5 Warehousing Issues You Need To Avoid

Warehousing Issues

5 Warehousing Issues You Need To Avoid

 

The development of digital technology has given some ease to various aspects of life. Ranging  from lifestyle, needs, even business, people now can feel the benefits of them digitally. Not only that, the digital era also created efforts that can bring innovation in various industries. One of them is by utilizing cloud computing.

Today, cloud utilization has evolved from a simple usage concept to become a technology solution in various industries. This can happen because of the flexibility, scalability and accessibility of it that give ease for an enterprise. That’s why it is not a surprise if cloud now has become a business strategy for many enterprises. Especially for enterprises that depend on their business in the warehousing field.

With a cloud-based Warehouse Management System (WMS), enterprise can avoid various warehousing issues. This was also stated by Antony Wijaya, as a Business Development at Largo, when he was a speaker at the online workshop “Zettagrid e-Techday vol. 04: Run a Cloud-based Warehouse Management System Like a Pro” on October 20, 2020. Antony explained that there are at least 5 warehousing issues that can be prevented when using a cloud-based WMS. There are: 

  1. False Distribution

When storing one type of item in large quantities at a warehouse, many enterprises certainly don’t know which item is the new one or the expired one. This will become a problem if the goods with a near expiration date are left for a long time in the warehouse. Meanwhile, goods with a long expiration time are taken out first.

That’s why, a cloud-based WMS is needed to avoid these warehousing issues. So, the goods that need to be distributed will not affect business continuity.

  1. The number of goods available cannot be expected

Sometimes, enterprises don’t know the exact amount of goods that are available in the warehouse. Although it is natural, this kind of warehousing management will be a problem if it continues. Not only that, it will also affect sales for not gaining the best results for the company. Therefore, enterprises can use a cloud-based WMS to find out the quantity of goods, so enterprises will prevent these warehousing issues and still be able to reach sales targets exactly.

  1. Items are lost and found

When storing large quantities of goods in the warehouse, usually enterprises will experience sudden loss of goods. It should be noted that the loss of an item that occurs is not caused by theft, considering that the item can be found again in an unexpected time. This is a common problem when enterprise doesn’t use cloud-based WMS. So it is not surprising that warehousing management is not neatly organized and structured. 

  1. Calculate the availability of goods manually

Today, many enterprises still use the stock opname method for counting goods. Stock opname is a form of activity to calculate the stock of goods in the warehouse before they are sold. This activity is generally wasting time, because you will manually check and calculate the items in the warehouse. 

However, with a cloud-based WMS, enterprises no longer need to do that. Only by scanning a barcode , the counting process can be done quickly and efficiently. Beside that, errors in administrative and counting goods can be minimized. 

  1. Efficiency

When enterprises manage a warehouse manually, the workforce that needs to monitor goods distribution activities definitely not a few. This will be very inefficient for the company. Thus, a cloud-based WMS is needed in this case in order to save existing resources and minimize manual warehouse operations.   

If you want to find out more about this session you can watch the online talk show again on our Youtube account here. And if you are interested in cloud solutions to support your business continuity, you can contact us at sales@zettagrid.id or click here.

Tips Mengelola Pertumbuhan Data Perusahaan

Tips Mengelola Pertumbuhan Data

Tips Mengelola Pertumbuhan Data Perusahaan

 

Pesatnya perkembangan teknologi membawa berbagai dampak bagi berbagai kehidupan manusia, tak terkecuali dalam sektor bisnis.Namun, tahukah Anda? Pesatnya perkembangan teknologi juga dapat memicu ledakan penggunaan data bagi berbagai organisasi.

Diliput dari Whatsthebigdata.com IDC sebagai lembaga riset terkenal di dunia,  memprediksikan pertumbuhan jumlah data padatahun 2025 dapat mencapai 180 zettabyte (ZB). Dengan pertumbuhan jumlah data tersebut, pelaku usaha harus memiliki solusi yang tepat agar data yang dimiliki dapat dikelola dengan aman dan tepat. Yuk simak beberapa tips mengelola data bisnis anda dengan tepat dan aman berikut ini

  1. Menyimpan Data di Hard Drive atau NAS

File storage merupakan metode penyimpanan hirarki data yang menggunakan hard drive komputer atau perangkat network-attached storage (NAS). Pada metode ini, penyimpanan file diatur dalam folder di bawah hirarki direktori dan subdirektori. Sehingga, jika Anda perlu menemukan sebuah file, Anda harus melakukan pencarian melalui direktori hingga ke file yang dituju.

Pada dasarnya, hirarki file storage memiliki fungsi yang dapat mengatur file dengan lebih baik dan terstruktur. Namun, seiring bertambahnya jumlah file, proses pengambilan file bisa menjadi rumit dan memakan waktu. Tak hanya itu, skalabilitas data juga membutuhkan penambahan perangkat lainnya yang memiliki kapasitas lebih tinggi. Sehingga, Anda perlu biaya lebih untuk penggunaan file storage.

  1. Membagi Data dengan Block Storage

Menggunakan block storage bisa menjadi salah satu pilihan Anda jika organisasi memiliki beban kerja yang besar. Block storage menawarkan efisiensi penyimpanan yang lebih cepat dari pada file storage. Pada teknologi satu ini, file akan terpecah menjadi blok data yang berukuran sama dan tersimpan di bawah berbagai format seperti FAT32, NTFS, EXT3, maupun EXT4. Sehingga memudahkan pengguna untuk mencari data yang dibutuhkan.

Jika Anda berniat menggunakan block storage, Anda perlu tahu jika teknologi satu ini dapat benar-benar bekerja ketika block digabungkan dengan block lainnya melalui suatu aplikasi. Hal ini terjadi karena tingkat kontrol terperinci ke aplikasi memberikan kinerja terbaik dari deret penyimpanan yang diberikan. Sehingga, sangat cocok untuk menyimpan aplikasi kinerja yang terpusat dan database transaksional.

  1. Menggunakan Object Storage

Jika Anda ingin memecahkan masalah pertumbuhan data bisnis, maka Anda memerlukan sistem penyimpanan yang tumbuh dengan kecepatan yang sama. Untuk itu, Anda bisa menggunakan object storage sebagai solusi organisasi yang dapat menyimpan data bisnis hingga melampaui beberapa petabyte.

Pada umumnya, object storage lebih efisien ketimbang menggunakan block storage. Hal ini dikarenakan sistem aksesnya yang relatif lebih cepat dibandingkan block storage. Tak hanya itu, object storage dapat menyimpan berbagai data yang tidak sering digunakan seperti konten website statis, backup data, dan multimedia. Teknologi satu ini juga bisa tetap melindungi data apabila terjadi node yang gagal, karena metodenya yang menggunakan sistem cluster. Sehingga, Anda tidak perlu lagi khawatir akan hardware failure dan badsector, sebab object storage didesain dan didistribusikan untuk ketersediaan yang tinggi.

Jadi, apakah Anda telah memiliki solusi yang tepat untuk mengelola pertumbuhan data perusahaan atau organisasi anda? PT. Arupa Cloud Nusantara sebagai induk dari pemegang brand Zettagrid di Indonesia akan meluncurkan Arupa Object Storage. Arupa Object Storage adalah solusi penyimpanan data anda dalam jumlah besar dengan harga terjangkau. Jika anda tertarik, anda dapat mengubungi kami di sini atau e-mail kami di sales@zettagrid.id.

Perhatikan 3 Faktor Keamanan Data Sebelum Memilih Cloud Provider

Faktor Keamanan Data

Perhatikan 3 Faktor Keamanan Data Sebelum Memilih Cloud Provider

 

Di era teknologi ini, banyak pengusaha telah menyadari pentingnya penggunaan Cloud Computing bagi kebutuhan bisnisnya. Seperti yang telah Anda ketahui, cloud telah menawarkan kemudahan kepada penggunanya untuk mengakses dokumen dari mana saja dan kapan saja. Tak hanya itu, teknologi satu ini juga semakin populer karena mampu menyimpan data dalam kapasitas besar. Sehingga, tak diragukan lagi jika cloud telah memberikan layanan yang efisien kepada penggunanya.

Meskipun cloud telah memberikan kemudahan dalam pemanfaatannya, teknologi satu ini nyatanya tak bisa terlepas dari ancaman siber. Berbagai studi dan riset menyatakan salah satu pemanfaatan cloud yang masih menjadi perhatian utama adalah keamanan cloud itu sendiri. Belum lagi, saat sebuah bisnis memilih untuk memanfaatkan layanan Cloud Computing, pengusaha pastinya akan memberikan sebuah kepercayaan akan jaminan privasi dan keamanan data kepada cloud provider.

Untuk itu, sebelum menentukan cloud provider yang tepat, penting bagi pengguna untuk mengetahui sistem dan kebijakan keamanan yang diberikan oleh penyedia. Berikut 3 Faktor Keamanan Data Sebelum Memilih Cloud Provider

  1. Pahami skema lingkungan cloud yang disediakan Cloud Provider

Ketika bisnis Anda telah menentukan cloud provider, Anda pastinya telah mempercayakan pusat data penyedia sebagai tempat penyimpanan data bisnis. Untuk itu, sangat penting dalam memastikan layanan dan kebijakan keamanan yang diterapkan oleh penyedia. Hal ini perlu dilakukan mengingat serangan siber yang kian berkembang. Sehingga, Anda perlu memahami betul tanggung jawab yang dapat diberikan oleh penyedia layanan cloud.

  1. Pastikan penyedia memberikan kebutuhan pengguna dengan baik

Dalam berlangganan layanan cloud, penyedia layanan biasanya memberikan penawaran terkait kinerja yang sesuai dengan kebutuhan sistem bisnis. Misalnya, jika Anda ingin berlangganan Cloud untuk basis data pelanggan, maka penyedia layanan akan memberikan server khusus untuk hal tersebut. Begitu pula jika Anda ingin mengoptimalkan kinerja sistem bisnis hingga Backup, penyedia layanan pun akan memberikan penawaran yang sesuai.

Untuk itu, Anda perlu tahu kebutuhan server bisnis. Sehingga, penyedia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan bisnis Anda, tetapi juga memberikan lapisan perlindungan tambahan.

  1. Tentukan penyedia layanan yang memiliki sertifikasi keamanan

 

Sebelum memigrasikan data Anda ke cloud, ada baiknya bagi Anda untuk menentukan penyedia layanan yang memiliki sertifikasi keamanan terpercaya. Banyak cloud provider sudah memiliki ISO 27001 dan memiliki SLA untuk menjamin kerahasiaan data Anda. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya kebocoran data. Selain itu, apabila penyedia layanan cloud melanggar sertifikasi keamanan tersebut dengan membocorkan data pelanggan, izin layanan penyedia tersebut akan dicabut dan diproses secara hukum.

 

Zettagrid Indonesia merupakan salah satu penyedia layanan cloud computing untuk solusi perusahaan anda di saat menghadapi situasi pandemi yang tidak menentu ini. Layanan cloud Zettagrid telah bersertifikasi ISO/IEC 27001:2013 terkait keamanan informasi untuk ketentuan hosting, jaringan, dan layanan suara sesuai pernyataan penerapan v1. Sehingga, data pelanggan dapat terjaga dengan baik dan aman.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai produk kami, anda dapat menghubungi kami di sini atau melalui tim kami di sales@zettagrid.id.

3 Manfaat Penggunaan Object Storage

Manfaat Object Storage

3 Manfaat Penggunaan Object Storage

Seiring dengan berkembangnya teknologi, pertumbuhan data di dunia ini juga semakin membesar. Bahkan menurut prediksi yang dilakukan oleh IDC, di tahun 2025 pertumbuhan data dapat mencapai 175 ZB (1 ZB= 1 Milyar TB). Data sebesar ini biasanya berasal dari berbagai sumber, seperti social media, e-mail, transaksi online, video, gambar, GPS, dan lainnya. Tentunya data ini dapat menunjang pertumbuhan dunia digital kedepannya dan sangat berharga bagi perusahaan, dari mulai untuk mengembangkan machine learning hingga untuk kemampuan analytics. Seluruh data ini dapat digunakan suatu perusahaan untuk dianalisa dan kemudian di olah menjadi suatu produk baru, bisnis baru, bahkan bisa juga untuk mengetahui kebiasaan dari konsumen.

Dengan pertumbuhan data yang begitu pesatnya, tentu data ini sudah tidak dapat lagi disimpan ke storage atau penyimpanan tradisional. Apalagi seiring dengan perkembangan zaman, regulasi, teknologi, dan kehidupan sosial masyarakat juga berubah. Untuk itu perlu solusi yang canggih untuk perusahaan menyimpan data yang potensial untuk bisnisnya. Salah satunya dengan Object Storage.

Object storage adalah layanan penyimpanan dan pengambilan object yang tidak terstruktur  menggunakan suatu web API. Lalu apa saja manfaat dari Object Storage bagi pelaku bisnis dengan pertumbuhan data yang sangat tinggi setiap harinya? Yuk simak 3 manfaat penggunaan object storage berikut ini:

  1. Memiliki Keandalan yang tinggi / Highly reliable

Dengan pekembangan jaman, pastinya banyak juga terjadi perubahan, untuk itu diperlukan penyimpanan data yang andal juga. Sehingga ketika terjadi perubahan sistem atau penyimpanan data dapat beradaptasi dengan cepat. Selain itu, dengan storage yang andal, pelaku usaha juga dapat memperbesar dan memperkecil kapasitas storage dengan mudah sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

2. Bebas biaya CapEX

Dengan menggunakan object storage, perusahaan anda tidak perlu lagi memikirkan biaya CapEx yang sangat besar untuk membeli hardware penyimpanan. Belum lagi biaya operasional (OpEx) dan biaya perawatan yang juga tinggi, dari mulai membayar listrik, lisensi software, membayar teknisi IT, dan biaya lainnya.

3. Biaya OpEx sesuai kebutuhan

Dengan menggunakan object storage, biaya operasional yang perusahaan keluarkan juga akan sesuai dengan kebutuhan. Biaya ini bergantung dengan kapasitas storage yang digunakan. Sehingga perusahaan dapat melakukan efisiensi dengan maksimal.

Saat ini Arupa Cloud Nusantara sebagai induk perusahaan dari Zettagrid Indonesia, tengah mengembangkan Arupa Object Storage yang sebentar lagi sudah bisa dirasakan manfaatnya bagi pelaku bisnis. Tidak hanya itu, Arupa juga memberikan gratis penggunaan hingga 100 TB tanpa kontrak dan biaya minimum sepeserpun. Tertarik dengan produk ini? hubungi kami di layanan livechat hanya di www.zettagrid.id atau e-mail ke sales@zettagrid.id

 

Cara Meningkatkan Komunikasi dan Kolaborasi Saat Remote Working

Remote Working

Cara Meningkatkan Komunikasi dan Kolaborasi Saat Remote Working

 

Setelah diterapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara total sejak 28 September 2020 lalu, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, kembali melonggarkan kebijakan rem darurat dengan memberlakukan PSBB masa transisi. Keputusan ini tentunya menjadi peluang bagi banyak kalangan termasuk pengusaha untuk bisa menjalankan aktivitasnya di ruang terbuka. Sehingga, tak menutup kemungkinan jika banyak organisasi kini membuka kembali kegiatan perkantorannya.

Namun demikian, aktivitas pada ruang terbuka tentunya tidak bisa langsung diterapkan seperti situasi normal. Peraturan pemerintah yang diberlakukan hingga saat ini nyatanya masih membatasi kegiatan perkantoran di sektor non-esensial dengan kapasitas maksimal 50 persen pegawai. Sehingga, pengusaha pun harus tetap memberlakukan sistem kerja dari rumah (WFH) bagi 50 persen para pekerja lainnya demi menghindari penyebaran virus.

Untuk itu, berbagai upaya diperlukan demi meningkatkan produktivitas kerja organisasi yang dijalankan dengan sistem remote working. Salah satunya adalah dengan menggunakan teknologi berbasis komunikasi dan kolaborasi kerja. Dengan teknologi satu ini, organisasi tentunya bisa tetap memperlangsungkan produktivitas kerja secara remote. Tak hanya itu, beberapa teknologi komunikasi dan kolaborasi antar karyawan ini bisa menjadi kunci sukses organisasi dan karyawan dalam berkoordinasi ketika bekerja.

Penasaran apa saja? Simak beberapa di antaranya di bawah ini:

  1. Teknologi tatap muka virtual dengan keamanan tinggi

Selama menjalankan sistem remote working, komunikasi dan koordinasi antar karyawan tentunya harus tetap berjalan agar pekerjaan tidak terhambat. Untuk itu, banyak karyawan kini menggunakan teknologi komunikasi virtual maupun video conference untuk saling berkoordinasi.

Namun tahukah Anda? Teknologi komunikasi virtual juga tidak hanya mendatangkan sisi positif bagi penggunanya. Ancaman kerap kali ditemukan pada teknologi satu ini. Seperti isu yang terjadi beberapa waktu lalu dan sempat menggemparkan pemberitaan nasional terkait serangan hacker melalui aplikasi video conference.

Oleh sebab itu, untuk menghindari hal tersebut diperlukan adanya sebuah pelindung yang dapat menjaga komunikasi virtual anda dengan karyawan maupun atasan di organisasi. Fitur Firewall bisa menjadi salah satu solusi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tersebut. Sebab, fitur satu ini bisa memilih user mana yang dikenal dan dapat mengakses server perusahaan. 

  1. Aplikasi Human Resources (HR)

Saat remote working, manajer maupun Human Resources Development (HRD) pastinya harus terus memonitor kinerja karyawan dengan mengetahui secara langsung apa yang mereka kerjakan. Untuk membantu hal tersebut, Anda bisa menggunakan teknologi berbasis Human Resources (HR) yang dapat memantau aktivitas kerja hingga kehadiran karyawan secara langsung. Tak hanya itu, dengan menggunakan teknologi satu ini, pengusaha juga bisa mengetahui berapa lama waktu karyawan bekerja. Sehingga, pengusaha tidak perlu lagi takut jika karyawan tidak bekerja selama WFH.

  1. Menggunakan Virtual Desktop

Selain teknologi diatas, saat ini teknologi Virtual Desktop juga dapat digunakan suatu perusahaan atau organisasi dalam meningkatkan performa komunikasi dan kolaborasi selama WFH. Salah satu solusi Virtual Desktop yang dapat digunakan secara fleksibel dan aman adalah Arupa Cloud Desktop. Arupa Cloud Desktop merupakan suatu platform dimana karyawan dapat mengakses desktop atau aplikasi critical perusahaan dimanapun, kapanpun, dan dari gadget manapun. 

Selain itu, perusahaan juga tidak perlu ragu akan produktivitas karyawan selama WFH karena ACD dapat menyajikan report dari penggunaan desktop per user. Sehingga, kinerja karyawan dapat tetap terpantau.

Jika anda tertarik untuk mengetahui Arupa Cloud Desktop lebih lanjut, anda dapat menghubungi kami di sini atau e-mail ke sales@zettagrid.id

Run Cloud-based Warehouse Management System Like A Pro

Cloud-based Warehouse Management System

Run Cloud-based Warehouse Management System Like A Pro

 

When everything goes into digital, anything you can do seems easier. Thanks to technology that create solutions for people so they could simplify their life and business including warehouse management system. Warehouse Management System (WMS) is a software that helps you run and manage your day to day warehouse operation. Business with warehouse can utilize WMS to prevent warehousing issues such as; misplaced or missing items, wrong delivery, inefficient process, etc.

Zettagrid Indonesia, in partnership with PT. Mimotek Indonesia, proudly present Largo App. Largo covers almost everything in your warehouse operation starting from inbound process, put away, picking, all the way to outbound processes. Largo uses Barcode/RFID Technology in most of the transactions to make it easier, faster, and error-proof. ‘Scan and Go’ we call it and it will make your warehouse operation a lot faster, less administrative works, and a lot less human error.

Join us to get insight how to “Run Cloud-based Warehouse Management System Like A Pro” on Zettagrid e-TechDay Vol.04. Meet Antony Wijaya as Business Consultant from Largo, one of the best WMS apps solution in Indonesia.

Event Details:

Date: Tuesday, 20 October 2020

Time: 14.00-16.00

Zoom

Link to Register: https://tinyurl.com/eTechDay4

Save your spot now and get chance to win OVO credits by the end of Event. If you need further information you could contact us to marketing@zettagrid.id or click here.

5 Langkah Implementasi Disaster Recovery Saat Terjadi Bencana

Implementasi Disaster Recovery

5 Langkah Implementasi Disaster Recovery Saat Terjadi Bencana

 

Pesatnya perkembangan digitalisasi, memberi harapan bagi para pengusaha untuk menemukan berbagai solusi yang memudahkan pekerjaannya. Mulai dari internet hingga layanan cloud computing, kini tersedia untuk masyarakat demi meningkatkan  produktivitas. Namun menggunakan teknologi cloud computing saja ternyata belum cukup, karena bayang-bayang bencana yang bisa terjadi kapan saja. Baik bencana  alam maupun human error bisa saja menyerang keamanan data  penting perusahaan yang tersimpan pada perangkat dengan sistem keamanan yang lemah. Untuk itu, diperlukan adanya Disaster Recovery Plan demi menghindari hal tersebut.

Menurut proxsisgroup.com, Jika dikaitkan dengan bisnis berbasis informasi teknologi (IT), Disaster Recovery Plan merupakan program tertulis dan telah disetujui, diimplementasikan, serta dievaluasi secara periodik. Sistem ini difokuskan untuk semua kegiatan yang perlu dilakukan baik sebelum hingga setelah bencana. Untuk itu, Disaster Recovery Plan disusun berdasarkan kajian secara menyeluruh terhadap bencana-bencana potensial yang mencakup fasilitas, lokasi geografis, atau industri.

Lalu, seberapa penting Disaster Recovery bagi perusahaan?

Beberapa waktu lalu, sebuah kebakaran terjadi di Kejaksaan Agung Jakarta. Dilansir dari Tempo, kebakaran yang terjadi telah melahap 6 lantai sekaligus termasuk gedung sumber daya manusia (SDM). Kejadian ini tentu tidak hanya menghanguskan gedung tersebut, bahkan dokumen kepegawaian yang masih bersifat konvensional pun hancur terbakar oleh api dan akan sulit ditemukan kembali. Untuk itu, sistem Disaster Recovery sangat penting demi menyelamatkan dan menjadi tindakan preventif untuk melindungi data-data yang hilang akibat terjadinya bencana. 

Mengingat risiko bencana tersebut dapat tiba-tiba saja menyerang organisasi/perusahaan lain, Zettagrid sebagai salah satu layanan cloud computing di Indonesia menawarkan Disaster Recovery as a Service (DRaaS). Melalui kecanggihan yang ditawarkan, DRaaS ini memberikan manfaat utama lain bagi perusahaan. Diantaranya, mampu melindungi perusahaan dari kegagalan layanan komputer utama, meminimalisir risiko organisasi terhadap penundaan dalam penyediaan layanan, menjamin keandalan dari sistem yang menyediakan simulasi, hingga meminimalisir proses pengambilan keputusan oleh personal selama bencana terjadi.

Namun sebelum itu, beberapa langkah dalam mengimplementasikan DRaaS pun harus dilakukan. Berikut beberapa langkah implementasi disaster recovery dengan menggunakan Zerto Virtual Manager yang dapat dilakukan ketika sistem IT perusahaan mengalami bencana:

 

  1.     Pengaturan WAN

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengaktifkan koneksi WAN dengan menggunakan VPN Tunnel atau Leased Line. Jika sudah aktif, Anda sudah bisa membuat Zerto Virtual Manager (ZVM) dengan kapasitas 2 vCPU, 4GB RAM dan minimal storage sebesar 60GB. 

  1.     Konfigurasi 

Selanjutnya, Anda dapat menginstall ZVM pada salah satu Virtual Machine (VM) di on-premise. Setelah terpasang, kembangkan proses pemasangan Zerto Virtual Replication (ZVR) dengan Zerto Cloud Connect jika Anda perlu menyimpan kapasitas data dalam jumlah kecil.  Namun sebaliknya, jika Anda memiliki kapasitas data dalam jumlah besar, maka tim IT akan membantu mengekstraksi data dari on-premise perusahaan ke data center Zettagrid. 

  1.     Memproteksi Data

Untuk memproteksi data, Anda perlu melakukan sinkronisasi dan replikasi Zerto Data secara berkala. Dengan demikian, masing-masing virtual machine (VM) akan direplikasi dan dikirimkan ke infrastruktur cloud Zettagrid. 

  1.     Mengaktifkan Failover

Setelah semua proses di atas telah terpasang, Anda bisa mulai mengaktifkan scenario failover apabila terjadi bencana. Pada proses ini, beberapa bagian failover atau semua VM yang telah direplikasi di cloud akan dikirimkan ke on-premise untuk penggunaan resource sehari-hari.

  1.     Memonitor SecondSiteDR

Terakhir, Anda hanya perlu memonitor seluruh proses SecondSite Disaster Recovery pada Dashboard Zerto Virtual Manager. Perlu diketahui bahwa tahap ini bersifat opsional, sehingga Anda hanya perlu melakukannya secara mingguan maupun bulanan.  

Jika anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai penggunaan dan pengaplikasian Disaster Recovery pada sistem IT bisnis anda, anda dapat menghubungi kami di sini, atau e-mail ke sales@zettagrid.id.

 

Alasan Teknologi Cloud Computing Sebagai Solusi Efisiensi Perusahaan

Cloud Computing Sebagai Solusi Efisiensi

Alasan Teknologi Cloud Computing Sebagai Solusi Efisiensi Perusahaan

 

Penyebaran pandemi COVID-19 yang terjadi hampir sepanjang tahun 2020 ini, menjadi tantangan tersendiri bagi sektor ekonomi. Akibatnya, banyak perusahaan yang saat ini tepaksa melakukan efisiensi demi mempertahankan bisnisnya. Salah satu solusi yang digunakan pada masa ini adalah dengan melakukan migrasi atau memanfaatkan adanya teknologi cloud computing.

Dengan adanya cloud computing, pengusaha dapat melakukan efisiensi IT bisnis, seperti mengurangi biaya OpEX. Dengan cloud, pengusaha tidak perlu lagi memikirkan biaya operasional atau perawatan dari storage perusahaan. Anda juga bebas biaya CapEx, karena dengan cloud, pengusaha tidak perlu lagi mengeluarkan biaya besar  untuk membeli hardware, pembangunan lokasi hardware, ruangan pendingin, dan lainnya, karena hal ini telah disediakan oleh penyedia layanan cloud Selain itu perusahaan juga dapat menyesuaikan kebutuhan storagenya sesuai dengan kebutuhan, dan dapat di scale up-dan scale down.

Hal tersebut juga sejalan dengan prediksi IDC. Dilansir dari katadata.co.id, IDC bahkan memperkirakan cloud computing akan banyak diadopsi di masa mendatang. Perkiraannya tersebut tentu bukan tanpa dasar, melainkan karena beberapa pertimbangan. Berikut 3 alasan teknologi cloud computing menjadi solusi Efisiensi Perusahaan:

  1. Meningkatnya Pertumbuhan Internet of Things (IoT)

Menurut Gartner pertumbuhan IoT di Indonesia mampu mencapai 19% hingga akhir tahun 2022. Meski pernyataan ini telah diutarakan sejak 2019 lalu, namun situasi pandemi yang melanda Indonesia hingga saat ini dinilai turut meningkatkan perkembangan tersebut. Hal ini pun bisa terlihat dari aktivitas digital masyarakat kini yang banyak digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Sehingga bukan lagi kejutan jika laju penggunaan IoT dinilai akan melebihi prediksi Gartner tersebut.

  1. Meningkatnya Nilai Pasar IoT

Pada 2019 lalu, IDC memperkirakan bahwa pengeluaran perusahaan di berbagai dunia dalam mengadopsi IoT akan mencapai Rp. 15.730 trilliun pada 2023. Pencapaian ini paling besar disumbangkan dari industri manufaktur diskrit, manufaktur proses, dan transportasi. Sejalan dengan hal tersebut, peluang pun diprediksi terbuka bagi teknologi layanan cloud computing. Menurut BCG, di Indonesia sendiri nilai pasar layanan cloud yang digunakan pemerintah maupun perusahaan dapat mencapai 15 triliun.

  1. Meningkatnya Adopsi Teknologi

Dengan perkembangan IoT yang semakin masif, pemerintah Indonesia dikatakan akan meningkatkan adopsi teknologi. Dilansir dari katadata.co.id, IDC memperkirakan 30% dari perusahaan di Indonesia akan menggunakan beberapa layanan cloud computing. Selain itu, BCG juga memperkirakan bahwa pengembangan public cloud dapat memberikan kontribusi sebesar US$ 35 milliar hingga US$ 40 milliar untuk PDB Indonesia secara kumulatif hingga 2023. Maka tak diragukan lagi jika teknologi layanan cloud computing menjadi solusi bisnis di masa mendatang.

 

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai layanan cloud computing, dan bagaimana cloud computing sebagai solusi efisiensi anda, Anda bisa menghubungi kami di sini atau melalui tim kami di sales@zettagrid.id

Assisting Organisations In Achieving Digital Transformation In 2020

Digital transformation

Assisting organisations in achieving digital transformation in 2020

Despite the overall market conditions and the impact of a highly disrupted 2020, spending on edge computing, as a solution that will help organisations to solve many of the operational challenges that they are currently facing, is tipped to explode. GlobalData research anticipates a 22.7 per cent CAGR on global sales of edge computing infrastructure and services through to 2024.

As noted in the previous article, Capitalising on the latest trends in cloud and edge computing, the ability for edge computing to reduce bandwidth bottlenecks and minimise latency to maximise efficiency and undertake real-time data and decision processing is a stepping stone towards advanced analytics and AI applications. That makes edge computing a key cornerstone in transformation projects.

As noted in a recent KPMG report, history has shown that companies that take a strategic future-focused investment approach during times of unrest were better placed when the global economy rebounded.

“IT leaders should continue transforming their operating models and investing in key enablers, like integrated cloud platforms, agile ways of working, intelligent automation, AI, blockchain, and advanced data and analytics.”

Zettagrid, in partnership with VMware, is enabling channel partners across Australia and Indonesia to deliver edge computing and transformation without having to construct and maintain their own infrastructure. This allows the partner to work on delivering the competitive differentiation and future readiness of transformation to their customers, without incurring the massive upfront costs and logistical challenges of building infrastructure.

VMware Cloud Director and its value to the channel

Core to the success of any edge computing application is the idea of fluidity – that local resources and compute power can seamlessly and instantly interact with cloud resources, regardless of location or the types of technology being used. VMware Cloud Director is a direct response to that technology need. It provides users with access to virtual datacentres, powered by a cloud network constructed of almost 1,000 providers. This solution delivers all the expected cloud capabilities – containers, security data protection, cloud migration and operations visibility – through a fluid, hybrid cloud fabric that seamlessly integrates between all on-premises infrastructure within the customer’s organisation, as well as the cloud.

New features to the most recent iteration of VMware Cloud Director – 10.1 – include:

  • App Launchpad, which allows organisations to access Bitnami secured and tested applications via a simple to consume interface.
  • Encryption and data security. Across a suite of security tools and processes, VMware Cloud Director provides protection not only for data at rest, but also data “in flight,” as it actively encrypts data as it is being processed, which is essential when data is being constantly moved between the edge and the cloud.

For the channel, this solution will form the bedrock of a transformation and edge computing project. The multi-tenancy approach means that the pool of resources can host and serve many customers, each in complete (and therefore secure) isolation.  It’s also rapidly scalable and API-driven, meaning that the environment and usage can be tailored to the individual organisation’s needs.

Most importantly, it allows for seamless migration and the replication of on-premise infrastructure, allowing organisations to shift from traditional on-premises environments to a cloud hybrid environment effortlessly.

Addressing the challenges in transformation

What has complicated transformation projects for many channel organisations is the need to source the infrastructure necessary to deliver solutions. Needing to design and deliver datacentre solutions is a process that has excluded many channel partners from assisting their customers with their transformation exercises.

Additionally, in the current market, enterprises are risk adverse and budget constrained – they’re looking to their channel partners to provide the innovation and workstyles of a transformed business, but to also do so at predictable and reliable prices.

Partnering with Zettagrid gives channel organisations of all sizes and scales access to VMware Cloud Director and its expansive cloud infrastructure. Additionally, partners can access:

  • Local infrastructure and support, with Zettagrid covering the entire market.
  • A shift to automated billing and provisioning. While the channel partner exclusively maintains the relationship with the partner, Zettagrid’s billing system removes the administrative headache from their operations.
  • No need to maintain the environment. Zettagrid’s infrastructure provides class-leading reliability and uptime, but is maintained entirely by the Zettagrid engineers, saving the channel partner the need to resource datacentre management, upgrades, and maintenance.

The partner’s role through this disrupted and challenging time is in helping their customers to prepare for the other side and a “new normal”. This makes technology innovation and transformation a key priority. Those partners that are able to offer their customers this without taking on the risk of infrastructure investment themselves will be well placed to deliver successful projects in the current climate.

Contact us HERE if you want to join to be Zettagrid Partner or e-mail us at sales@zettagrid.id

This article was posted on: Assisting organisations in achieving digital transformation in 2020, Arnet

10 Critical Features You Need From Your Cloud Provider

Features Cloud Provider

10 Critical Features You Need From Your Cloud Provider

 

Since the global pandemic COVID-19 spread, enterprises start to looks for solution that could help them to make efficiency but yet still want to grow and running their business well. Cloud-based services can increase the efficiency of your business operations, improve cash flow and bring many other benefits.

There’s no doubt about its capabilities and advantages. However, did you know that cloud service providers differ in their approach to data security and use of technology? These differences may seem minor at first, but they could have an enormous impact on the accessibility, privacy, availability, and integrity of your sensitive data.

If you’re thinking of migrating to the cloud, here are 10 Critical Features You Need From Your Cloud Provider

1. Up-time guarantee

The potential impact of downtime can be severe.

Look for a cloud service provider who clearly documents the amount of downtime that’s allowed on your platform. Don’t assume that your definition of downtime matches theirs. Ask your potential provider to explain a few downtime reimbursement scenarios to you before you sign up for their services.

Here at Zettagrid Indonesia we guarantee you uptime and backs up our claims by offering financial rebates. We have several levels of redundancy to ensure that our systems deliver high uptime even during maintenance and upgrades.

2. Complete control

Apart from looking for a complete service level agreement (SLA) backed cloud solution, search for cloud providers that offer you a higher degree of control and flexibility.

At Zettagrid Indonesia we’re committed to giving our customers better and more control. Our services allow you to retain full control of every aspect of your virtual data center environment.

3. Customized solution

To make the most of the cloud without wasting resources, find out if the provider allows you to customize your solution to suit your needs. You may not need everything that is packaged up for you and your business.

Zettagrid Indonesia cloud is easy to use, secure, and scalable, but the best part is that you only spend on the resources you use.

4. Ease of use

In order to quickly and cost-effectively drive business outcomes, you’ll need a portal that’s easy to setup and navigate. An easy-to-use and intuitive portal makes it simpler for you to quickly manage your IT resources online.

The Zettagrid Indonesia portal gives you the power to configure your system as you wish. It’s simple to use and adjusts to the dynamic IT needs of your business.

5. Competitive price to performance

Many cloud providers charge their customers for several items like IOPS, GETs, and PUTs. It’s hard to make sense of all these additional charges on your bill. Instead of trying to decode the costs listed on your bill, look for a provider that charges you a fixed charge month after month.

That’s Zettagrid Indonesia offers simple and predictable billing. Say goodbye to invoice shock or unexplained charges.

6. Avoid lock-in contracts

Not all cloud service providers live up to their SLAs. If they lock you into a contract, you might have to stick with them even if they don’t meet your requirements.

Zettagrid Indonesia’s ‘love or leave it’ policy makes it easier for you to do decide whether you still want to continue using our outstanding services. You’re never locked in. That’s just how confident we are in our capabilities.

7. Local data storage & support

Many cloud service providers don’t advertise where their data centres are. They may store your data overseas and even move your data without notifying you.

With Zettagrid Indonesia, we host your data locally in Indonesia, with zones in Sydney, Melbourne, Perth, and Jakarta. We make sure we keep your data safe by complying with Indonesian Privacy Principles.

8. Data sovereignty

If your data is stored overseas, your rights over your data come second to the rights of the organisation that’s minding your data. This is something you ought to consider when looking for a provider.

We understand this principle at Zettagrid Indonesia and make sure your data remains safe right here in Indonesia.

9. Backup and replication options

Look for a service provider that offers you a quick and easy way to backup, replicate, and restore data from the cloud. That way you’re always protected, no matter what.

Zettagrid Indonesia gives you the opportunity to choose the right backup and replication solutions for your business so you can avoid harmful data loss in the event of an unexpected business outage. That way your business can quickly recover and have your business operations restored.

10. Real-time metrics

Sometimes, it’s challenging to manage virtual environments because of their complexity. Find a provider that offers you real-time metrics. They will show you how well your virtual environment is performing and let you easily find and remediate performance issues.

Zettagrid Indonesia offer real-time metrics with real-time control, 24/7.

If you’re ready to transform your business with the latest cloud solutions and enjoy the 10 features cloud provider , find out more about transitioning to Zettagrid, you could contact us here or e-mail us to sales@zettagrid.id