Posts

Dorong Bisnis di Masa PSBB Dengan 3 Teknologi Ini

Bisnis di masa PSBB

Dorong Bisnis di Masa PSBB Dengan 3 Teknologi Ini

 

Setelah Gubernur DKI Jakarta mengumumkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan dilakukan kembali, pengusaha dari berbagai industri pun kini harus kembali merencanakan sistem bekerja dari rumah (WFH). Berbagai cara pastinya dilakukan oleh pengusaha agar sistem operasional bisnis dapat terus berjalan di masa pandemi ini. Mulai dari membawa pulang kebutuhan kantor hingga memindahkan data-data penting dari on-premise ke device pribadi.

Namun cara-cara tersebut pastinya akan sangat merepotkan untuk dilakukan. Tak hanya itu, pemindahan data dari on-premise ke device pun akan menyita waktu. Sehingga, diperlukan teknologi solutif yang dapat membantu bisnis pengusaha di masa pandemi ini. Namun, Anda tidak perlu khawatir jika belum menemukan solusinya. Berikut kami sediakan 3 teknologi yang bisa menjadi solusi bisnis di masa PSBB ini. Simak ulasannya!

  1.     Teknologi Blockchain

Jika bisnis yang Anda jalankan saat ini mengutamakan pengelolalaan data secara akurat dan transparan, Anda bisa menggunakan teknologi blockchain sebagai solusinya. Blockchain menjadi teknologi baru yang berperan penting dalam membantu usaha saat social distancing. Teknologi ini dapat digunakan untuk memantau rantai pasokan secara mendalam, mendigitalkan perniagaan, hingga mengotomatiskan pembayaran karcis parkir. Sehingga, keuangan bisnis di masa PSBB pun dapat dikelola dengan baik, cepat, dan transparan.

  1.     Jaringan Internet

Meski infrastruktur jaringan internet bukan merupakan teknologi yang cukup menarik, sistem ini sebenarnya cukup berpengaruh bagi pengusaha yang sedang menjalani remote working. Hal ini tentunya disebabkan oleh konektivitas jaringan yang luas, sehingga mempermudah masyarakat untuk terhubung secara digital. Bagi pengusaha, internet bisa menjadi pilihan tak hanya untuk menjalankan bisnis, tetapi juga untuk membantu produktivitas kerja.  

  1.     Virtual DesktopArupa Cloud Desktop WFH

Bekerja dari rumah (WFH) menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku usaha. Pasalnya, bukan hanya device atau CPU yang terlalu besar untuk dibawa pulang karyawan, namun yang terpenting adalah keamanan data perusahaan saat mengakses aplikasi critical atau desktop dari luar kantor. Mengingat beberapa waktu lalu Badan Sandi Siber Negara (BSSN) meliputi 88 juta kasus kejahatan siber selama pandemi COVID-19. Untuk itu dibutuhkan solusi Virtual Desktop yang mudah digunakan dan pastinya dilengkapi dengan keamanan yang terjamin.

Arupa Cloud Desktop bisa menjadi pilihan bisnis di masa PSBB ini. Dengan memiliki kemampuan untuk mengoptimalisasi efisiensi IT, meningkatkan produktivitas user, serta memonitoring kegiatan user atau karyawan, pengusaha tidak perlu lagi khawatir dalam menjalankan usahanya di masa PSBB ini.

Tak hanya itu, Arupa Cloud Desktop menyediakan akses yang aman kepada karyawan untuk membuka data-data penting perusahaan pada aplikasi vital. Hal ini dikarenakan lapisan keamanan ACD yang setara dengan secure payment dan online banking.

Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh mengenai Arupa Cloud Desktop, Anda bisa menghubungi kami di sini atau melalui tim kami di sales@zettagrid.id.

Arupa Cloud Nusantara Luncurkan Cloud Desktop  Guna Menjaga Produktivitas Kerja Selama WFH

Arupa Cloud Nusantara Luncurkan Cloud Desktop  Guna Menjaga Produktivitas Kerja Selama WFH

Arupa Cloud Desktop WFH

JAKARTA, 13 SEPTEMBER 2020 — Pandemi COVID-19 membuat banyak kalangan tak terkecuali pemerintah dan pelaku usaha untuk mengikuti adaptasi kebiasaan baru (new normal). Salah satunya dengan perubahan kebijakan mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengharuskan berlakunya sistem kerja dari rumah (Work From Home), yang dapat berubah kapanpun sesuai dengan situasi dan kondisi pandemi yang tengah berkembang dari waktu ke waktu. Kondisi seperti ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku usaha, salah satunya mengenai fleksibilitas tempat bekerja dan keamanan data perusahaan selama pandemi berlangsung.

 

Untuk itu, PT Arupa Cloud Nusantara telah meluncurkan Arupa Cloud Desktop, solusi desktop berbasis cloud yang fleksibel, mudah digunakan, dan dilengkapi dengan sistem keamanan yang berlapis untuk membantu perusahaan menjaga keamanan data dan meningkatkan produktivitas kerja selama WFH berlangsung. PT. Arupa Cloud Nusantara adalah perusahaan pengembang solusi cloud computing lokal asal Indonesia yang telah mendapatkan sertifikat Cloud Verified Provider dari VMware.

 

Arupa Cloud Desktop (ACD) menawarkan kemudahan dalam mengakses aplikasi maupun desktop melalui perangkat dengan sistem operasi apapun, kapanpun, dan dimanapun hanya melalu web browser pada desktop maupun laptop yang dimiliki oleh karyawan.

 

“Di suasana pandemi yang tidak menentu seperti ini, tentunya perusahaan membutuhkan solusi yang tepat untuk karyawan agar tetap dapat bekerja dengan produktif. Menggunakan Arupa Cloud Desktop, pelaku bisnis tidak perlu lagi mengeluarkan biaya yang tinggi dan waktu untuk pengadaan alat atau sistem yang lama ketika harus memobilisasi karyawannya baik saat bekerja di kantor maupun WFH,” kata Reza Kertadjaja, Direktur PT. Arupa Cloud Nusantara.

 

Reza menambahkan, ACD dapat juga digunakan untuk memonitor produktivitas kegiatan kerja karyawan selama WFH yang akan diterima dalam bentuk sebuah report. Sehingga pengusaha tidak perlu ragu lagi untuk dapat menjaga produktivitas kerja karyawan selama WFH.

RDP arupa

Solusi WFH Untuk Menghindari Serangan Siber

 

Beberapa waktu yang lalu, Badan Sandi Siber Negara (BSSN) mengungkap adanya serangan virtual sebanyak lebih dari 88 juta kasus di Indonesia selama pandemi COVID-19. Hal ini tentunya harus diwaspadai oleh para pelaku usaha.

 

Maka, dengan kehadiran Arupa Cloud Desktop, pengusaha tidak perlu lagi khawatir karena ACD telah dilengkapi dengan berbagai fitur keamanan dari mulai firewall, IDS/IPS, VPN, dan standar SSL Encryption yang akan memproteksi sistem online banking dan secure payment.

 

Reza juga menambahkan bahwa ACD berdiri diatas infrastruktur cloud dari Zettagrid yang telah memiliki lokasi data center di Indonesia dengan sistem keamanan yang ketat. Sehingga pengusaha tidak perlu ragu terkait keamanan data perusahaan. Selain itu, pengusaha juga tidak perlu memindahkan data atau aplikasi perusahaan, karena ACD dapat langsung terintegrasi dengan server perusahaan.

 

Hemat Penggunaan Kuota Internet dan Mudah Digunakan Semua Kalangan

 

Selama WFH tentunya kuota internet juga menjadi kebutuhan tambahan tersendiri bagi pelaku usaha maupun karyawan. Namun dengan ACD, penggunaan kuota bisa menjadi lebih hemat. Hal ini dikemukakan Johannes Saputra, IT Project & Development, Chemstation Asia yang telah menggunakan ACD sejak PSBB bulan Maret lalu. Chemstation Asia (CSA) merupakan salah satu perusahaan distributor bahan industri kimia yang terkemuka di ASEAN.

 

“Arupa Cloud Desktop dapat menghemat kuota internet dari sisi karyawan. Karena ACD ini di akses hanya melalui web browser, sehingga karyawan tidak perlu lagi membuka banyak aplikasi seperti solusi lainnya.”

 

Dalam acara online talkshow bertajuk “Zettagrid e-CloudTalk” belum lama ini, Johanes  menjelaskankan bahwa ACD sangat mudah untuk digunakan oleh berbagai generasi. Sehingga, hanya dengan waktu training yang singkat, seluruh karyawan sudah dapat mengerti cara menggunakan ACD .

 

Ia juga menambahkan awalnya manajemen Chemstation Asia hanya ingin menggunakan ACD selama 2-3 bulan saja selama PSBB, namun dengan banyaknya manfaat yang dirasakan, saat ini Chemstation Asia justru ingin mengembangkan kolaborasinya lebih lanjut dengan ACD.

Solusi PSBB Chemstation Asia: Arupa Cloud Desktop

Solusi PSBB Arupa Cloud Desktop

Solusi PSBB Chemstation Asia: Arupa Cloud Desktop

Perusahaan

Chemstation Asia

Industri

Chemical, Manufacture, Distribution, and Logistic.

Kebutuhan Bisnis

Kami berusaha untuk tetap beraktifitas dalam situasi pandemic yang saat ini sedang terjadi di Indonesia. Kami pun mencoba mencari jalan alternatif agar kami bisa bekerja seperti biasanya. Yang dapat diartikan pekerja perusahaan CSA bisa bekerja tanpa harus ke kantor di saat masa PSBB maupun lockdown seperti saat ini.

Solusi

Sebagai perusahaan yang memiliki karyawan dalam jumlah besar, kami merasa bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja. Kami memilih Arupa Cloud Desktop (ACD) untuk membantu perusahaan selama WFH. Selain itu, karena sistem keamanan data dan share data yang baik, user bisa melakukan kolaborasi data lain dari server atau local storage yang kami punya dengan aman.

Kenapa Memilih Arupa Cloud Desktop?

Di 2019 lalu, kami menggunakanan layanan Zettagrid khusus di cloud server data center. Sistem ini sebenarnya berfungsi untuk memindahkan data collection server dari on premise ke cloud dan itu cukup berhasil kurang lebih 70%. Kemudian berikutnya sales Zettagrid sendiri yang memberikan kami inovasi baru untuk konsep ACD ini. Awalnya, kami tidak begitu aware dengan konsep ini. Kami berpikir untuk apa perusahaan membuat cloud lagi kalau kami saja sudah punya cloud server

Ternyata, setelah didalami lagi, konsep ACD ini mirip dengan konsep yang pernah digunakan perusahaan di tahun 2010 saat menggunakan VM client. Kemudian kami berpikir perusahaan mungkin bisa fokuskan ACD ke beberapa fitur seperti email, karena tidak semua user bisa install email di handphone dan pc masing-masing dan ternyata berhasil. Tidak hanya untuk olah email, bahkan ACD juga bisa mengkolaborasikan data dan cloud Microsoft di servernya, juga menerapkan sistem remote desktop protocol (RDP). 

Selain itu, kami menganggap bahwa ACD sesuai untuk diimplementasikan di perusahaan karena melihat kompetensi dan pemahaman IT karyawan. Perusahaan CSA saat ini memiliki karyawan dengan generasi yang berbeda. Jadi, ketika kami memilih ACD, sistem ini tidak memberi kesulitan pada karyawan kami, terutama untuk karyawan senior. 

Sistem ACD juga mampu mengakses data maupun menyediakan sistem kerja seperti saat di kantor, walaupun saat ini perusahaan sedang tidak menerapkan sistem Work From Office (WFO). Dari sisi keamanan, kami melihat ACD memiliki sistem keamanan data yang baik. Jadi, karyawan mampu melakukan penggabungan maupun perubahan data pada satu server dan local storage yang perusahaan punya.

Apa Manfaat dari penggunaan ACD bagi PT Chemstation Asia?

  •   User-Friendly

Semenjak ACD menjadi solusi WFH, karyawan menjadi lebih antusias dalam menggunakan devicenya. Hal ini dikarenakan oleh RAM, CPU, dan hardisk yang dapat diatur sendiri secara maksimal oleh penggunaannya. Sehingga, dapat digunakan secara leluasa.

Penggunaan ACD yang difokuskan kepada RDP dan browser juga membuat kami lebih hemat dalam memakai jaringan internet. Hal ini dikarenakan penggunaan RDP yang hanya membutuhkan kurang lebih 1 Megabyte. Jadi, penggunaan jaringan internet tidak begitu banyak memakan biaya.

 

  • Sistem IT Yang Mudah Diatur 

 

Sejak perusahaan beralih menggunakan sistem ACD, sistem IT dapat lebih mudah diatur. Hal ini dikarenakan penambahan konfigurasi sistem baru dan device baru, serta konektivitas server dapat lebih mudah digunakan oleh kami. Data pun dapat lebih aman terjaga di pusat server. Jadi, kami tidak perlu khawatir lagi jika infrastruktur gedung maupun jaringan internet mengalami masalah.

 

Bagaimana Mengimplementasikan Arupa Cloud Desktop?

ACD mendapatkan respon positif dari karyawan tidak hanya karena storagenya yang besar, tetapi juga sistemnya yang mudah digunakan. Karyawan juga lebih antusias karena RAM, CPU, dan hardisk dapat diatur sendiri daya maksimumnya.  Cukup dengan mengklik remote desktop, kami sudah bisa mengakses komputer seperti biasa. Begitu juga untuk mencetak dokumen yang dimiliki. Jadi, tidak dibutuhkan waktu lama untuk melatih karyawan kami.

Bagaimana Penggunaan ACD Pada Aplikasi?

Berbagai aplikasi menjadi lebih mudah digunakan semenjak adanya penggunaan ACD. Perusahaan sekarang juga dapat lebih berfokus dalam mengatur email, aplikasi internal, dan aplikasi yang berhubungan dengan data-data yang ada di Amerika dan Singapore. Selain itu, penggunaan RDP pada ACD juga berhasil diterapkan sehingga memudahkan kami dalam mengakses email, data screening, hingga aplikasi langsung dari database tanpa mengurangi sistem keamanan cloud. Perusahaan juga dapat mengkolaborasikan data server dengan Azure Active Directory, melakukan konfigurasi, dan integrasi antara dua VDC utama yang ada di pusat data cloud.

Apa Tantangan Dalam Menggunakan ACD?

ACD ternyata memberikan tantangan tersendiri bagi kami. Karyawan yang menggunakan sistem ini dapat dikatakan lebih leluasa untuk mengakses data, aplikasi, dan memori dari pada biasanya. Hal ini kemudian berdampak pada lebihnya sistem RAM dan CPU. Akibatnya, kami perlu menganalisa kembali RAM dan CPU yang sesuai untuk penggunaan di masa mendatang.   

Apa Perbedaan yang Dirasakan?

  •      Dapat Melakukan Konfigurasi Sistem Di Manapun dan Kapanpun

Selain bisa bekerja di manapun dan kapanpun, ACD juga memudahkan perusahaan untuk melakukan konfigurasi dalam waktu apapun. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya ketika server belum menggunakan cloud. Kami bahkan harus melakukan konfigurasi keamanan secara manual dengan membutuhkan jaringan internet dan menunggu konfigurasi hingga selesai. Akibatnya, aktivitas lain pun terganggu.

Namun setelah menggunakan ACD dari layanan Zettagrid Indonesia, kami tidak perlu khawatir lagi. Sebab, tim Zettagrid membantu proses konfigurasi sistem hingga selesai. Jadi, tim IT perusahaan hanya perlu untuk melakukan print screen dan mengirimkan hasilnya ke tim support untuk dikonfirmasi. 

  •  Infrastruktur Berubah Drastis

Saat ini, kami tidak lagi mengkhawatirkan sistem jaringan, konfigurasi, hingga storage lokal, karena telah disediakan oleh ACD. Namun sebaliknya, kami kini lebih memperhatikan penggunaan layanan cloud yang saat ini tengah populer. Kami perlu lebih fokus dan mengupdate sistem layanan tersebut agar sistem IT tidak tertinggal jauh.

  •   Kepercayaan Dari Manajemen Perusahaan

Selama menggunakan ACD, kami sekarang dapat meraih kepercayaan manajemen terkait keamanan data yang tersimpan pada cloud perusahaan di Indonesia. Sebelumnya, manajemen belum mampu mempercayakan PT Chemstation Asia Indonesia dalam menyimpan data-data penting. Sehingga, penyimpanan lebih banyak dilakukan di perusahaan Singapore dan Malaysia, karena konfigurasi dan keamanannya yang terjamin. Tetapi sekarang, manajemen telah memberi kesempatan kepada kami untuk mengatur sistem data dan aplikasi pada perusahaan di Indonesia.

  •  Efisiensi Biaya IT

Dengan ACD, kami sekarang bisa mengefisiensikan biaya IT. Hal ini dikarenakan layanan yang digunakan perusahaan hanya berupa remote desktop secara server. Sehingga, penggunaan server di on-premise dapat dibuang sedikit menggunakan sistem cloud.

 

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut atau ingin melakukan free trial solusi Arupa Cloud Desktop, Anda dapat menghubungi kami di sales@zettagrid.id atau di sini.

Migrating SAP To The Cloud How?

Migrating SAP To The Cloud

Mirating SAP to Cloud

Mirating SAP to Cloud

According to cbronline.com, System Application and Product in Data Processing (SAP) migration to the cloud has become a major concern for enterprises today. This can be happened as the end of support for SAP Business Suites approaches fast in 2025. That’s why, if company take a longer time to postpone the move to S/4HANA, the further it may be left behind by faster and savvier competitors.

But despite of that, some organizations still rely on SAP enterprise software to run their applications until now. Not only company will loss against its competitors, this method could also impact to a lot of costs, as traditional on-premise deployment is both expensive to maintain and difficult to manage. Therefore, migrating SAP to the cloud is one of the solution as it comes with a host of benefits, ranging from the lower TCO to faster product deployments, and more large-scale business transformations.

But, this migration process also need to be determined by some aspects. Therefore, we decided to made up a list on how to migrate SAP to the cloud. Read them below to help the organizations achieve a smoother migration.

  1.     Checking compatibility 

Checking the compatibility of your SAP applications, databases and operating system with the cloud service providers is a must. This first step will allow the providers to support your SAP upgrades as well. Besides, it will enable the company to analyze and adjust to the technical, language standards, and governance of the potential cloud provider to your company’s internal standard. So, the company will recognize if that IT provider has a good solutions to analyze the risks and ensure data safety.

  1.     Choose the Size of Storage

If your company aims to grow a business over a period of time, you need to consider what size of cloud storage for migrating SAP. By implementing the average utilization policy and get its exact size the company needs, its business will be helped to grow whenever necessary. 

  1.     Decide What Cloud Server’s Best Location 

Cloud servers could be located in any part of the world. Therefore, you must decide where its most appropriate location for your system to incurre costs of Wide Area Network (WAN). It can be started by knowing where the cloud providers located their data center. If your company found any providers servers and hosting applications had a closer location to your users, then it will enable them to have a great experience with your SAP.

  1.     Determine the Service You Need

Determining appropriate support for your SAP product is also necessary to be done. Therefore, you need to understand what service the company needs. Here we give you these three levels of service to choose:

  •  Entry-level.set (ES)

This first level is designed for disengaged ventures, small isolated work items, minimal SAP and database services intended for standalone SAP blueprints, training systems, demos, and so on. As it is entry level, most customers test new systems, create SAP demos, and conduct training programs.

  •   Development service (DS)

The second level is all about SAP and database support for development and quality assurance, ranging from development until it goes live. Usually, the cloud provider does it to support customers through the process of implementation, entire transition, to full service.

  • Full service (FS)

This full of support is designed to required for best system management. If the company need more support than one system landscape like in ES and DS, then this level of service might be the right one. Full service can be expanded to include language installations, SAP user administration, database refresh, and more. 

  1.     Planning and Budgeting 

Determining what to move first and what strategy to follow is important to make the migration as smooth as possible. Besides, it is a must to consider the testing costs. Therefore, assess the whole SAP landscape based on the data the company obtain is needed to draw up company budget on migrating SAP to the cloud. 

  1.     Testing 

If your company technologies and databases are running on a program that is not on the cloud, then it will need a changes to test those again. Although, this will take several times, yet it becomes an important step as it can contribute to the migrating SAP to the cloud and its final costs. 

  1.     Cleansing 

One of the biggest mistake in cloud migration would be the lack of consideration in how clean all files and data will be in the cloud. Therefore, before doing a migration, you need to clean the system of inconsistent and corrupted data, unreadable files, and other data that is unused. This aims to prevent process against bottlenecks. 

At Zettagrid, we could help you to reach your IT efficiency by migrating your SAP to the cloud. No worries, because Zettagrid already provides with layered firewall that of course it is very secure for your business. If you have further questions, you can contact us here or send us email to sales@zettagrid.id.

Things to Consider Using Cloud-based Warehouse Management System

Warehouse Management System

 

Things to Consider Using Cloud-based Warehouse Management System

If you realized, cloud computing utilization has developed from being a simple business concept into a growing technology in various industries. This could be happened by the speed of its installation, flexibility and accessible for user. Therefore, cloud computing could be one of the solutions for enterprises to reduce on their infrastructure investments. Especially, when it comes to a business that running in a warehouse field.

But, if your company still use an on-premise Warehouse Management System (WMS), you should be worried. Basically, the company will not only lose their time,, but also money and customers. This can’t be happened for no reason of course, but suffers a major system failure such as critical data loss or unsatisfied customer can be occurred anytime. Therefore, cloud based WMS present to be a solution for a business.

Today, cloud based warehouse management system (WMS) is increase rapidly..  Not only because it has improvements in technology, but also its prototyping a various deployment options. Therefore, it will enable a fast, affordable transition, and improved warehouse performance. Not only that, several things also considered when it jump to improving warehouse by using cloud based WMS. Read them below to get the insights!

Efficient Warehouse Management

  1. Run a Business Efficiently

The detailed look of cloud-based WMS at your inventory and its automatic updated through a sensor in company network, actually made for a reason. This system was created to make all the information readily available for stakeholders in the company. By controlling the collected data, businesses can analyze the expenditures of internal software teams. Therefore, they can control the investment by focusing it to improve operational efficiencies.

Customer Warehouse Management

  1. Improving Customer Service

It is impossible to answer “I don’t know” when the company support line got a call from a customer asking for shipment status. Surely, this kind of service will lower the company image in the customer’s mind.

But, when the company decided to use a cloud-based WMS, customer questions on package status will likely be handled. Basically, this system allows teams to determine the status of package or shipment. Besides, this connected system provides everyone to track, verify, or even update arrival status of the shipment. So, it will help customers in managing their own supply chain or warehouse.

WMS

  1. Maintain Supply Chain Data

When the company decided to move WMS to the cloud, all its data and status updates indirectly has been digitized through an electronic data interchange (EDI). So, it will allow warehouse management to talk to company online stores, ERP systems, and share information with supply chain partners.

Here in Zettagrid we have Largo as our WMS partner that will support you to modernize and simplify your Warehouse Management System under Zettagrid cloud infrastructure. If you had a further question about cloud-based WMS? Contact us here.

Zettagrid Indonesia Sponsori BMWCCI OMR Dan MOMRC di ISSOM 2020

Zettagrid Indonesia Sponsori BMWCCI OMR Dan MOMRC di ISSOM 2020

ISSOM 2020

Team Zettagrid Indonesia di Ajang Balapan BMW One Make Race Round 1 ISSOM 2020

Sejak pandemic COVID 19 melanda, berbagai acara balap nyaris gagal karena terkendala oleh izin pemerintah. Salah satunya adalah kejuaraan balap touring Indonesia Sentul Series of Motorsport (ISSOM) 2020. Setelah berkali-kali mengalami revisi jadwal, ISSOM yang seharusnya digelar pada 12 Juli 2020 lalu akhirnya berhasil diadakan pada 29 dan 30 Agustus 2020 di Sirkuit Sentul, Bogor. Dengan ditetapkan sebanyak 6 seri, ajang balapan ini akan diberlangsungkan hingga awal tahun 2021.

ISSOM yang digelar pada tahun ini pun terasa lebih berbeda bagi para pegiat motorsport. Selain karena menerapkan aturan protokol COVID-19, acara balap ini juga tidak menyelenggarakan kelas kejuaraan nasional (kerjurnas). Adapun, beberapa kelas unggulan lainnya nyaris tidak terselenggara akibat banyaknya promotor yang tidak berani menggelar balapan.

Namun demikian, geliat motorsport tetap bergema karena beberapa promotor seperti BMWCCI One Make Race (BMWCCI OMR), Mercedes One Make Race Championship (MOMRC), Indonesia Retro Race, serta beberapa kelas yang dijalankan oleh Sentul ikut memeriahkan kontestasi.  Sehingga, antusiasme peserta sama sekali tidak berkurang.

Zettagrid sebagai layanan cloud infrastructure lokal di Indonesia tidak hanya turut menjadi peserta dalam kompetisi ISSOM 2020. Namun juga, Zettagrid Indonesia turut sponsori BMWCCI OMR dan MOMRC dalam kontestasi tersebut. Berikut beberapa hal tentang kelas balap BMWCCI OMR dan MOMRC di ISSOM pada 30 Agustus 2020 lalu.

  1.     BMWCCI One Make Race
Podium BMW OMR Round One ISSOM 2020

Tim Zettagrid Raih Podium Pertama di BMW One Make Race (OMR) 2020

BMWCCI One Make Race (OMR) merupakan salah satu kelas balapan yang cocok bagi pembalap pemula. Hal ini bisa dilihat dari visi BMWCCI yang bertujuan untuk mewadahi para anggota dengan memiliki minat terhadap motorsport. Untuk itu, Aditya Kurniawan selaku Ketua Pelaksana BMWCCI OMR berharap dapat mencetak bibit baru pembalap tidak hanya di tingkat nasional, melainkan juga pada tingkat internasional.

Pada kompetisi ISSOM 2020 lalu, BMWCCI OMR turut dimeriahkan oleh 9 peserta yang telah bertanding selama 10 putaran. Dari pertandingan tersebut bahkan memunculkan peserta baru, Viktor Herryanto, sebagai peraih podium juara pertama dalam kategori Rookie dan Reza Kertadjaja sebagai juara satu di kategori Advance. Tak hanya itu, selain turut dimeriahkan oleh 9 peserta lain dan didukung oleh Zettagrid Indonesia, BMWCCI OMR juga turut disponsori oleh Eneos dan Michellin.

  1.     Mercedes One Make Race Championship
Tim Zettagrid bersama Official MOMRC ISSOM 2020

Tim Zettagrid bersama Official MOMRC ISSOM 2020

Selain untuk menyalurkan minat terhadap balapan, Mercedes One Make Race Championship (MOMRC) ini juga menjadi tempatnya para pecinta mobil brand Mercedes-Benz. Meski dikhususkan bagi para pengguna Mercedes-Benz, namun ajang yang telah bergulir sejak tahun 2009 ini terus memberi tontonan menarik bagi para pegiat motorsport. 

Beberapa waktu lalu, MOMRC memeriahkan acara ISSOM 2020 dengan menghadirkan 10 peserta. Setelah melakukan 10 putaran, podium juara 1 pun turut diraih oleh Deo Popong. Tak hanya itu, kemeriahan kelas balap MOMRC pun turut disponsori tidak hanya oleh Zettagrid Indonesia, tetapi juga oleh GT Radial.    

Maju terus olahraga Indonesia dan bangga gunakan cloud lokal dengan data center lokasi Indonesia! Untuk informasi lebih lanjut anda dapat menghubungi kami di sini atau email ke sales@zettagrid.id.

 

Cloud Computing-based Application for Startup Operations

Cloud Application Startup

Cloud Computing-based Application for Startup Operations

Cloud Computing-based Application for Startup Operations

Developing a startup, technology is needed to support its various operational systems. However, as a growing company, startups need to choose a technology that is effective but still budget-friendly. One interesting option is cloud computing-based technology, an internet-based data processing system.

As a startup that is often engaged in technology, and they don’t have to focus only on maintaining internet sites, but also on mobile applications. The expansion of startups to mobile applications can shorten and simplify the relationship between companies and customers. Therefore, they need the best components that can facilitate the company’s operational system, such as cloud computing-based application.

Then, why is cloud computing is an efficient component for startups? Through CoLearn Online — a webinar from CoHive entitled “Getting Started to Build Your Apps with Cloud”. In this webinar, also invited Aditya Irawan as Zettagrid Indonesia Cloud Architect, Jefriansyah Hertikawan Co-Founder Pajak.io, and Ceria Mentari, Partnership Associate CoHive as moderator.

Cloud computing-based application is a software program where cloud computing and existing components work side by side. Meanwhile, cloud computing is a computational data processing process that includes CPU, RAM, Network Speeds, software, OS, and storage via the internet network. With cloud computing, companies no longer need high-performance IT support to protect the company’s valuable data. Then, what are the benefits of using cloud computing-based applications for startups?

An effective operating system
According to Aditya, cloud computing components have a very good performance, supported by an adjustable storage size and network speed. Without using the cloud, you will need a lot of separate servers to operate the system. On the other hand, the cloud allows these servers to be consolidated in the same database and makes the system works in a simpler way. In terms of infrastructure, cloud computing doesn’t equip with hardware, thus making it free from hardware refreshment and is more cost-friendly. Also, cloud computing is very flexible as it is accessible remotely.

Let the company focus on anything else besides the system
As a startup business, startups have several phases of business development, one of them is the launch phase. In this phase, startups need to focus their business on the marketing and promotion process. However, as this phase requires high funds, many startups experience losses during the launch period. With cloud computing, startups can save for a rainy day for additional operating costs. Meaning more funds for product development and promotion.

According to Jefriansyah, the main goal of startups during the early phase is to achieve the market fit—a situation when the company managed to introduce its products to the public and bring the added-value to their customers. By using cloud computing-based application, companies can focus on the business and the IT infrastructure as well.

Enable startups to compete better
Cloud computing technology enables startups to compete better. The services offered by cloud computing allows its users to be free from taking care of its maintenance, security, and administration of all their IT solutions. So, companies can focus more on developing their products. However, if the company chooses to use the services of on-premise solutions, the whole process of rejuvenating the equipment is on the company. On-premise solutions itself is a custom-made technology infrastructure by a company for its own use. This means that it requires a higher budget and bigger challenges for the companies.

This insightful webinar regarding the technology side of a startup then invited many questions from the participants. One of them is how to make an application with an economical budget for a new company? On this question, Jefriansyah explains that there is one thing that startups need to pay attention to before making an app, and that is the framework. The framework will determine the capacity plan for the system and how it operates. Hence, startups need to research more before deciding which one is the most suitable for them. Also, Aditya added that to balance the books, the company can adjust the cloud computing service in accordance with their budget.

The advantages of the cloud-computing based application are a very attractive choice for startups. Especially with the benefits that support startups to be able to focus on product development and target achievement. The advantages of cloud computing are unprecedented. Besides being able to reduce operating costs, it can also work very efficiently and help users work more effectively. That is why, using cloud computing-based application can be the right choice for a growing company, such as a startup.

Source: CoHive

Why Cloud Computing is Vital for Firms in Enabling WFH

Why Cloud Computing is Vital for Firms in Enabling WFH

Why Cloud Computing

Why Cloud Computing 

 

Why cloud computing is vital for companies? Cloud is the on-demand availability of computer system resources, data storage, and computing power that is based on the internet. It enables the company to access software on the internet as a service at any time and from anywhere. Due to the work-from-home system that is implemented by the government, many companies have to settle for the new adjustments which require some modifications. Although working remotely may rise many challenges, by using cloud you can have access to your data from anywhere and optimize your business from home.

Many companies spend large amounts of money on developing their software system, but by using the cloud, it takes less time and cost to make it happens. To delve more about cloud computing, CoHive held an insightful discussion through CoLearn Online, titled “Facing Pandemic: Optimizing IT Operations in Uncertain Times.” Inviting Dolly Indra as the General Managers of Zettagrid Indonesia, the dialogue moderated by Indah Rahdiani (Event Management Senior Associate CoHive).

  1. Transparency cost

Investing and establishing software is very expensive. According to Dolly, transparency cost often failed to happen when it comes to technology and information investments, especially on-premise software (software that is installed and run conventionally on a company’s computer in a particular location). However, it does not occur in cloud computing because the costs required are not in the form of license fees, but subscription fees. Besides, the existence of a cloud computing system allows companies to reduce the cost needed for the computer infrastructure

 2. Flexibility

One of the significant benefits of cloud computing is flexibility. This service includes the period of subscription, the size of data storage, and the kind of application needed. It also gives the companies and their employees the mobility to work from any location. The file-sharing features on the cloud also allow them to develop and send the data faster and easier. For this matter, Dolly explained that cloud computing with on-premise software is superior from various sides. One of them is the unnecessary process of device shipment because everything can be done via the internet.

3. Good security system

According to Dolly, before choosing the cloud provider, the customers need to conduct thorough research regarding the security system. This research is essential to do as the customer has the right to make policy requests about the security system. Also, it’s necessary to know that storing the data on the cloud is safer than do it on physical servers. However, by storing the data on the cloud, the customers allowed to delete or move any confidential information remotely.

Moreover, Dolly gave an example from his clients at Zettagrid. Due to WFH, it has become an issue to access some confidential data of the company; however since they use cloud computing, it’s no longer a problem. To tackle this issue, this company then applied one of the services offered by cloud computing, the “disaster recovery protection”. This protection service allows customers to access the information even during an unexpected situation. This service has allowed the company to run their business even during the global pandemic.

Working from home has become a trend, but it has to be supported by the right technology. Therefore, cloud computing is here to become the solution to many companies that are still hanging upon the hardware system. By using the cloud, the deployment of software activation process will be faster, it will be easier to get additional revenue as the investment cost is rather low, and there’s a low level of risk. Furthermore, this is the right time to think ahead and choose the right technology for your company.

Source: CoHive

Tingkatkan Sistem IT Workload Bisnis Anda Dengan Cloud Provider

IT Workload

Tingkatkan Sistem IT Workload Bisnis Anda Dengan Cloud Provider

Sejak terjadinya pandemi COVID-19, berbagai industri dari sektor bisnis kini bertransformasi menjadi lebih digital. Hal ini dilakukan tentunya tidak hanya untuk mengikuti kebijakan social distancing, melainkan juga perilaku konsumen yang saat ini beralih secara daring. Untuk itu, akses internet saja tidak cukup dalam meningkatkan bisnis di masa pandemi ini. Sistem IT canggih lainnya juga diperlukan demi menunjang kebutuhan operasional bisnis, salah satunya adalah sistem cloud provider.

Selain menjadi solusi infrastruktur digital bagi perusahaan, sistem layanan cloud juga dapat membantu meningkatkan efisiensi bisnis dengan mengurangi investasi CAPEX dan OPEX. Tak hanya itu, deployment yang dapat dilakukan dalam beberapa jam saja, menjadikan cloud sebagai pilihan pengusaha untuk meningkatkan sistem IT workload bisnis anda di masa pandemi seperti sekarang.

Dalam talkshow bertajuk “Zettagrid e-CloudTalk vol. 04: Elevate Your IT Business Growth with Zettagrid” pada 26 Agustus 2020, Yohannes Saputra selaku IT Project and Development di Chemstation Asia (CSA), membagikan pengalaman perusahaannya saat menggunakan teknologi cloud infrastructure. Setelah melakukan beragam inovasi teknologi, CSA kini mempercayai sistem layanan cloud data center dari Zettagrid Indonesia untuk menopang sistem IT workload perusahaan.

Keputusan perusahaan tersebut pastinya terjadi bukan tanpa alasan. Mengingat sistem cabang perusahaan di 7 negara lainnya memiliki waktu yang berbeda, CSA membutuhkan sistem server yang dapat terus aktif demi meningkatkan operasional bisnisnya. Sehingga, sistem cloud dipercaya dapat menjadi solusi IT perusahaan tersebut.

Human error yang dapat terjadi sewaktu-waktu pun menjadi alasan berikutnya. Demi meminimalisir terjadinya risiko dari bencana, perusahaan yang bergerak di bidang distribusi kimia ini melihat perlunya sistem backup plan. Sehingga, jika terjadi gangguan seperti human error, sistem backup plan cloud dapat diaktifkan secara real time dan tidak mengganggu operasional lainnya.

Namun, mencari solusi operasional IT tidaklah cukup bagi bisnis yang sedang dijalankan. Bencana alam maupun serangan hacker tentunya dapat menimpa sistem IT workloads bisnis anda. Terutama bagi on-premise yang tidak memiliki standard data center seperti cloud provider.

Menurut Stephen Tukimin selaku VCPP Senior Solution Engineer di VMware, sistem layanan cloud tentunya memiliki standar yang dapat menjaga service level agreements (SLA). Standar tersebut bisa dilihat dari sisi infrastruktur, konektivitas jaringan, hingga keadaan daruratnya. Sehingga, kebijakan SLA yang jelas dapat menjadi jaminan bagi pengguna terkait keamanan data yang tersimpan pada sistem.

Jika anda ingin menyimak apa kata para pakar mengenai Cloud computing di Zettagrid e-CloudTalk Vol.04, anda dapat menyimak tayangannya di channel Youtube kami disini

Jika anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Zettagrid, anda dapat menghubungi kami di sini atau email ke sales@zettagrid.id untuk memudahkan pengalaman cloud bagi bisnis anda.

 

Writer: Gita Gisela

5 Penyebab Utama Kegagalan Start-up

Kegagalan Start Up

5 Penyebab Utama Kegagalan Start-up

Kemajuan teknologi digital telah mendorong munculnya berbagai bisnis rintisan atau biasa disebut dengan startup. Menurut data dari Bappenas dan Bekraf, Indonesia memiliki 992 startup sejak 2018 lalu. Hal ini terjadi tentu bukan tanpa alasan, melainkan karena teknologi digital yang telah mendukung tatanan bisnis sampai saat ini. Namun, tahukah Anda? Mendirikan startup tidak cukup membawa kesuksesan. Beberapa hal juga perlu diperhatikan demi meraih keberhasilan  usaha yang sedang dirintis. Salah satunya ialah penyebab startup gagal.

Berbeda dengan kesuksesan, gagalnya startup bisa dikatakan sebagai topik yang jarang diperbincangkan. Jika kesuksesan startup dapat mendominasi kabar terkini, maka kegagalan start-up akan lebih mudah tenggelam. Padahal, sebenarnya kegagalan tersebut bisa menjadi dasar bagi para pengusaha untuk menghindari jatuhnya bisnis.

CB Insights telah menganalisa berbagai kegagalan berdasarkan pernyataan post-mortem startup yang gulung tikar. Dalam laporannya, beberapa alasan sering ditemui oleh para analis ketika fenomena berulang terjadi. Berikut 5 Penyebab Utama Kegagalan Start-up berdasarkan laporan CB Insights:

  1.     Masalah Harga

Mematok harga yang tepat untuk sebuah produk menjadi hal yang paling penting dilakukan oleh startup. Namun, hal ini juga tidak bisa dilakukan dengan mudah mengingat sebanyak 18% startup masih gagal dalam menentukan harga. 

Salah satu penyebab startup gagal ini bisa diakibatkan oleh dua hal. Pertama, harga tinggi membuat pelanggan yang tertarik dengan startup lebih sedikit. Kedua, harga rendah yang diberikan kepada pelanggan tidak akan cukup menutup biaya operasional startup. Sehingga, keduanya akan menyebabkan kerugian jika tidak diatasi dengan cepat. 

  1.     Sulit berkompetisi

Meski usaha Anda memiliki produk dan inovasi untuk audiens, kompetitor akan datang dari manapun dengan produk, layanan, dan harga yang tak kalah menarik. Untuk itu, kesuksesan startup juga bergantung kepada bagaimana tim mampu menganalisa kompetitor lainnya. Namun pada kenyataannya, sebanyak 19% startup masih ditemukan gagal karena mengabaikan kompetitor. Terutama di pasar yang penuh persaingan, startup akan mudah kalah bersaing dari startup lain yang memiliki dana lebih besar.

  1.     Tidak Menyusun tim yang tepat

Permasalahan yang juga sering ditemukan dalam kegagalan startup ialah ditemukannya tim yang tidak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan perusahaan. Menurut data CB Insights, 23% startup mengalami kesulitan dalam mempertahankan bisnisnya akibat tim yang tidak tepat. Salah satu contoh yang dapat ditemukan adalah kasus Zirtual. 

Setelah memberhentikan paksa 400 karyawannya dalam semalam, Zirtual menyadari bahwa kegagalan usahanya bukan hanya disebabkan kesalahan keuangan. Startup tersebut mengakui bahwa memperkerjakan orang yang tidak memiliki pengalaman mumpuni pun dapat berakibat fatal terhadap perhitungan keuangan usahanya. 

  1.     Kehabisan dana 

Sebanyak 29% kasus startup gagal disebabkan habisnya dana yang dikelola. Ini bisa terjadi akibat tata kelola uang yang buruk maupun strategi bakar uang yang membahayakan perusahaan. 

Untuk itu, pastikan dana maupun investasi yang dimiliki dapat dialokasikan dengan baik. Hal ini penting untuk diperhatikan mengingat manajemen keuangan juga akan menentukan keberhasilan startup. Selain itu, melakukan investasi teknologi yang efisien demi menunjang operasional juga perlu dilakukan. Sehingga, dana yang keluar dapat diminimalisir dan tidak menghasilkan kegagalan. 

Salah satu solusi untuk meminimalisir dana yang dikeluarkan adalah menggunakan teknologi cloud computing. Misalnya dengan menggunakan Cloud Infrastructure, anda tidak perlu lagi memikirkan biaya investasi awal dan operasional yang sangat besar karena hal tersebut sudah di lakukan oleh clud provider, salah satunya cloud provider di Indonesia yaitu, Zettagrid.

  1.     Tidak ada kebutuhan pasar

Jika Anda berniat untuk membuka usaha, pastikan bisnis yang dijalankan mampu menemui kebutuhan target pasar. Hal ini dikarenakan kebutuhan target pasar akan mendukung keberlangsungan bisnis dalam jangka Panjang.

CB Insights mengemukakan bahwa setidaknya terdapat 42% kasus startup gagal disebabkan oleh tidak adanya kebutuhan pasar. Meskipun didukung dengan reputasi startup yang baik, data konsumsi audiens, keahlian kerja yang baik, hingga advisors yang mumpuni, usaha yang dijalankan belum tentu dapat memecahkan masalah pasar. Sehingga, hal paling penting yang dapat mempertahankan bisnis startup ialah produk yang tepat, teknologi, maupun model bisnis sesuai kebutuhan audiens.

 Zettagrid Indonesia berkomitmen untuk membantu Anda membangun bisnis di era transformasi digital melalui layanan cloud computing. Tidak hanya menyederhanakan pengalaman cloud Anda, Zettagrid Indonesia juga membantu mengurangi biaya IT perusahaan untuk menghindari bill shock. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, Anda dapat meghubungi kami di sini atau melalui email kami di sales@zettagrid.id