memungkinkan karyawan untuk dapat bekerja dari perangkat apapun dan mengontrol integritas virtual machine.

2. Remote Working

solusi virtual desktop

(Sumber: Nadhezda1906 from Getty Images Pro)

Sejak pandemi melanda dunia, sistem kerja remote atau jarak jauh menjadi populer di kalangan pengusaha. Dengan mengandalkan fleksibilitas dan sistem kerja yang aksesibel, sistem kerja remote banyak dijadikan referensi dalam membangun produktivitas bisnis di masa yang tak menentu ini. Namun terlepas dari hal tersebut, apa sebenarnya yang mensukseskan bisnis dalam melangsungkan sistem kerja remote?

Bila Anda berpikir apakah Virtual Desktop bisa menjadi salah satu tools untuk mensukseskan sistem kerja remote, maka Anda tidak salah. Virtual Desktop bisa dijadikan solusi untuk mengatasi tantangan kerja remote yang berkaitan dengan sistem keamanan IT, hingga technical support. Ini dapat terjadi mengingat Virtual Desktop memiliki sistem keamanan berlapis seperti firewall, IDS/IPS, VPN, hingga SSL Encryption, sehingga pengusaha dapat meminimalisir risiko serangan hacker saat bekerja remote.

Selain itu, Virtual Desktop pada umumnya juga memiliki remote management yang digunakan oleh tim support untuk membantu pengguna ketika bekerja. Sehingga, ketika pengguna mengalami masalah dengan Virtual Desktop-nya, tim teknis dapat memberikan bantuan dengan melihat dan memonitor langsung layar pengguna. 

3. Regulatory Compliance

solusi virtual desktop

(Sumber: Ismagilov from Getty Images)

Disadari atau tidak, beberapa organisasi sangat membatasi karyawannya dalam membawa pulang dokumen, mengaktifkan email perusahaan di server pribadi, atau sekadar menyimpan regulasi dan kebijakan perusahaan selain di kantor. Ini sangat wajar terjadi apabila Anda bekerja pada sektor publik seperti pemerintahan maupun penyedia layanan fintech. Sebab bagi sektor tersebut, data dan sistem kantor sangat bersifat konfidensial dan sensitif, tak heran, keamanannya pun harus dijaga dengan maksimal.

Namun, tahukah Anda? Menyimpan sistem dan data kerja di On-Premise juga tidaklah cukup untuk menjaga keduanya tetap aman. Serangan hacker maupun sabotase data yang dilakukan oleh karyawan, sangat mungkin terjadi di On-Premise, terlebih bagi sektor publik yang menggunakannya. Oleh sebab itu, solusi diperlukan untuk menjaga kolaborasi kerja agar tetap aman.

Virtual Desktop bisa menjadi salah satu solusi untuk menghadapi masalah tersebut. Dengan memusatkan data di cloud dan menyediakan admin remote management, akses ke sistem dan data pun dapat lebih aman dilakukan. Selain itu, manajemen juga bisa memonitor aktifitas desktop penggunanya, sehingga akses data dapat lebih terawasi.

 


Arupa Cloud Nusantara yang dibawahi oleh Zettagrid Indonesia menyediakan solusi Virtual Desktop berupa Arupa Cloud Desktop (ACD). Dengan ACD Anda dapat dengan fleksibel melakukan kolaborasi kerja di manapun dan kapanpun. Jika Anda berminat atau ingin mendapatkan informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi kami di sales@zettagrid.id.