Serangan Siber Yang Mengancam Selama Pandemi COVID-19

serangan siberSerangan Siber Yang Mengancam Selama Pandemi COVID-19

 

Saat pandemi COVID-19 mendominasi awal tahun 2020, Anda pasti tahu betul seperti apa rasanya ketika segala aktivitas sehari-hari kemudian dialihkan secara daring. Mulai dari kegiatan perkantoran, belajar mengajar, hingga layanan kesehatan yang beralih online, pastinya gaya hidup masyarakat (atau bahkan Anda) pun telah berubah karena penggunaan internet, sehingga kebutuhan teknologi satu ini tidak boleh lagi dianggap sebelah mata.

Menurut survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2019 – Q2 2020, sebanyak 73,7 persen dari total populasi masyarakat di Indonesia telah terkoneksi dengan internet. Itu berarti pengguna aktif internet di Indonesia telah mencapai 196,71 juta dari 266,91 juta jiwa.

Pandemi menjadi celah pelaku serangan siber

serangan siber

(Sumber: thomaguery from Getty Images)

Bukan hanya penggunaan internet saja yang melonjak, namun penetrasi serangan siber pun nyatanya ikut meningkat selama pandemi lalu. Melihat ratusan juta pengguna telah terkoneksi dengan internet, membuka peluang bagi pelaku kejahatan siber untuk melancarkan aksinya. Menurut Badan Siber Sandi Negara (BSSN), sekitar 88.414.296 serangan digital ditemukan di Indonesia antara 1 Januari 2020 hingga 12 April 2020.

Jumlah serangan siber ini jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Kaspersky mengatakan layanan dan situs yang paling diserang selama pandemi adalah situs-situs populer dan vital, seperti situs pemerintahan dan Pendidikan. Tak hanya itu, Microsoft juga melaporkan serangan siber selama pandemi juga turut menyerang industri-industri yang bertugas menanggulangi pandemi, seperti industri Kesehatan, finansial, hingga transportasi.

Kekhawatiran akan COVID-19 membuka peluang serangan siber

serangan siber

(Sumber: Markus Spiske from Pexels)

Hal tersebut diakibatkan mengingat ketidakstabilan dan kecemasan yang ditimbulkan pandemi untuk melancarkan serangan digital. Sehingga Jurgen Stock, Sekretaris Umum Interpol, pun berpendapat jika para hacker memanfaatkan momentum ini untuk menyerang korbannya. Lalu, serangan siber seperti apa yang ramai digencarkan hacker?

Simak tiga jenis serangan siber menurut rekapitulasi BSSN Insiden Web Defacement Januari 2020 – April 2020 berikut ini:

1. Serangan Phishing

(Sumber: magann from Getty Images)

Selama pandemi COVID-19, serangan siber satu ini banyak ditemui di dunia. BSSN mencatat serangan phishing telah menjerat korbannya di Februari 2020 hingga Maret 2020 dengan kasus yang berbeda-beda. Sebagai contoh, pada 14 Maret 2020, email phishing berisikan Blackwater malware diberitakan telah menyerang banyak pengguna di seluruh dunia. Sedangkan, Pada 20 Maret 2020, serangan phishing melalui website telah ditemukan di Inggris. Dengan menggunakan alamat web uk-covid-19-lega.com, pelaku berhasil mencuri informasi pribadi dan kredensial rekening bank korbannya.

Adanya situasi ini, tentu individu maupun perusahaan harus waspada akan serangan phishing. Dengan mengambil langkah hati-hati dan mempersiapkan strategi keamanan yang lebih baik, risiko serangan siber satu ini pastinya dapat diminimalisir semaksimal mungkin.

2. Malware Trojan menjadi andalan Hacker

serangan siber

(Sumber: brightstars from Getty Images Signature)

Pada awal pandemi tahun 2020 lalu, kasus serangan malware banyak ditemukan di seluruh dunia. Serangan malware yang paling populer menurut BSSN adalah trojan yang disisipkan melalui email dan website. Sistem penyamarannya pun sama seperti serangan phishing, pelaku banyak menyamar sebagai lembaga kesehatan seperti WHO hingga penyedia obat COVID-19. Dengan demikian, korban pun terperangkap pada jeratan pelaku dan menyerang sistem komputer korban. 

Melihat kasus serangan siber satu ini, tentu pengusaha dari beragam bisnis harus bisa mengantisipasinya. Dengan menggunakan solusi yang tepat untuk melindungi sistem komputer dan data bisnis, risiko kerusakan dan kehilangan data baik di komputer maupun di software seperti Office 365, bisa diminimalisir semaksimal mungkin.

3. Ransomware banyak disisipkan melaui email 

(Sumber: AndreyPopov from Getty Images)

Pada pandemi tahun lalu, BSSN mencatat Ransomware sebagai salah satu serangan siber yang populer di Australia dan Amerika Serikat. Dengan disisipkan melalui email yang melampirkan file berjudul “CORONAVIRUS.COVID-19.vbs”, pengguna yang mengkliknya pun berhasil terperangkap dalam jebakan Ransomware. Tak hanya itu saja, Ransomware pun bahkan dilaporkan muncul ketika hacker menyerang menggunakan Xerxes Bot. Melalui Banking Trojan yang bisa dikendalikan secara remote, serangan siber satu ini pun bereskalasi menjadi Ransomware di sistem komputer korban.

Bila bisnis Anda aktif menggunakan komputer dan internet, pastinya Anda menganggap jika Ransomware sangat mengkhawatirkan. Bukan hanya berisiko untuk membayar tebusan, bahkan sistem dan data pun bisa terinfeksi dengan malware lainnya. Sehingga ketika suatu saat malware bawaan tersebut bereskalasi, maka tidak menutup kemungkinan sistem dan data bisnis Anda akan terhapus. Untuk itu strategi keamanan yang baik perlu dipersiapkan oleh bisnis. Sehingga ketika serangan siber menyerang bisnis, Anda bisa mengantisipasi risiko kehilangan data bisnis. Tapi, sudahkah #SolusiYangAda cukup untuk menjaga data bisnis Anda, terutama di Office 365?

Nantikan artikel selanjutnya untuk menyelamatkan bisnis Anda dengan #SolusiYangAda. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang solusi cloud kami, hubungi kami di sini atau ke sales@arupa.id.