Posts

The Importance of Low RTO and RPO in DRaaS

RTO and RPOThe Importance of Low RTO and RPO in Disaster Recovery as a Service (DRaaS)

 

If you have read our article about RTO and RPO, you might have known by now why it is important to have a minimum RTO and/or RPO. But if you don’t, here’s a recap on RTO and RPO:

RTO is defined as the time duration and service level within which a business process must be restored after a disruptive event to avoid a catastrophic failure of the business. Meanwhile, RPO is defined as the time interval that might pass during a disruption before the quantity of data lost exceeds the maximum allowable tolerance or threshold.

With that in mind, you can see that RTO and RPO will vary between business organizations. Each business has their own requirement that will dictate their RTO/RPO numbers. But here we would like to discuss why it is important to achieve low RTO/RPO. Not only that, In an online workshop “Zettagrid eCloudTalk vol. 05: Exclusive Disaster Recovery Q&A on Zettagrid”, Wayne Heath as a Pre-Sales Architect of Zettagrid Australia explained that low RPO and RTO is very much achievable and affordable for business anywhere with DRaaS offering from Zettagrid.

So let us begin with the importance of low RTO/RPO for business:

  1. Minimal to almost 0 data loss 

As you might’ve expected, low RPO means fewer data loss. So if your business relies heavily on data, you will want to go for the lowest RPO possible. That being said, sometimes it is not always feasible to aim for zero data loss, budget limiting. But with the advent of DRaaS (Disaster Recovery as a Service), that is now possible. So when shopping for a DRaaS solution, try to find a service that has the lowest RPO possible.

  1. Avoid loss to revenue 

So with data loss being taken care of with low RPO, now you must aim to restore your system as soon as possible. Every minute that goes by while your business is down waiting for the IT system to recover is a loss in revenue. That means low RTO equals less revenue loss. Getting a system, software, hardware, and restoring all those components will take days. Back in the old days, the only thing to achieve low RTO is to have a backup data center running somewhere, getting ready to take over when the primary data center is down. The cost of that can be exorbitant. However, by using a DRaaS solution with low RTO, the recovery will take significantly less time than it spends on the recovery data center with the fraction cost of having a backup data center. Therefore, enterprises can get a lower cost and minimize financial loss from downtime.

  1. Minimize interruption of critical processes and safeguard business operations

Each company definitely has critical processes that are always active and vital for business continuity. Although the disaster occurs, businesses still have to maintain the process. Therefore, DRaaS with low RTO is needed to preserve the process and minimize the interruptions when disaster happens. Hence, business operations can still run even in emergency time.

  1. Preserve business reputation

Customer trust is the number one aspect in running a business. Even with the disaster strikes, that trust has to be maintained at all costs. That’s why aiming for low RTO is important. Low RTO means there is minimum or no perceivable disruption of business operation to your customer. So trust can be maintained and the business can avoid a bad reputation.

If you want to find out more about this session you can watch the online talk show again on our Youtube account here. And if you are interested in our Disaster Recovery as a Service solution to support your business continuity, you can contact us at sales@zettagrid.id or click here. SecondSite Service by Zettagrid can help your business achieve the lowest RTO and RPO in the industry without breaking the bank.

6 Hambatan Bisnis Saat Bekerja Secara Remote

bekerja secara remote6 Hambatan Bisnis Saat Bekerja Secara Remote

 

Munculnya pandemi COVID-19 telah menjadi situasi yang tidak pasti bagi sektor bisnis di kala ini. Bagaimana tidak? Dengan terjadinya lonjakan kasus yang telah mencapai 488.310 korban positif, upaya pun tentunya diperlukan untuk mengurangi angka penyebaran tersebut. Termasuk salah satunya adalah dengan memberlakukan sistem kerja remote. Memang, hal ini bisa menjadi opsi agar pengusaha bisa tetap menjalankanbisnisnya. Namun, jika bisnis tidak memiliki manajemen kerja yang baik, bekerja secara remote pun akan dirasa sulit oleh para pengusaha dan karyawannya.

Dikatakan Bayu Tjandra selaku Business Development dari Supersoft di acara webinar “Zettagrid e-TechDay Vol.05: Digitalize & Secure Your Finance Solutions”, bisnis yang bekerja secara remote memiliki kemungkinan untuk menghadapi hambatan tertentu. Hambatan tersebut bahkan bisa pula dilihat dari studi yang dilakukan oleh Aberdeen. Diantaranya ialah:

  1. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dan berkolaborasi

Dengan adanya pandemi dan penerapan sistem kerja secara remote, 23% bisnis mengalami hambatan dalam berkomunikasi dan berkolaborasi dengan rekan lain maupun pelanggan. Biasanya, hambatan ini ditemukan di beberapa lini bisnis, seperti layanan ketenagakerjaan, konsultansi, hingga layanan konsumen yang minim akan kemampuan digital.

  1. Pekerjaan terganggu

Sebanyak 21% karyawan yang bekerja dari rumah (WFH), memiliki hambatan yang dapat mengganggu pekerjaannya. Hambatan ini biasanya datang dari diskusi keluarga hingga mengurus hewan peliharaan. Akibatnya, fokus pekerjaan pun terganggu dan karyawan tidak bisa bekerja secara maksimal.

  1. Masalah teknis

Saat bekerja secara remote, masalah teknis bisa menjadi tantangan yang dihadapi oleh karyawan. Pasalnya, sebanyak 18% karyawan memiliki masalah dalam mengakses data, keamanan, hingga manajemen jaringan saat bekerja secara remote. Bahkan, saat data bisa diakses pun performa sistem dan aplikasi mengalami gangguan. Sehingga tak sedikit karyawan yang terhambat pekerjaannya karena hal ini.

  1. Kurangnya perangkat kerja

Saat bekerja secara remote karyawan tentunya tidak bisa menggunakan berbagai perangkat yang biasa disediakan oleh kantor. Meski mereka memiliki perangkat pribadi, namun kapabilitasnya tidak sebanding dengan yang dimiliki oleh kantor. Hal ini pun akhirnya menghambat kinerja karyawan dengan persentase sebesar 14%.

  1. Terhalangnya proses bisnis dan arus kerja

Sampai saat ini, masih banyak bisnis yang menerapkan sistem kerja secara manual. Misalnya, seperti bisnis yang masih mengandalkan proses kerja dengan dokumentasi fisik dan arsip. Dengan adanya proses dan alur kerja ini, bisnis tentunya mengalami kesulitan ketika dihadapkan dengan situasi pandemi. Bahkan, Aberdeen menyatakan 12% proses bisnis dan arus kerja harus terhambat karena sistem kerja manual. Sangat merepotkan bukan?

Selain itu, sistem dokumentasi fisik dan arsip pun memiliki peluang untuk rusak dan hilang karena bencana. Pengusaha tentunya bukan lagi kesulitan ketika hal itu terjadi, tetapi bisnis juga bisa jatuh akibat hilangnya dokumentasi tersebut. Dari pada membiarkan itu terjadi, pengusaha bisa menggunakan penyimpanan data di cloud untuk melindungi data bisnis dari kerusakan. Dengan menggunakan cloud, pengusaha tidak hanya dapat bekerja secara remote, tetapi juga dapat membantu mengurangi penggunaan kertas maupun dokumen.

  1. Kesulitan mengakses data

Menurut studi Aberdeen, 10% bisnis mengalami kesulitan untuk mengakses data dan sistem bisnisnya saat bekerja secara remote. Hal ini dapat terjadi ketika bisnis memiliki kemampuan teknologi yang minim. Akibatnya, kinerja karyawan tidak dapat berjalan secara maksimal dan proses bisnis pun terhambat.

Anda pastinya tidak ingin hal tersebut terjadi kepada bisnis bukan? 

Untuk itu, upaya pun diperlukan demi mencegah hambatan yang mampu menyerang bisnis. Salah satu solusi akses data yang bisa diandalkan saat bekerja remote adalah dengan memanfaatkan penyedia layanan Cloud Computing. Dengan penyedia tersebut, Anda dapat dengan mudah menyimpan dan mengakses data di manapun dan kapanpun. Minimnya kemampuan teknologi bisnis pun tak perlu lagi dikhawatirkan, karena penyedia layanan siap membantu bisnis dalam mengakses data dengan mudah. 

Zettagrid Indonesia merupakan penyedia layanan cloud Infrastructure as a Service (IaaS) berupa Backup as a Service (BaaS), Disaster Recovery as a Service (DRaaS), Virtual Data Center (VDC), dan Virtual Server. Jika Anda memiliki pertanyaan terkait solusi cloud, Anda bisa menghubungi kami di sini atau ke tim kami di sales@zettagrid.id.

Jika anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai sesi ini anda bisa menyaksikan tayangannya kembali pada akun Youtube kami disini. Dan jika anda tertarik dengan solusi Cloud yang Zettagrid miliki, anda dapat menghubungi kami di sales@zettagrid.id atau klik disini.

End Of Season Special Offer

end of season offer

End Of Season Special Offer

Zettagrid Indonesia bagi-bagi cashback akhir tahun voucher belanja hingga 10 Juta Rupiah! Bagaimana caranya?

Setiap pembelian baru produk apa saja di Zettagrid anda berhak mendapatkan voucher shopping hingga 10jt + get Free limited gift exclusive Zettagrid. Berikut ketentuannya:

Minimum subscribe 1 year, IDR 50 jt per month get voucher IDR 10 jt
Minimum subscribe 1 year, IDR 20jt per month get voucher IDR 3 jt
Minimum subscribe 1 year, IDR 10jt per month get voucher IDR 1 jt

Buruan order! Tutup akhir tahun anda dengan membawa voucher belanja hingga puluhan juta rupiah. Promo ini berlaku hingga 31 Deesember 2020. Hubungi kami di sales@zettagrid.id untuk informasi selengkapnya.

Exclusive Disaster Recovery Q&A on Zettagrid

Disaster RecoveryExclusive Disaster Recovery Q&A on Zettagrid

 

What if you suddenly lost your critical data? Are you prepared for the recovery solutions? Service-interrupting events can happen at any time. Your network could have an outage, your latest file-save backup might have failed, or—in rare cases—you might even have to contend with a natural disaster or even caused by human error.

Join us and ask exclusively live from Sydney Australia and Indonesia on “Zettagrid e-CloudTalk Vol.05: Exclusive Disaster Recovery Q&A on Zettagrid”. Get an insight about DR solution on Zettagrid with the fastest technology that could reach RPO below 15 mins with following speakers: Wayne Heath as Presales Architect Zettagrid Australia, Donny Christiaan as IT Hardware & Infrastructure Manager Polygon Bikes, also Jimmi Nababan as IT Country Manager Columbia Asia Hospitals.

Event Details:
Date: Thursday, 26 November 2020
Time: 10.00 – 12.00 WIB (JKT Time)
Moderator: Novia Kurniasih (Customer Success Manager Indonesia)

Live online from Zoom
Link to register: https://tinyurl.com/eCloudTalk05

Register now and get a chance to win MAP Shopping Voucher also Exclusive Merchandise from Zettagrid at the end of the event!

4 Strategies To Backup Business Data

Backup Business Data4 Strategies To Backup Business Data

 

Data loss can be a serious problem for businesses of all sizes. By losing files and all critical data, means the business will lose time and money to restore it. This will not only bother enterprises to run the business well but it will also experience difficulties in continuing its innovation. 

Therefore, a solution is needed to protect all critical data from its loss. Cloud backup can be a good choice for enterprises to prevent data loss. By using Cloud Backup, enterprises not only replicate their data when a disaster occurs but also business continuity can be saved from all the risks. 

However, simply using Cloud Backup without any consideration is not enough. You need to consider IT business needs before deciding to use a cloud backup service to protect your data. In this article, we compiled 4 strategies for you to backup business data in the cloud. 

1. Data Recovery Needs

Cloud Backup can be a solution to protect and backup business data from its loss. However, before deciding to use cloud backup, it will be better if you consider what data you want to backup. If you want to protect all data in an IT environment system, you can use a comprehensive Cloud Backup. But, if you only want to protect services such as databases on Microsoft Exchange, you can only use Cloud Backup for specific mailboxes.

2. Understand that hypervisor data backup will not be sufficient

Virtualization may offer a variety of capabilities, including the ability to perform backups at the hypervisor level of a virtual machine (VM). However, this type of backup is just restoring your recovery to the VM level. Therefore, backup service in a VM operating system is needed rather than just on a virtualization host. This aims to get the organization for the best recovery option.

3. Use local protection systems as the first line of defense

Public cloud services may offer you unlimited servers and storage resources. However, while the public cloud is a critical step for securing business data, you should also consider backups on a local system. By using local resources to connect to systems and data enable it to produce the best performance as well.

4. Use cloud backup as a second choice

Cloud Backup storage can be a second attempt for organizations to back up business data when a disaster strikes. By using this technology, you can prioritize servers and data that require offsite disaster recovery protection. So, when an IT system experiences a natural disaster or human error, the data loss can be replaced by data that has been replicated in Cloud Backup. Therefore, it will not disrupt business continuity.

Zettagrid Indonesia is an Indonesian cloud service provider that offers Infrastructure as a Service (IaaS) solutions such as Backup as a Service (BaaS), Virtual Server, Virtual Datacenter, and Disaster Recovery as a Service (DRaaS). Zettagrid Indonesia is also VMware’s Cloud Verified Partner and has data center locations in Jakarta and Cibitung. We are committed to being closer to you and ready to help you 24/7.

If you have any further questions about the cloud, you can contact us here or through our team at sales@zettagrid.id.

 

Tips Meningkatkan Keamanan Data Cloud

Meningkatkan Keamanan Data

Tips Meningkatkan Keamanan Data Cloud 

 

Saat mengembangkan bisnis, anda pastinya membutuhkan teknologi yang dapat membantu menciptakan inovasi terbaru bagi pelanggan. Cloud bisa menjadi salah satu solusi untuk menjawab kebutuhan tersebut. Dengan cloud, pengusaha dapat meningkatkan infrastruktur IT secara lebih optimal. Tak hanya itu, cloud juga dapat mengubah investasi anda dari biaya CapEX yang amat besar menjadi OpEx, sehingga anda dapat menghemat biaya investasi infrastruktur IT anda.

Namun, tahukah anda? Meski cloud telah memberikan berbagai kemudahan, bukan berarti data yang tersimpan di dalamnya dapat terjamin dengan aman. Menurut penelitian yang dilakukan oleh 1000 IT di Skotlandia, hampir 60% di antaranya masih belum mempercayai sistem penyimpanan berbasis cloud. Keyakinan ini muncul ketika melihat sistem cloud yang masih terbilang rentan dari serangan hacker

Untuk itu, penyimpanan data di cloud secara cuma-cuma saja tidak akan cukup untuk menjaga data tetap aman. Namun, anda tidak perlu khawatir sebab tips berikut bisa menjadi preferensi anda dalam meningkatkan keamanan data cloud. Simak selengkapnya di bawah ini:

  1. Pastikan data telah terenkripsi ketika disimpan di cloud

Tahukah anda? Ketika pelanggan mengadopsi cloud, kebanyakan cloud service provider tidak meng-enkripsi data pelanggan saat memigrasikan datanya di cloud. Untuk itu, anda perlu memperhatikan bahwa data yang akan disimpan di cloud tidak memuat informasi sensitif dan konfidensial, seperti rekam medis, data keuangan, hingga data rahasia perusahaan demi mencegah terjadinya kebocoran data. 

  1. Enkripsi data secara mandiri

Ketika anda memutuskan untuk memigrasikan data ke cloud, ada baiknya anda tidak hanya mengandalkan layanan enkripsi data dari cloud service provider. Enkripsi data secara mandiri juga perlu dilakukan agar menjaga data tetap aman di cloud. Sehingga, ketika pihak luar mencoba mendownload data bisnis anda, data telah terenkripsi dan tidak mudah diakses. Informasi penting pun tidak akan dengan mudah bocor ke kompetitor.     

  1. Ketahui cara mengoperasikan cloud

Beberapa perusahaan layanan cloud memiliki fasilitas dalam membagikan folder secara online. Anda perlu mengetahui secara detail bagaimana cara mengoperasikan fitur tersebut. Dengan demikian, anda dapat mengetahui siapa yang terakhir mengakses, mengubah, menghapus, menambah, dan membuat perubahan data di cloud.

  1. Pastikan penyedia layanan telah memiliki sertifikasi keamanan 

Ketika akan memigrasikan data ke cloud, ada baiknya bagi anda untuk memastikan apakah penyedia layanan memiliki sertifikasi keamanan seperti ISO 27001 dan Service Level Agreement (SLA). Sebab dengan dua kebijakan tersebut, anda dapat mengetahui jika penyedia layanan dapat menjamin keamanan data pelanggan dan bisnis. Sehingga, jika terjadi kebocoran data dari penyedia layanan, anda bisa melaporkannya ke pihak berwajib dan memprosesnya ke jalur hukum. 

  1. Strategi Backup data

Saat menyimpan data bisnis di cloud, pastinya anda menginginkan jaminan keamanan terbaik untuk menjaga data cloud tetap aman. Untuk itu, anda bisa menggunakan strategi backup data demi mencegah terjadinya kerusakan dan kehilangan data. Dengan strategi Backup, data-data bisnis akan direplikasi sesuai dengan data utama. Sehingga, ketika sewaktu-waktu data utama hilang, anda masih dapat mengembalikan data secara penuh.

Zettagrid Indonesia menyediakan layanan cloud computing berupa Backup as a Service (BaaS), untuk memudahkan anda dalam melakukan pencadangan. Zettagrid Indonesia juga merupakan Cloud Verified Partner dari VMware dan memiliki lokasi data center di Jakarta dan Cibitung. Kami berkomitmen untuk lebih dekat dan siap sedia membantu Anda selama 24/7. 

Jika anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai cloud, anda bisa menghubungi kami di sini atau melalui tim kami di sales@zettagrid.id.

5 Warehousing Issues You Need To Avoid

Warehousing Issues

5 Warehousing Issues You Need To Avoid

 

The development of digital technology has given some ease to various aspects of life. Ranging  from lifestyle, needs, even business, people now can feel the benefits of them digitally. Not only that, the digital era also created efforts that can bring innovation in various industries. One of them is by utilizing cloud computing.

Today, cloud utilization has evolved from a simple usage concept to become a technology solution in various industries. This can happen because of the flexibility, scalability and accessibility of it that give ease for an enterprise. That’s why it is not a surprise if cloud now has become a business strategy for many enterprises. Especially for enterprises that depend on their business in the warehousing field.

With a cloud-based Warehouse Management System (WMS), enterprise can avoid various warehousing issues. This was also stated by Antony Wijaya, as a Business Development at Largo, when he was a speaker at the online workshop “Zettagrid e-Techday vol. 04: Run a Cloud-based Warehouse Management System Like a Pro” on October 20, 2020. Antony explained that there are at least 5 warehousing issues that can be prevented when using a cloud-based WMS. There are: 

  1. False Distribution

When storing one type of item in large quantities at a warehouse, many enterprises certainly don’t know which item is the new one or the expired one. This will become a problem if the goods with a near expiration date are left for a long time in the warehouse. Meanwhile, goods with a long expiration time are taken out first.

That’s why, a cloud-based WMS is needed to avoid these warehousing issues. So, the goods that need to be distributed will not affect business continuity.

  1. The number of goods available cannot be expected

Sometimes, enterprises don’t know the exact amount of goods that are available in the warehouse. Although it is natural, this kind of warehousing management will be a problem if it continues. Not only that, it will also affect sales for not gaining the best results for the company. Therefore, enterprises can use a cloud-based WMS to find out the quantity of goods, so enterprises will prevent these warehousing issues and still be able to reach sales targets exactly.

  1. Items are lost and found

When storing large quantities of goods in the warehouse, usually enterprises will experience sudden loss of goods. It should be noted that the loss of an item that occurs is not caused by theft, considering that the item can be found again in an unexpected time. This is a common problem when enterprise doesn’t use cloud-based WMS. So it is not surprising that warehousing management is not neatly organized and structured. 

  1. Calculate the availability of goods manually

Today, many enterprises still use the stock opname method for counting goods. Stock opname is a form of activity to calculate the stock of goods in the warehouse before they are sold. This activity is generally wasting time, because you will manually check and calculate the items in the warehouse. 

However, with a cloud-based WMS, enterprises no longer need to do that. Only by scanning a barcode , the counting process can be done quickly and efficiently. Beside that, errors in administrative and counting goods can be minimized. 

  1. Efficiency

When enterprises manage a warehouse manually, the workforce that needs to monitor goods distribution activities definitely not a few. This will be very inefficient for the company. Thus, a cloud-based WMS is needed in this case in order to save existing resources and minimize manual warehouse operations.   

If you want to find out more about this session you can watch the online talk show again on our Youtube account here. And if you are interested in cloud solutions to support your business continuity, you can contact us at sales@zettagrid.id or click here.

Tips Mengelola Pertumbuhan Data Perusahaan

Tips Mengelola Pertumbuhan Data

Tips Mengelola Pertumbuhan Data Perusahaan

 

Pesatnya perkembangan teknologi membawa berbagai dampak bagi berbagai kehidupan manusia, tak terkecuali dalam sektor bisnis.Namun, tahukah Anda? Pesatnya perkembangan teknologi juga dapat memicu ledakan penggunaan data bagi berbagai organisasi.

Diliput dari Whatsthebigdata.com IDC sebagai lembaga riset terkenal di dunia,  memprediksikan pertumbuhan jumlah data padatahun 2025 dapat mencapai 180 zettabyte (ZB). Dengan pertumbuhan jumlah data tersebut, pelaku usaha harus memiliki solusi yang tepat agar data yang dimiliki dapat dikelola dengan aman dan tepat. Yuk simak beberapa tips mengelola data bisnis anda dengan tepat dan aman berikut ini

  1. Menyimpan Data di Hard Drive atau NAS

File storage merupakan metode penyimpanan hirarki data yang menggunakan hard drive komputer atau perangkat network-attached storage (NAS). Pada metode ini, penyimpanan file diatur dalam folder di bawah hirarki direktori dan subdirektori. Sehingga, jika Anda perlu menemukan sebuah file, Anda harus melakukan pencarian melalui direktori hingga ke file yang dituju.

Pada dasarnya, hirarki file storage memiliki fungsi yang dapat mengatur file dengan lebih baik dan terstruktur. Namun, seiring bertambahnya jumlah file, proses pengambilan file bisa menjadi rumit dan memakan waktu. Tak hanya itu, skalabilitas data juga membutuhkan penambahan perangkat lainnya yang memiliki kapasitas lebih tinggi. Sehingga, Anda perlu biaya lebih untuk penggunaan file storage.

  1. Membagi Data dengan Block Storage

Menggunakan block storage bisa menjadi salah satu pilihan Anda jika organisasi memiliki beban kerja yang besar. Block storage menawarkan efisiensi penyimpanan yang lebih cepat dari pada file storage. Pada teknologi satu ini, file akan terpecah menjadi blok data yang berukuran sama dan tersimpan di bawah berbagai format seperti FAT32, NTFS, EXT3, maupun EXT4. Sehingga memudahkan pengguna untuk mencari data yang dibutuhkan.

Jika Anda berniat menggunakan block storage, Anda perlu tahu jika teknologi satu ini dapat benar-benar bekerja ketika block digabungkan dengan block lainnya melalui suatu aplikasi. Hal ini terjadi karena tingkat kontrol terperinci ke aplikasi memberikan kinerja terbaik dari deret penyimpanan yang diberikan. Sehingga, sangat cocok untuk menyimpan aplikasi kinerja yang terpusat dan database transaksional.

  1. Menggunakan Object Storage

Jika Anda ingin memecahkan masalah pertumbuhan data bisnis, maka Anda memerlukan sistem penyimpanan yang tumbuh dengan kecepatan yang sama. Untuk itu, Anda bisa menggunakan object storage sebagai solusi organisasi yang dapat menyimpan data bisnis hingga melampaui beberapa petabyte.

Pada umumnya, object storage lebih efisien ketimbang menggunakan block storage. Hal ini dikarenakan sistem aksesnya yang relatif lebih cepat dibandingkan block storage. Tak hanya itu, object storage dapat menyimpan berbagai data yang tidak sering digunakan seperti konten website statis, backup data, dan multimedia. Teknologi satu ini juga bisa tetap melindungi data apabila terjadi node yang gagal, karena metodenya yang menggunakan sistem cluster. Sehingga, Anda tidak perlu lagi khawatir akan hardware failure dan badsector, sebab object storage didesain dan didistribusikan untuk ketersediaan yang tinggi.

Jadi, apakah Anda telah memiliki solusi yang tepat untuk mengelola pertumbuhan data perusahaan atau organisasi anda? PT. Arupa Cloud Nusantara sebagai induk dari pemegang brand Zettagrid di Indonesia akan meluncurkan Arupa Object Storage. Arupa Object Storage adalah solusi penyimpanan data anda dalam jumlah besar dengan harga terjangkau. Jika anda tertarik, anda dapat mengubungi kami di sini atau e-mail kami di sales@zettagrid.id.

Perhatikan 3 Faktor Keamanan Data Sebelum Memilih Cloud Provider

Faktor Keamanan Data

Perhatikan 3 Faktor Keamanan Data Sebelum Memilih Cloud Provider

 

Di era teknologi ini, banyak pengusaha telah menyadari pentingnya penggunaan Cloud Computing bagi kebutuhan bisnisnya. Seperti yang telah Anda ketahui, cloud telah menawarkan kemudahan kepada penggunanya untuk mengakses dokumen dari mana saja dan kapan saja. Tak hanya itu, teknologi satu ini juga semakin populer karena mampu menyimpan data dalam kapasitas besar. Sehingga, tak diragukan lagi jika cloud telah memberikan layanan yang efisien kepada penggunanya.

Meskipun cloud telah memberikan kemudahan dalam pemanfaatannya, teknologi satu ini nyatanya tak bisa terlepas dari ancaman siber. Berbagai studi dan riset menyatakan salah satu pemanfaatan cloud yang masih menjadi perhatian utama adalah keamanan cloud itu sendiri. Belum lagi, saat sebuah bisnis memilih untuk memanfaatkan layanan Cloud Computing, pengusaha pastinya akan memberikan sebuah kepercayaan akan jaminan privasi dan keamanan data kepada cloud provider.

Untuk itu, sebelum menentukan cloud provider yang tepat, penting bagi pengguna untuk mengetahui sistem dan kebijakan keamanan yang diberikan oleh penyedia. Berikut 3 Faktor Keamanan Data Sebelum Memilih Cloud Provider

  1. Pahami skema lingkungan cloud yang disediakan Cloud Provider

Ketika bisnis Anda telah menentukan cloud provider, Anda pastinya telah mempercayakan pusat data penyedia sebagai tempat penyimpanan data bisnis. Untuk itu, sangat penting dalam memastikan layanan dan kebijakan keamanan yang diterapkan oleh penyedia. Hal ini perlu dilakukan mengingat serangan siber yang kian berkembang. Sehingga, Anda perlu memahami betul tanggung jawab yang dapat diberikan oleh penyedia layanan cloud.

  1. Pastikan penyedia memberikan kebutuhan pengguna dengan baik

Dalam berlangganan layanan cloud, penyedia layanan biasanya memberikan penawaran terkait kinerja yang sesuai dengan kebutuhan sistem bisnis. Misalnya, jika Anda ingin berlangganan Cloud untuk basis data pelanggan, maka penyedia layanan akan memberikan server khusus untuk hal tersebut. Begitu pula jika Anda ingin mengoptimalkan kinerja sistem bisnis hingga Backup, penyedia layanan pun akan memberikan penawaran yang sesuai.

Untuk itu, Anda perlu tahu kebutuhan server bisnis. Sehingga, penyedia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan bisnis Anda, tetapi juga memberikan lapisan perlindungan tambahan.

  1. Tentukan penyedia layanan yang memiliki sertifikasi keamanan

 

Sebelum memigrasikan data Anda ke cloud, ada baiknya bagi Anda untuk menentukan penyedia layanan yang memiliki sertifikasi keamanan terpercaya. Banyak cloud provider sudah memiliki ISO 27001 dan memiliki SLA untuk menjamin kerahasiaan data Anda. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya kebocoran data. Selain itu, apabila penyedia layanan cloud melanggar sertifikasi keamanan tersebut dengan membocorkan data pelanggan, izin layanan penyedia tersebut akan dicabut dan diproses secara hukum.

 

Zettagrid Indonesia merupakan salah satu penyedia layanan cloud computing untuk solusi perusahaan anda di saat menghadapi situasi pandemi yang tidak menentu ini. Layanan cloud Zettagrid telah bersertifikasi ISO/IEC 27001:2013 terkait keamanan informasi untuk ketentuan hosting, jaringan, dan layanan suara sesuai pernyataan penerapan v1. Sehingga, data pelanggan dapat terjaga dengan baik dan aman.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai produk kami, anda dapat menghubungi kami di sini atau melalui tim kami di sales@zettagrid.id.