Posts

6 Hambatan Bisnis Saat Bekerja Secara Remote

bekerja secara remote6 Hambatan Bisnis Saat Bekerja Secara Remote

 

Munculnya pandemi COVID-19 telah menjadi situasi yang tidak pasti bagi sektor bisnis di kala ini. Bagaimana tidak? Dengan terjadinya lonjakan kasus yang telah mencapai 488.310 korban positif, upaya pun tentunya diperlukan untuk mengurangi angka penyebaran tersebut. Termasuk salah satunya adalah dengan memberlakukan sistem kerja remote. Memang, hal ini bisa menjadi opsi agar pengusaha bisa tetap menjalankanbisnisnya. Namun, jika bisnis tidak memiliki manajemen kerja yang baik, bekerja secara remote pun akan dirasa sulit oleh para pengusaha dan karyawannya.

Dikatakan Bayu Tjandra selaku Business Development dari Supersoft di acara webinar “Zettagrid e-TechDay Vol.05: Digitalize & Secure Your Finance Solutions”, bisnis yang bekerja secara remote memiliki kemungkinan untuk menghadapi hambatan tertentu. Hambatan tersebut bahkan bisa pula dilihat dari studi yang dilakukan oleh Aberdeen. Diantaranya ialah:

  1. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dan berkolaborasi

Dengan adanya pandemi dan penerapan sistem kerja secara remote, 23% bisnis mengalami hambatan dalam berkomunikasi dan berkolaborasi dengan rekan lain maupun pelanggan. Biasanya, hambatan ini ditemukan di beberapa lini bisnis, seperti layanan ketenagakerjaan, konsultansi, hingga layanan konsumen yang minim akan kemampuan digital.

  1. Pekerjaan terganggu

Sebanyak 21% karyawan yang bekerja dari rumah (WFH), memiliki hambatan yang dapat mengganggu pekerjaannya. Hambatan ini biasanya datang dari diskusi keluarga hingga mengurus hewan peliharaan. Akibatnya, fokus pekerjaan pun terganggu dan karyawan tidak bisa bekerja secara maksimal.

  1. Masalah teknis

Saat bekerja secara remote, masalah teknis bisa menjadi tantangan yang dihadapi oleh karyawan. Pasalnya, sebanyak 18% karyawan memiliki masalah dalam mengakses data, keamanan, hingga manajemen jaringan saat bekerja secara remote. Bahkan, saat data bisa diakses pun performa sistem dan aplikasi mengalami gangguan. Sehingga tak sedikit karyawan yang terhambat pekerjaannya karena hal ini.

  1. Kurangnya perangkat kerja

Saat bekerja secara remote karyawan tentunya tidak bisa menggunakan berbagai perangkat yang biasa disediakan oleh kantor. Meski mereka memiliki perangkat pribadi, namun kapabilitasnya tidak sebanding dengan yang dimiliki oleh kantor. Hal ini pun akhirnya menghambat kinerja karyawan dengan persentase sebesar 14%.

  1. Terhalangnya proses bisnis dan arus kerja

Sampai saat ini, masih banyak bisnis yang menerapkan sistem kerja secara manual. Misalnya, seperti bisnis yang masih mengandalkan proses kerja dengan dokumentasi fisik dan arsip. Dengan adanya proses dan alur kerja ini, bisnis tentunya mengalami kesulitan ketika dihadapkan dengan situasi pandemi. Bahkan, Aberdeen menyatakan 12% proses bisnis dan arus kerja harus terhambat karena sistem kerja manual. Sangat merepotkan bukan?

Selain itu, sistem dokumentasi fisik dan arsip pun memiliki peluang untuk rusak dan hilang karena bencana. Pengusaha tentunya bukan lagi kesulitan ketika hal itu terjadi, tetapi bisnis juga bisa jatuh akibat hilangnya dokumentasi tersebut. Dari pada membiarkan itu terjadi, pengusaha bisa menggunakan penyimpanan data di cloud untuk melindungi data bisnis dari kerusakan. Dengan menggunakan cloud, pengusaha tidak hanya dapat bekerja secara remote, tetapi juga dapat membantu mengurangi penggunaan kertas maupun dokumen.

  1. Kesulitan mengakses data

Menurut studi Aberdeen, 10% bisnis mengalami kesulitan untuk mengakses data dan sistem bisnisnya saat bekerja secara remote. Hal ini dapat terjadi ketika bisnis memiliki kemampuan teknologi yang minim. Akibatnya, kinerja karyawan tidak dapat berjalan secara maksimal dan proses bisnis pun terhambat.

Anda pastinya tidak ingin hal tersebut terjadi kepada bisnis bukan? 

Untuk itu, upaya pun diperlukan demi mencegah hambatan yang mampu menyerang bisnis. Salah satu solusi akses data yang bisa diandalkan saat bekerja remote adalah dengan memanfaatkan penyedia layanan Cloud Computing. Dengan penyedia tersebut, Anda dapat dengan mudah menyimpan dan mengakses data di manapun dan kapanpun. Minimnya kemampuan teknologi bisnis pun tak perlu lagi dikhawatirkan, karena penyedia layanan siap membantu bisnis dalam mengakses data dengan mudah. 

Zettagrid Indonesia merupakan penyedia layanan cloud Infrastructure as a Service (IaaS) berupa Backup as a Service (BaaS), Disaster Recovery as a Service (DRaaS), Virtual Data Center (VDC), dan Virtual Server. Jika Anda memiliki pertanyaan terkait solusi cloud, Anda bisa menghubungi kami di sini atau ke tim kami di sales@zettagrid.id.

Jika anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai sesi ini anda bisa menyaksikan tayangannya kembali pada akun Youtube kami disini. Dan jika anda tertarik dengan solusi Cloud yang Zettagrid miliki, anda dapat menghubungi kami di sales@zettagrid.id atau klik disini.

Exclusive Disaster Recovery Q&A on Zettagrid

Disaster RecoveryExclusive Disaster Recovery Q&A on Zettagrid

 

What if you suddenly lost your critical data? Are you prepared for the recovery solutions? Service-interrupting events can happen at any time. Your network could have an outage, your latest file-save backup might have failed, or—in rare cases—you might even have to contend with a natural disaster or even caused by human error.

Join us and ask exclusively live from Sydney Australia and Indonesia on “Zettagrid e-CloudTalk Vol.05: Exclusive Disaster Recovery Q&A on Zettagrid”. Get an insight about DR solution on Zettagrid with the fastest technology that could reach RPO below 15 mins with following speakers: Wayne Heath as Presales Architect Zettagrid Australia, Donny Christiaan as IT Hardware & Infrastructure Manager Polygon Bikes, also Jimmi Nababan as IT Country Manager Columbia Asia Hospitals.

Event Details:
Date: Thursday, 26 November 2020
Time: 10.00 – 12.00 WIB (JKT Time)
Moderator: Novia Kurniasih (Customer Success Manager Indonesia)

Live online from Zoom
Link to register: https://tinyurl.com/eCloudTalk05

Register now and get a chance to win MAP Shopping Voucher also Exclusive Merchandise from Zettagrid at the end of the event!

4 Strategies To Backup Business Data

Backup Business Data4 Strategies To Backup Business Data

 

Data loss can be a serious problem for businesses of all sizes. By losing files and all critical data, means the business will lose time and money to restore it. This will not only bother enterprises to run the business well but it will also experience difficulties in continuing its innovation. 

Therefore, a solution is needed to protect all critical data from its loss. Cloud backup can be a good choice for enterprises to prevent data loss. By using Cloud Backup, enterprises not only replicate their data when a disaster occurs but also business continuity can be saved from all the risks. 

However, simply using Cloud Backup without any consideration is not enough. You need to consider IT business needs before deciding to use a cloud backup service to protect your data. In this article, we compiled 4 strategies for you to backup business data in the cloud. 

1. Data Recovery Needs

Cloud Backup can be a solution to protect and backup business data from its loss. However, before deciding to use cloud backup, it will be better if you consider what data you want to backup. If you want to protect all data in an IT environment system, you can use a comprehensive Cloud Backup. But, if you only want to protect services such as databases on Microsoft Exchange, you can only use Cloud Backup for specific mailboxes.

2. Understand that hypervisor data backup will not be sufficient

Virtualization may offer a variety of capabilities, including the ability to perform backups at the hypervisor level of a virtual machine (VM). However, this type of backup is just restoring your recovery to the VM level. Therefore, backup service in a VM operating system is needed rather than just on a virtualization host. This aims to get the organization for the best recovery option.

3. Use local protection systems as the first line of defense

Public cloud services may offer you unlimited servers and storage resources. However, while the public cloud is a critical step for securing business data, you should also consider backups on a local system. By using local resources to connect to systems and data enable it to produce the best performance as well.

4. Use cloud backup as a second choice

Cloud Backup storage can be a second attempt for organizations to back up business data when a disaster strikes. By using this technology, you can prioritize servers and data that require offsite disaster recovery protection. So, when an IT system experiences a natural disaster or human error, the data loss can be replaced by data that has been replicated in Cloud Backup. Therefore, it will not disrupt business continuity.

Zettagrid Indonesia is an Indonesian cloud service provider that offers Infrastructure as a Service (IaaS) solutions such as Backup as a Service (BaaS), Virtual Server, Virtual Datacenter, and Disaster Recovery as a Service (DRaaS). Zettagrid Indonesia is also VMware’s Cloud Verified Partner and has data center locations in Jakarta and Cibitung. We are committed to being closer to you and ready to help you 24/7.

If you have any further questions about the cloud, you can contact us here or through our team at sales@zettagrid.id.

 

4 Advantages of Cloud in the Healthcare Industry

advantages of cloud

4 Advantages of Cloud in the Healthcare Industry

 

As pandemic COVID-19 spread, the healthcare industry is increasing during this situation. According to Deloitte, people are more concerned about their health more than before, today. It can be seen by their behavior of learning about health risks and how to improve it. That’s why the healthcare industry now needs to overcome the challenge.

However, by massive people coming to healthcare, a lot of data also will be generated from it. Conventional storage definitely will not be enough to store massive data. Therefore, cloud adoption can be a solution for that. With the cloud, healthcare can optimize its data management practices. Not only that, but the cloud can also bring advantages to the healthcare industry. What are them? Read 4 advantages of cloud in the healthcare industry below:

1.     Lowering of costs 

One of the advantages of the cloud is this technology offers on-demand availability of computer resources. By this advantage, hospitals and healthcare providers don’t need to purchase other hardware and servers anymore. Besides, the cloud also provides the organization’s payment system for the resources it uses. So, it could result in massive cost savings.

2.     Ease of interoperability

When healthcare providers have a lot of patients, automatically it will generate massive data for the organizations. Therefore, healthcare needs interoperability that aims to establish data integration throughout its system. But don’t worry, the cloud could make it easy for organizations. With interoperability fueled by the cloud, patient data is readily available to distribute and facilitate healthcare planning and delivery. 

3.     Access to high power analytics

Data is a huge asset for healthcare to plan other innovations for customers. Therefore, storage like cloud computing is needed to store and process it. By adopting cloud, relevant patient data from different sources can be collated and computed. Not only that, but the implementation of Big Data analytics of patient data on the cloud-stored could also strengthen medical research. That’s why these advantages of the cloud can make data processing becomes more feasible. 

 4.     Prevent data loss

Most healthcare providers and hospitals are likely to keep medical records with physical copies. This might be a common thing for a hospital to do, yet it will cause risk like data loss. Paper records could be misplaced, become torn or faded, or otherwise damaged by the disaster. But, when an organization starts to shift its conventional storage to cloud-stored, the risk of data loss will be prevented.

By using cloud services like Backup as a Service or Disaster Recovery as a Service, the organization can replicate their data as well without any mistakes. So, healthcare providers don’t have to worry more about data loss that is caused by disaster and human error.

Zettagrid Indonesia is one of the cloud service providers of Infrastructure as a Service (IaaS) that offers Virtual Server, Virtual Datacenter, Backup as a Service (BaaS), and Disaster Recovery as a Service (DRaaS). If you have any further questions about cloud solutions, you can contact us here or at sales@zettagrid.id

Cara Meningkatkan Efisiensi Cloud Computing

Meningkatkan Efisiensi Cloud

Cara Meningkatkan Efisiensi Cloud Computing

 

Berbicara tentang cloud computing, anda pastinya akan mengira jika teknologi satu ini bisa menjadi solusi terbaik bagi penyimpanan data organisasi. Namun, terlepas dari beragam solusi yang dihadirkan, cloud juga mampu mendatangkan tantangan tersendiri bagi bisnis. Salah satu tantangan utama yang umum terjadi adalah masalah efisiensi.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh SoftwareOne, 37% responden menganggap tantangan terbesar cloud datang dari pengeluaran yang sulit diprediksi. Hal Ini mungkin wajar terjadi apabila pengguna tidak merencanakan migrasi data secara matang. Untuk itu, sekadar mengadopsi cloud sebagai tempat penyimpanan saja tidak akan cukup, jika tidak disertai dengan efisiensi yang optimal.

Namun, anda tidak perlu khawatir. Pada artikel ini, anda akan mengetahui cara yang tepat dalam meningkatkan efisiensi cloud. Simak selengkapnya di bawah ini:

  1.       Monitor cloud secara komprehensif

Cloud tentunya dapat memberi berbagai kemudahan dan kecepatan dalam mengoperasikan computing resource. Akan tetapi, kemudahan ini juga memiliki potensi yang dapat menyebabkan inefisiensi. Untuk itu, organisasi harus bisa memonitor jumlah dan penggunaan cloud secara lebih komprehensif. Sehingga, anda tidak perlu lagi mengeluarkan biaya banyak untuk kebutuhan yang tidak penting di akhir pemakaian.

  1.     Mengoptimalkan penggunaan tags

Jika anda ingin meningkatkan efisiensi cloud, anda bisa mencoba mengoptimalkan penggunaan tags untuk memonitor pemanfaatan cloud. Tags ini umumnya bisa mencakup banyak hal, seperti menunjukkan sebuah data kerja sedang diproduksi atau tidak, waktu kadaluarsa data kerja yang tengah dikerjakan, hingga departemen mana yang bertanggung jawab atas data kerja yang disimpan di cloud tersebut. Jadi, data yang disimpan di cloud pun bisa lebih terstruktur dan pengusaha bisa memprediksikan biaya yang akan dikeluarkan.

  1.     Memaksimalkan otomasi

Saat awal proses adopsi, pengelolaan cloud secara manual relatif mudah dilakukan. Namun ketika adopsi semakin membesar dan melibatkan multi cloud provider, ada baiknya organisasi harus segera melakukan otomasi. Dengan melakukan hal tersebut, pengusaha bisa memonitor dan mengoptimasi biaya penggunaan cloud. Tak hanya itu, pengeluaran besar yang tidak terduga pun bisa dihindari, sehingga penggunaan cloud pun bisa lebih efisien.

  1.     Gunakan pendekatan teknis 

Dalam memanfaatkan cloud, pengusaha membutuhkan pendekatan teknis dan proses bisnis yang tepat. Untuk mencapai hal itu, Gartner menyarankan framework yang terdiri dari lima langkah, yaitu plan, track, reduce, optimize, dan mature. Lima langkah tersebut bertujuan untuk memperkirakan anggaran yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan cloud. 

Jadi, ketika proses berjalan, pengusaha bisa memonitor pengeluaran dan membandingkannya dengan dana organisasi untuk menghindari anomali yang terjadi. Setelah itu, organisasi bisa mengurangi setiap pemborosan yang terjadi dengan melakukan optimisasi. Untuk itu, langkah ini bisa menjadi jalan bagi pengusaha jika ingin meningkatkan efisiensi cloud secara maksimal.

Jika anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait pemanfaatan cloud, anda bisa menghubungi kami di sini atau melalui tim kami di sales@zettagrid.id.

Tips Meningkatkan Keamanan Data Cloud

Meningkatkan Keamanan Data

Tips Meningkatkan Keamanan Data Cloud 

 

Saat mengembangkan bisnis, anda pastinya membutuhkan teknologi yang dapat membantu menciptakan inovasi terbaru bagi pelanggan. Cloud bisa menjadi salah satu solusi untuk menjawab kebutuhan tersebut. Dengan cloud, pengusaha dapat meningkatkan infrastruktur IT secara lebih optimal. Tak hanya itu, cloud juga dapat mengubah investasi anda dari biaya CapEX yang amat besar menjadi OpEx, sehingga anda dapat menghemat biaya investasi infrastruktur IT anda.

Namun, tahukah anda? Meski cloud telah memberikan berbagai kemudahan, bukan berarti data yang tersimpan di dalamnya dapat terjamin dengan aman. Menurut penelitian yang dilakukan oleh 1000 IT di Skotlandia, hampir 60% di antaranya masih belum mempercayai sistem penyimpanan berbasis cloud. Keyakinan ini muncul ketika melihat sistem cloud yang masih terbilang rentan dari serangan hacker

Untuk itu, penyimpanan data di cloud secara cuma-cuma saja tidak akan cukup untuk menjaga data tetap aman. Namun, anda tidak perlu khawatir sebab tips berikut bisa menjadi preferensi anda dalam meningkatkan keamanan data cloud. Simak selengkapnya di bawah ini:

  1. Pastikan data telah terenkripsi ketika disimpan di cloud

Tahukah anda? Ketika pelanggan mengadopsi cloud, kebanyakan cloud service provider tidak meng-enkripsi data pelanggan saat memigrasikan datanya di cloud. Untuk itu, anda perlu memperhatikan bahwa data yang akan disimpan di cloud tidak memuat informasi sensitif dan konfidensial, seperti rekam medis, data keuangan, hingga data rahasia perusahaan demi mencegah terjadinya kebocoran data. 

  1. Enkripsi data secara mandiri

Ketika anda memutuskan untuk memigrasikan data ke cloud, ada baiknya anda tidak hanya mengandalkan layanan enkripsi data dari cloud service provider. Enkripsi data secara mandiri juga perlu dilakukan agar menjaga data tetap aman di cloud. Sehingga, ketika pihak luar mencoba mendownload data bisnis anda, data telah terenkripsi dan tidak mudah diakses. Informasi penting pun tidak akan dengan mudah bocor ke kompetitor.     

  1. Ketahui cara mengoperasikan cloud

Beberapa perusahaan layanan cloud memiliki fasilitas dalam membagikan folder secara online. Anda perlu mengetahui secara detail bagaimana cara mengoperasikan fitur tersebut. Dengan demikian, anda dapat mengetahui siapa yang terakhir mengakses, mengubah, menghapus, menambah, dan membuat perubahan data di cloud.

  1. Pastikan penyedia layanan telah memiliki sertifikasi keamanan 

Ketika akan memigrasikan data ke cloud, ada baiknya bagi anda untuk memastikan apakah penyedia layanan memiliki sertifikasi keamanan seperti ISO 27001 dan Service Level Agreement (SLA). Sebab dengan dua kebijakan tersebut, anda dapat mengetahui jika penyedia layanan dapat menjamin keamanan data pelanggan dan bisnis. Sehingga, jika terjadi kebocoran data dari penyedia layanan, anda bisa melaporkannya ke pihak berwajib dan memprosesnya ke jalur hukum. 

  1. Strategi Backup data

Saat menyimpan data bisnis di cloud, pastinya anda menginginkan jaminan keamanan terbaik untuk menjaga data cloud tetap aman. Untuk itu, anda bisa menggunakan strategi backup data demi mencegah terjadinya kerusakan dan kehilangan data. Dengan strategi Backup, data-data bisnis akan direplikasi sesuai dengan data utama. Sehingga, ketika sewaktu-waktu data utama hilang, anda masih dapat mengembalikan data secara penuh.

Zettagrid Indonesia menyediakan layanan cloud computing berupa Backup as a Service (BaaS), untuk memudahkan anda dalam melakukan pencadangan. Zettagrid Indonesia juga merupakan Cloud Verified Partner dari VMware dan memiliki lokasi data center di Jakarta dan Cibitung. Kami berkomitmen untuk lebih dekat dan siap sedia membantu Anda selama 24/7. 

Jika anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai cloud, anda bisa menghubungi kami di sini atau melalui tim kami di sales@zettagrid.id.

Tingkatkan Sistem IT Workload Bisnis Anda Dengan Cloud Provider

IT Workload

Tingkatkan Sistem IT Workload Bisnis Anda Dengan Cloud Provider

Sejak terjadinya pandemi COVID-19, berbagai industri dari sektor bisnis kini bertransformasi menjadi lebih digital. Hal ini dilakukan tentunya tidak hanya untuk mengikuti kebijakan social distancing, melainkan juga perilaku konsumen yang saat ini beralih secara daring. Untuk itu, akses internet saja tidak cukup dalam meningkatkan bisnis di masa pandemi ini. Sistem IT canggih lainnya juga diperlukan demi menunjang kebutuhan operasional bisnis, salah satunya adalah sistem cloud provider.

Selain menjadi solusi infrastruktur digital bagi perusahaan, sistem layanan cloud juga dapat membantu meningkatkan efisiensi bisnis dengan mengurangi investasi CAPEX dan OPEX. Tak hanya itu, deployment yang dapat dilakukan dalam beberapa jam saja, menjadikan cloud sebagai pilihan pengusaha untuk meningkatkan sistem IT workload bisnis anda di masa pandemi seperti sekarang.

Dalam talkshow bertajuk “Zettagrid e-CloudTalk vol. 04: Elevate Your IT Business Growth with Zettagrid” pada 26 Agustus 2020, Yohannes Saputra selaku IT Project and Development di Chemstation Asia (CSA), membagikan pengalaman perusahaannya saat menggunakan teknologi cloud infrastructure. Setelah melakukan beragam inovasi teknologi, CSA kini mempercayai sistem layanan cloud data center dari Zettagrid Indonesia untuk menopang sistem IT workload perusahaan.

Keputusan perusahaan tersebut pastinya terjadi bukan tanpa alasan. Mengingat sistem cabang perusahaan di 7 negara lainnya memiliki waktu yang berbeda, CSA membutuhkan sistem server yang dapat terus aktif demi meningkatkan operasional bisnisnya. Sehingga, sistem cloud dipercaya dapat menjadi solusi IT perusahaan tersebut.

Human error yang dapat terjadi sewaktu-waktu pun menjadi alasan berikutnya. Demi meminimalisir terjadinya risiko dari bencana, perusahaan yang bergerak di bidang distribusi kimia ini melihat perlunya sistem backup plan. Sehingga, jika terjadi gangguan seperti human error, sistem backup plan cloud dapat diaktifkan secara real time dan tidak mengganggu operasional lainnya.

Namun, mencari solusi operasional IT tidaklah cukup bagi bisnis yang sedang dijalankan. Bencana alam maupun serangan hacker tentunya dapat menimpa sistem IT workloads bisnis anda. Terutama bagi on-premise yang tidak memiliki standard data center seperti cloud provider.

Menurut Stephen Tukimin selaku VCPP Senior Solution Engineer di VMware, sistem layanan cloud tentunya memiliki standar yang dapat menjaga service level agreements (SLA). Standar tersebut bisa dilihat dari sisi infrastruktur, konektivitas jaringan, hingga keadaan daruratnya. Sehingga, kebijakan SLA yang jelas dapat menjadi jaminan bagi pengguna terkait keamanan data yang tersimpan pada sistem.

Jika anda ingin menyimak apa kata para pakar mengenai Cloud computing di Zettagrid e-CloudTalk Vol.04, anda dapat menyimak tayangannya di channel Youtube kami disini

Jika anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Zettagrid, anda dapat menghubungi kami di sini atau email ke sales@zettagrid.id untuk memudahkan pengalaman cloud bagi bisnis anda.

 

Writer: Gita Gisela

New Normal Discount 50% Zettagrid Cloud

Zettagrid Cloud New Normal Discount 50%

New Normal Discount

Sudah hampir 3 bulan pemerintah Indonesia menetapkan PSBB untuk menekan angka penularan COVID-19 yang telah menelan banyak korban di berbagai penjuru dunia. Selain menelan banyak korban, COVID-19 juga menyebabkan kegiatan ekonomi masyarakat menjadi lesu. Tidak sedikit kita dengar banyak beberapa bisnis dari berbagai sektor menutup usaha mereka. Namun saat ini pemerintah Indonesia mulai memberlakukan PSBB transisi atau yang kita bisa sebut new normal demi memperbaiki kegiatan ekonomi di Indonesia.

Untuk mendukung gerakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB transisi) dari pemerintah Indonesia dan membantu untuk menjaga bisnis anda agar tetap berjalan lancar ditengah pembatasan sosial, Zettagrid Indonesia sebagai penyedia layanan cloud computing lokal di Indonesia, memberikan penawaran New Normal Discount 50% untuk seluruh pembelian product baru. Dengan promo ini kami berharap, dapat turut membantu bisnis anda untuk mengembalikan efisiensi perusahaan anda, dan tentunya agar bisnis anda tetap berjalan dengan lancar selama pembatasan sosial berlaku.

New Normal Discount 50% ini berlaku untuk 6 bulan pertama pembelian baru seluruh produk Zettagrid Indonesia sebagai layanan penyedia cloud computing pada bisnis anda. Promo ini berlaku untuk minimal pembelian produk selama satu tahun.

Pesan sekarang dan dapatkan promonya! Promo berlaku hingga 30 Juni 2020.

Hubungi kami di sales@zettagrid.id atau di 0811-28-38-78

 

Stay safe and stay healthy!

Zettagrid Indonesia

How Zettagrid works from home

How Zettagrid works from home

If you work out of a central office, you probably take the occasional day to work from home. Ordinarily, it’s a specific task that requires focus time, and to achieve this you forego some of the conveniences of a fully connected office.

Traditionally in a centralised office, you have many tasks that get done by several teams using multiple systems. We take these for granted in the office but what happens when we work from home? The challenge for us was to identify and decentralise as many tasks as possible. Accomplishing this would give us flexibility in how we run the business into the future.

Good luck, right?

 

luck-1

 

Balancing Act

So how did we go about achieving these tasks with the added complexity of doing it from home? It was a careful balancing act. We had to ensure not to overload our users with too many new practices and to introduce things slowly and not in a big bang.

At a high level, we had to do the following:

  1. Deliver exceptional customer support and service.
  2. Maintain our 8 Edge Cloud locations across Australia, Singapore, and Indonesia.
  3. Market and sell our existing offerings
  4. Develop and deploy new products and features.
  5. Deliver all back-office functions required for Finance, HR, Payroll and ICT.
  6. Do it 100% from home.
Legacy

Don’t get me wrong. There is nothing wrong with legacy. It works, but over time you have to support, maintain, upgrade, and integrate with new systems. At some point in time, you ask yourself, “Am I spending more time maintaining our systems than running our business?”

 

legacy

 

Our strategy was to move systems to hosted subscription services wherever possible. If that was not possible, then to run the services in repeatable and scalable solutions that are also used by our customers.

We had to deal with several on-premise and legacy systems:

  • Operations Center
  • Phone system
  • Mail
  • File system
  • Instant messaging
  • Tasking and Wiki
  • Financial & HR systems

The Move

change

We had to manage change with people and ensure that they are not doing too many new things. People need to get used to doing things a different way. It takes 21 days for a habit to form, perhaps it takes that long for each task to become less foreign to individuals? When we embarked on such a transformation, we knew the move would take time. The key was to get started and progress to each task and try to overcome and obstacles quickly.

What we found that when presented with all the information, people were willing to learn and try new things. They need support around them to guide them on their journey.

Security

When things are decentralised one of the main concerns is security. How were we going to secure our data and protect our workforce? At a minimum, we enabled multi-factor authentication across all applications. When accessing our secure systems, we use a monitored VPN to encrypt all traffic. On top of that, as we are ISO 27001 and PCI DSS accredited, we made sure we followed the prescribed controls for access to our systems.

The Opportunity

The March 2020 COVID-19 outbreak created the “opportunity“. The decisive push we needed to complete our most stringent test. A full system test with everyone, including all backend systems working 100% from home.

When we decided to do a full test run, we had everything ready to go except the operations centre. As there are phone numbers and other networking complexity required, this was the last thing we did.

 

Covid-19

 

We prepared, and on Friday the 13th of March 2020 we switched over. Success! Although it felt like an anti-climax. Everything just worked. People were able to make calls and have meetings. Customers were able to be supported.

What We Learnt

Communication is vital here. The team need to know how to react. When the individual is isolated, who do they call? What do they do when something doesn’t work. We tend to assume these things in a central office but isolated and at home, everything amplifies.

Even though the project has taken over 12 months technology still moved faster than our team people don’t start adapting till they are using it, or until it affects them.

In times like this, three month adjustment periods are now a week or matter of days. Don’t wait around, jump in, try, adjust.

 

learnings

 

Many were under-prepared logistically for working multiple days at home.

Things such as:

  • proper seating
  • extra monitors
  • headphones
  • cameras
  • internet connections
  • working wifi
  • a room to work in
  • proper desks

These things are all common sense, but unless you are put into this situation daily, you tend to skip over them.

This was our WFH story. If we can help and lend you any of our expertise, please send reach out. If you want to share your account, please do share as we love to hear our others have adapted and changed.

And if you need more informations about us, don’t be hesitate to contact us! We’ll always be available for you 24/7. Also get connect with us on our LinkedIn for updated news!

Stay safe, stay hygiene, and stay at home!

APTIKNAS IoT & Cyber Security Strategy 2020 Highlights

APTIKNAS IoT & Cyber Security Strategy 2020 Highlights

Here are some highlights from our last showcase at IoT and Cyber Security Strategy 2020 event that held by APTIKNAS on 12 December 2019 at Hotel Santika Hayam Wuruk. We were happy to shared you why cloud computing is important for your business right now and why you should not be afraid to store your data on the cloud. Backup your data on the cloud is safety as you backup your phone or mail data that you usually use in your daily life. In Zettagrid Indonesia, we provide cloud with layered of security system, so you don’t need to be worry and wondering is it safety or not to backup your data on the cloud. Thus, according to a Friday report from the Cloud Security Alliance, nearly 70% of enterprise organizations are currently migrating data for enterprise resource planning (ERP) applications to the cloud. As you can see from this report, many enterprise currently start to move their data to the cloud. So, when you will start your cloud journey with Zettagrid Indonesia?

APTIKNAS IoT and Cyber Security Strategy 2020

APTIKNAS IoT and Cyber Security Strategy 2020

 

APTIKNAS IoT and Cyber Security Strategy 2020

APTIKNAS IoT and Cyber Security Strategy 2020

APTIKNAS IoT and Cyber Security Strategy 2020

See you on the next event! If you want to know more about us, you can contact us here